backup og meta
Kategori

6

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Kehamilan Ektopik, Ketika Janin Tumbuh di Luar Rahim

Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Kehamilan Ektopik, Ketika Janin Tumbuh di Luar Rahim

    Kehamilan ektopik bisa terjadi pada siapa saja dan kondisi ini sering menimbulkan rasa nyeri pada perut sebagai tandanya. Namun, kondisi ini bisa cepat pulih bila mendapat penanganan yang tepat. Berikut penjelasan lengkap seputar penyebab, gejala, cara mengatasi, dan waktu yang tepat untuk hamil lagi setelah kehamilan ektopik.

    Apa itu kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan)?

    Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan adalah kelainan atau abnormalitas dalam kehamilan.

    Kondisi ini terjadi adanya penempelan hasil pembuahan sel telur dan sperma di luar rongga rahim (intracavum uteri).

    Mengutip dari laman Ectopic, pada kondisi yang langka, sel telur bisa menempel di tempat lain seperti ovarium,  serviks, dan rongga perut.

    Kehamilan ektopik sering terjadi pada beberapa minggu pertama kehamilan.

    Ini adalah serius dan sangat mungkin membahayakan nyawa ibu. Pasalnya, sel telur yang tumbuh di luar rahim tidak dapat bertahan hidup.

    Setelahnya, sel telur akan menempel di jaringan tempat ia menempel dan menghancurkan jaringan tersebut. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan internal dan infeksi.

    Tidak mudah untuk mempertahankan bayi pada kehamilan ektopik dan ibu perlu menggugurkan kandungan (aborsi).

    Seberapa umum kondisi hamil di luar kandungan?

    Kehamilan ektopik cukup umum terjadi, dari 100 kehamilan ada 2 ibu yang hamil ektopik.

    Kondisi ini dapat tertangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Kosultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

    Apa perbedaan hamil ektopik dan hamil anggur?

    Hamil anggur dan hamil di luar kandungan adalah dua kondisi berbeda yang umum dialami wanita hamil.

    Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kelainan terhadap kromosom. Sementara itu, kehamilan ektopik adalah kelainan implantasi (melekatnya embrio di dinding rahim).

    Apa gejala hamil di luar kandungan?

    Melansir dari Planned Parenthood, salah satu tanda dan gejala hamil ektopik yaitu rasa nyeri pada perut. 

    Berikut adalah beberapa gejala lainnya dari hamil ektopik yang harus Anda waspadai:

    • mual dan muntah,
    • nyeri pada perut bawah,
    • nyeri panggul,
    • kram perut,
    • nyeri pada satu sisi tubuh,
    • pusing atau lemah,
    • nyeri pada pundak, leher, atau rektum,
    • pingsan (jarang terjadi)

    Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala lain, bila memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, segera konsultasikan dengan dokter.

    Jika merasakan beberapa gejala ektopik, segera lakukan pemeriksaan kehamilan. Dokter akan membantu memeriksa kondisi Anda lebih lanjut.

    Apa penyebab kehamilan ektopik?

    Penyebab dari hamil ektopik belum pasti, tetapi paling banyak kasus adalah karena infeksi.

    Infeksi tersebut bisa menyebabkan kerusakan tuba falopi (saluran indung telur).

    Tuba falopi berfungsi sebagai saluran yang mengantarkan sel telur hasil pembuahan. Sel telur nantinya akan bergerak menuju dan berkembang dalam rahim.

    Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab kehamilan ektopik.

    • Infeksi klamidia.
    • Kerusakan pada organ reproduksi.
    • Minum obat kesuburan.
    • Peradangan dan jaringan parut pada tuba falopi dari kondisi medis sebelumnya, infeksi, atau akibat tindakan bedah.
    • Faktor hormon.
    • Kelainan genetik (bawaan).
    • Cacat lahir (gangguan pertumbuhan ketika masih menjadi janin dalam kandungan).
    • Pernah melakukan operasi bagian perut (usus buntu atau operasi caesar) yang bisa merusak tuba falopi.
    • Endometriosis.
    • Sedang memakai kontrasepsi.

    Apabila mengalami gejala kehamilan saat sedang memakai kontrasepsi, kemungkinan besar itu adalah hamil ektopik.

    mual muntah darah saat hamil

    Apa faktor yang meningkatkan risiko kehamilan ektopik?

    Ada banyak faktor risiko wanita mengalami hamil ektopik.

    • Menggunakan intrauterine device (IUD) sebagai kontrasepsi.
    • Pernah mengalami penyakit seksual menular (klamidia dan gonore).
    • Riwayat salpingitis (peradangan pelvis).
    • Gangguan pada tuba falopi kongenital.
    • Luka dari endometriosis.
    • Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
    • Pernah mengalami ligasi tuba (tubektomi) yang gagal.
    • Menggunakan obat-obat penyubur kandungan, umumnya obat untuk prosedur in vitro fertilization (IVF).
    • Merokok sebelum hamil.
    • Penggunaan diethylstilbestrol selama kehamilan.

    Anda perlu waspada bila memiliki faktor risiko tersebut.

    Bagaimana cara mendiagnosis kehamilan ektopik?

    Cara mendiagnosis hamil ektopik dapat dengan beberapa metode sebagai berikut.

    1. Pemeriksaan panggul

    Dokter dapat mendiagnosis adanya gumpalan atau pertumbuhan abnormal pada tuba falopi.

    Ini karena pertumbuhan massa abnormal tersebut bisa menjadi tanda bahwa Anda mengalami kehamilan ektopik.

    Anda juga akan melakukan pemeriksaan panggul untuk melihat ukuran rahim.

    Pada kehamilan normal, ukuran rahim akan membesar. Sementara pada kondisi hamil di luar kandungan, ukuran rahim tidak membesar.

    2. Ultrasonografi

    Ultrasonografi (USG) adalah metode pemeriksaan yang dapat membantu melihat kondisi rahim dan tuba falopi.

    Selain melihat kondisi kehamilan, USG juga efektif mendeteksi masalah kesehatan lain, termasuk kehamilan ektopik tahap awal.

    Apa pengobatan dan perawatan kehamilan ektopik?

    Cara mengatasi kondisi ini bisa dengan berbagai cara dan perawatan yang tepat.

    Namun, pengobatan tergantung dari seberapa cepat kehamilan ektopik terdeteksi dan kondisi kesehatan wanita.

    Apabila kondisi ini terdiagnosis secara dini, Anda dapat menghindari risiko pecahnya tuba fallopi.

    Perawatan medis

    Pada kasus ini, ada beberapa pilihan penanganan secara medis yang bisa Anda lakukan.

    1. Pemakaian obat dengan ketentuan dan syarat khusus

    Jika dokter mendiagnosis adanya tanda hamil di luar kandungan, dokter akan menguji tingkat hormon kehamilan.

    Setelah itu, dokter memeriksa ada atau tidaknya detak jantung janin dalam rahim, serta memeriksa gejala kehamilan lainnya.

    Jika tidak ada adanya pembuahan yang berhasil dalam rahim, dokter akan menyuntikkan obat metotreksat.

    Obat ini dapat menghentikan dan menghambat kehamilan saat itu.  Obat metotreksat memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan efek samping yang risikonya kecil.

    Mengingat termasuk obat keras, pemberian metotrexate hanya bisa dokter lakukan dengan ketentuan medis.

    2. Operasi laparoskopi

    Operasi laparoskopi adalah cara untuk mengangkat embrio dan memperbaiki kerusakan akibat perdarahan pada kondisi kehamilan ektopik.

    Cara melakukan operasi ini dengan membuat sayatan kecil di perut dekat pusar.

    Selanjutnya, dokter kandungan akan menggunakan tabung tipis, lengkap dengan lensa kamera dan cahaya untuk melihat kondisi tuba fallopi.

    Untuk mengatasi kehamilan ektopik, dokter akan mengangkat bagian tuba fallopi yang rusak akan (salpingektomi) dan memperbaikinya (salpingostomi).

    Setelah melakukan operasi ini, Anda harus beristirahat total selama 1 sampai 2 hari.

    3. Operasi darurat

    Jika kehamilan ektopik menyebabkan perdarahan hebat, Anda mungkin perlu operasi darurat dengan cara menyayat sayatan perut (laparotomi).

    Dalam beberapa kasus, dokter dapat memperbaiki kerusakan pada tuba falopi.

    Jika tuba dan indung telur rusak parah, Anda mungkin memerlukan operasi pengangkatan (salpingektomi).

    pijat perut agar cepat hamil

    Perawatan rumahan

    Anda tidak dapat mencegah hamil ektopik sepenuhnya, tetapi dapat mengurangi beberapa faktor risiko tertentu dengan mengikuti perawatan berikut:

    • Melakukan hubungan seks yang aman dengan membatasi jumlah pasangan seksual.
    • Menggunakan kondom saat berhubungan seks untuk mencegah infeksi menular seksual dan mengurangi risiko peradangan pelvis.
    • Berhenti merokok sebelum kehamilan.
    • Berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan selama kehamilan.
    • Mengunjungi dokter kandungan sesuai jadwal.

    Selain itu, beberapa hal yang penting untuk Anda dan pasangan lakukan.

    1. Berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu

    Sebagian pasangan menginginkan kehamilan, ketika belum berhasil pasti menyebabkan kecewa yang mendalam.

    Setelah melalui proses pemeriksaan dan pengobatan, kini waktunya berdamai dengan kondisi.

    Beri waktu pada diri untuk berduka dan juga bisa berbagi rasa sedih dengan pasangan, keluarga, atau sahabat.

    Minta mereka mendengarkan ungkapan kesedihan Anda tanpa perlu memberi saran atau pilihan lain untuk bisa hamil kembali.

    Anda juga bisa mencari kelompok pendukung, psikolog, atau dokter dan bisa yang bisa menenangkan hati.

    2. Pertimbangkan IVF atau bayi tabung

    Tubuh wanita normalnya memiliki dua saluran tuba falopi. Jika salah satu rusak atau diangkat, Anda masih bisa hamil dengan normal walaupun hanya dengan satu saluran tuba falopi.

    Jika kehamilan ektopik terus terjadi, sampai menyebabkan kedua tuba falopi telah terluka, fertilisasi in vitro (IVF) bisa menjadi pilihan bagi Anda yang menginginkan hadirnya buah hati. 

    IVF adalah prosedur yang dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur wanita dan sel sperma yang sehat dalam laboratorium.

    Setelah sel telur dan sperma berhasil dalam pembuahan, dokter akan menanamnya kembali ke dalam rahim.

    Bisakah saya hamil lagi setelah kehamilan ektopik?

    Sebagian besar wanita yang mengalami kondisi ini umumnya bisa hamil normal dan sehat lagi di waktu mendatang.

    Umumnya bila penyebab kehamilan ektopik karena saluran tuba falopi rusak atau bermasalah, dokter akan mengangkat saluran tersebut.

    Lalu, jika salah harus pengangkatan satu saluran tuba, satu saluran tuba lainnya yang masih sehat tetap bisa membantu proses kehamilan.

    Jika penyebab kehamilan ektopik karena infeksi atau penyakit menular seksual, pengobatan dengan obat atau tindakan perawatan lain bisa membantu.

     Akan tetapi, jika kehamilan ektopik terjadi karena paparan dietilstilboestrol (DES), terjadinya kehamilan normal kemungkinan kecil terjadi.

    Periksakan diri dan konsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan berikutnya.

    Semakin awal mencegah kehamilan ektopik, semakin kecil kerusakan tuba dan semakin besar kemungkinan untuk bisa hamil normal dan sehat.

    Kapan boleh mencoba hamil lagi?

    Sebetulnya tidak ada bukti cukup yang bisa menentukan harus menunggu seberapa lama untuk mencoba lagi setelah mengalami kehamilan ektopik.

    Mengutip dari The Ectopic Pregnancy Trust, para ahli kandungan menyarankan untuk mencoba hamil kembali setelah 3 bulan atau sekitar 2 sampai 3 kali masa mentruasi Anda lewat.

    Hal ini bukan tanpa tujuan. Pasalnya, menunggu selama 3 bulan berfungsi untuk mengembalikan siklus haid yang normal sebelum memulai mencoba hamil kembali.

    Beberapa laporan yang menunjukkan seseorang bisa sukses hamil lagi setelah 18 bulan pasca-kehamilan ektopik dengan tingkat kesuksesan 65 persen.

    Penelitian lain juga melaporkan bahwa 85 persen wanita bisa hamil lagi bila memberikan jeda waktu selama 2 tahun setelah kehamilan ektopik.

    Selain itu, yang perlu Anda pertimbangkan adalah efek suntikan metotreksat saat pengobatan kehamilan ektopik. Ini membuat Anda harus menunggu sejenak untuk kehamilan berikutnya.

    Setelah penyuntikan metotreksat, Anda harus menunggu hingga kadar hCG dalam tubuh turun hingga jumlahnya kurang dari 5 mlU per mililiter saat tes darah.

    Ini karena, obat metotreksat dapat menurunkan kadar folat dalam tubuh. Asam folat adalah zat yang penting untuk tubuh ibu dan janin sejak awal kehamilan.

    Maka dari itu, dokter akan menganjurkan makan dan minum suplemen mengandung asam folat selama 12 minggu, sebelum hamil kembali setelah keguguran atau mengalami hamil ektopik.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Amanda Rumondang Sp.OG

    Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan