Kehamilan ektopik mungkin terjadi pada siapa saja. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, ibu yang mengalaminya bisa cepat pulih dan terhindar dari komplikasi.
Berikut penjelasan lengkap seputar gejala, penyebab, cara mengatasi, dan waktu yang tepat untuk hamil lagi setelah kehamilan ektopik.
Apa itu kehamilan ektopik?
Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan adalah kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi sperma tumbuh di luar rongga rahim.
Pada kondisi yang langka, sel telur yang telah dibuahi bahkan bisa menempel di tempat lain, seperti ovarium, serviks, dan rongga perut.
Kehamilan ektopik biasanya terjadi pada beberapa minggu pertama kehamilan dan terdeteksi saat pemeriksaan USG transvaginal.
Kondisi ini sangat membahayakan ibu, sebab sel telur yang menempel pada lokasi yang tidak seharusnya ini berisiko menghancurkan jaringan tersebut. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan internal dan infeksi.
Studi pada International Journal of General Medicine (2021) menyebutkan angka kejadian kehamilan ektopik mencapai 2 persen. Itu artinya, kondisi ini bisa terjadi pada 2 dari 100 kehamilan.
Tidak mudah untuk mempertahankan calon buah hati pada kehamilan ektopik. Ibu hamil sering kali perlu menggugurkan kandungan untuk mencegah komplikasi dari kondisi ini.
Perbedaan hamil ektopik dan hamil anggur
Hamil ektopik dan hamil anggur adalah dua kondisi berbeda yang terjadi pada ibu hamil. Kehamilan ektopik terjadi akibat kelainan implantasi atau penempelan embrio ke dinding rahim. Sementara itu, hamil anggur atau mola hidatidosa disebabkan kelainan kromosom. Tanda dan gejala hamil di luar kandungan
Banyak ibu dengan kehamilan ektopik tidak menyadari gejala apa pun pada awalnya. Anda mungkin tetap mengalami tanda-tanda kehamilan yang umum, seperti terlambat haid, mual, dan nyeri payudara.
Tes kehamilan dengan test pack pun akan menunjukkan hasil positif. Namun, setelah beberapa minggu, hamil di luar kandungan baru menimbulkan gejala.
Kondisi yang disebut kehamilan ektopik terganggu (KET) ini dapat ditandai dengan perdarahan dari vagina serta nyeri pada panggul dan perut bawah.
Beberapa tanda dan gejala lain dari hamil ektopik yang perlu Anda waspadai antara lain:
- mual dan muntah,
- kram perut,
- nyeri pada satu sisi tubuh,
- pusing atau lemah,
- nyeri pada pundak, leher, atau rektum, hingga
- pingsan (jarang terjadi).
Kemungkinan ada tanda dan gejala lain yang belum disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, segera konsultasikan dengan dokter Anda.
Segera lakukan pemeriksaan kehamilan bila Anda mencurigai gejala yang diduga sebagai kehamilan ektopik. Dokter akan membantu memeriksa kondisi Anda lebih lanjut.
Penyebab kehamilan ektopik
Penyebab hamil ektopik belum pasti, tetapi kebanyakan kasus disebabkan oleh infeksi. Infeksi tersebut bisa menyebabkan kerusakan tuba falopi atau saluran indung telur.
Tuba falopi berfungsi sebagai saluran yang mengantarkan sel telur yang telah dibuahi. Sel telur nantinya akan bergerak menuju rahim dan berkembang di sana.
Beberapa kondisi yang diduga dapat menyebabkan kehamilan ektopik, antara lain:
- infeksi klamidia,
- penggunaan obat kesuburan,
- peradangan dan jaringan parut pada tuba falopi,
- gangguan hormon,
- kelainan bawaan atau genetik,
- kerusakan pada organ reproduksi,
- pernah melakukan operasi bagian perut yang bisa merusak tuba falopi (seperti operasi usus buntu atau operasi caesar),
- endometriosis, dan
- sedang menggunakan alat kontrasepsi.
Faktor risiko kehamilan ektopik
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda untuk mengalami kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
- Penggunaan intrauterine device (IUD) atau KB spiral sebagai alat kontrasepsi.
- Pernah mengalami penyakit seksual menular, seperti klamidia dan gonore.
- Riwayat peradangan pelvis (salpingitis).
- Gangguan pada tuba falopi dan organ reproduksi lain sejak lahir.
- Luka akibat endometriosis.
- Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
- Pernah mengalami ligasi tuba atau tubektomi)yang gagal.
- Pengunaan obat penyubur kandungan, umumnya obat untuk prosedur in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.
- Riwayat merokok sebelum hamil.
- Penggunaan diethylstilbestrol (DES) selama kehamilan.
Diagnosis kehamilan ektopik
Beberapa metode yang bisa dokter lakukan untuk mendiagnosis hamil ektopik adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan panggul
Dokter akan mencari gumpalan atau pertumbuhan jaringan yang abnormal pada tuba falopi. Jaringan tersebut bisa menjadi tanda bahwa Anda mengalami kehamilan ektopik.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa panggul untuk melihat ukuran rahim. Pada orang yang hamil di luar kandungan, ukuran rahim cenderung tidak membesar layaknya kehamilan normal.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah metode pemeriksaan yang dapat memperlihatkan kondisi rahim dan tuba falopi dengan lebih jelas.
Selain mengecek kondisi kandungan, pemeriksaan USG juga membantu dokter mendeteksi gangguan kesehatan lain, termasuk kehamilan ektopik pada tahap awal.
Pengobatan kehamilan ektopik
Pengobatan kehamilan ektopik tergantung dari seberapa cepat kondisi ini terdeteksi dan kondisi kesehatan ibu yang mengalaminya.
Jika kondisi ini terdeteksi sejak dini, Anda dapat menghindari risiko pecahnya tubuh falopi. Akan tetapi, Anda membutuhkan penanganan darurat bila kondisi ini terlambat diketahui.
Beberapa penanganan medis yang dapat dilakukan untuk mengobati kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
1. Pemakaian obat-obatan
Dokter bisa memberikan suntikan metotreksat untuk menghentikan perkembangan embrio di luar kandungan.
Obat ini dapat menghentikan dan menghambat kehamilan pada saat itu juga. Pemberian metotreksat juga memiliki tingkat keberhasilan tinggi dengan risiko yang minim pada ibu.
Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau hormon kehamilan Anda. Kadar hormon yang menurun menandakan bahwa embrio sudah tidak lagi berkembang.
2. Operasi laparoskopi
Operasi laparoskopi bertujuan untuk mengangkat embrio dan memperbaiki kerusakan jaringan organ reproduksi akibat perdarahan.
Jenis operasi ini membutuhkan sayatan kecil pada perut dekat pusar. Selanjutnya, dokter akan memasukkan tabung tipis dan lentur yang dilengkapi kamera untuk melihat kondisi tuba falopi.
Selama melakukan operasi laparoskopi, dokter akan mengangkat bagian tuba falopi yang rusak (salpingektomi) dan mungkin memperbaikinya (salpingostomi).
Setelah menjalani operasi ini, pasien biasanya dianjurkan untuk beristirahat total selama 1–2 hari.
3. Operasi darurat
Apabila hamil ektopik menyebabkan perdarahan hebat, dokter mungkin perlu melakukan operasi darurat dengan membuat sayatan terbuka pada perut (laparotomi).
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin masih dapat memperbaiki kerusakan pada tuba falopi.
Namun, bila tuba falopi dan indung telur telah rusak parah, Anda mungkin memerlukan operasi pengangkatan tuba falopi (salpingektomi).
Pemulihan mental setelah kehamilan ektopik
Belum berhasilnya kehamilan bisa menimbulkan kekecewaan mendalam. Setelah pengobatan, berikan diri Anda waktu untuk berduka dan memulihkan diri. Ungkapkan perasaan Anda pada pasangan, keluarga, atau sahabat. Bila perlu, carilah dukungan dari kelompok pendukung, psikolog, atau dokter untuk menenangkan hati Anda.
Pencegahan kehamilan ektopik
Anda tidak dapat mencegah hamil ektopik sepenuhnya. Namun, Anda dapat mengurangi risikonya dengan mengikuti beberapa perawatan berikut.
- Melakukan hubungan intim yang aman dengan membatasi jumlah pasangan seksual.
- Menggunakan kondom saat berhubungan intim untuk mencegah penyakit menular seksual dan mengurangi risiko peradangan panggul.
- Berhenti merokok sebelum hamil.
- Berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan selama kehamilan.
- Melakukan kunjungan ke dokter kandungan sesuai jadwal.
Kapan bisa hamil kembali setelah kehamilan ektopik?
Banyak ibu bisa hamil lagi setelah kondisi ini diatasi. Makin awal hamil ektopik terdeteksi, makin kecil kemungkinan tuba falopi rusak sehingga Anda bisa hamil normal dan sehat.
Tidak ada patokan khusus mengenai seberapa lama Anda harus menunggu untuk merencanakan kehamilan kembali setelah mengalami kehamilan ektopik.
Dikutip dari Ectopic Pregnancy Trust, para ahli menyarankan untuk menunggu tiga bulan atau sekitar 2–3 kali siklus menstruasi sebelum mencoba hamil kembali.
Hal ini bertujuan untuk mengembalikan siklus menstruasi normal sebelum Anda mencoba hamil lagi.
Salah satu laporan menyebutkan bahwa sebanyak 65% wanita bisa sukses hamil lagi setelah 18 bulan, sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa sebanyak 85% wanita bisa hamil lagi bila menunggu dua tahun.
Hal lain yang perlu Anda pertimbangkan yakni efek suntikan metotreksat yang menurunkan kadar folat dalam tubuh.
Jika Anda ingin hamil kembali setelah keguguran atau mengalami hamil ektopik, dokter akan menganjurkan konsumsi suplemen asam folat selama 12 minggu sebelum dimulainya program kehamilan Anda.
Kesimpulan
- Kehamilan ektopik adalah suatu kelainan yang terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel dan tumbuh di luar rongga rahim.
- Kondisi ini jarang menimbulkan gejala pada tahap awal, tetapi dapat dirasakan sebagai perdarahan vagina hingga nyeri panggul dan perut bawah.
- Karena hamil ektopik tidak bisa diteruskan, Anda perlu memperoleh penanganan medis dan dukungan mental yang tepat selama pemulihan.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]