backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Lupus pada Ibu Hamil, Kenali Dampak dan Tips Menjalaninya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 4 hari lalu

Lupus pada Ibu Hamil, Kenali Dampak dan Tips Menjalaninya

Hampir 90% orang dengan penyakit lupus (odapus) adalah wanita. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kekhawatiran, apakah wanita penderita lupus bisa hamil? Jika bisa, apa saja komplikasi yang perlu diwaspadai? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Apakah penderita lupus bisa hamil?

Penyakit lupus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. 

Pada tubuh yang sehat, sistem imun akan menyerang zat asing, entah itu virus, bakteri, parasit, atau benda lain yang masuk ke dalam tubuh dan membahayakan kesehatan.

Namun pada orang dengan penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh malah menyerang jaringan dan organ yang sehat, seperti otot, kulit, sel darah, otak, jantung, paru-paru, dan ginjal.

Kondisi ini termasuk ke dalam gangguan autoimun yang membuat penderitanya mudah terkena peradangan dan infeksi.

Meski begitu, jangan khawatir bila Anda mengidap lupus. Peluang Anda untuk hamil tetap sama seperti wanita normal pada umumnya.

Memang Anda perlu merencanakan kehamilan dengan teramat baik. Konsultasi dengan dokter  untuk mengetahui apa saja risiko yang bisa terjadi bila punya penyakit lupus saat hamil.

Ciri-ciri penyakit lupus pada ibu hamil

penyakit lupus menular

Penyakit lupus juga dikenal sebagai “penyakit seribu wajah”. Ini dikarenakan gejala lupus yang menyerupai banyak kondisi atau penyakit lainnya.

Dikutip dari laman Mayo Clinic, beberapa ciri-ciri lupus pada wanita, antara lain:

  • kelelahan, 
  • demam,
  • sakit kepala,
  • sesak napas,
  • nyeri dada,
  • nyeri, kaku, atau bengkak pada persendian,
  • ruam berbentuk kupu-kupu pada wajah atau bagian tubuh lain,
  • luka pada kulit yang dapat memburuk akibat paparan sinar matahari, dan
  • kebingungan hingga kehilangan ingatan.

Banyak wanita yang menderita lupus tidak menyadari adanya perbedaan gejala penyakitnya sebelum maupun selama masa kehamilan.

Namun, sebuah studi dalam Annals of the Academy of Medicine, Singapore (2020) menyebut bahwa risiko flare-up atau gejala lupus yang memburuk lebih sering terjadi saat hamil.

Hal ini dapat berupa gejala umum, seperti nyeri sendi, ruam, dan kelelahan yang makin parah.

Selain itu, beberapa penderita lupus yang sedang mengandung juga dapat merasakan gejala baru, seperti pandangan kabur, pusing, dan sakit kepala yang parah.

Komplikasi kehamilan yang berisiko saat terkena lupus

Kurang dari 50% wanita dengan lupus mengalami komplikasi kehamilan. Meski penderita lupus bisa hamil, kehamilan mereka dianggap berisiko dan perlu kewaspadaan yang tinggi.

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang mengidap lupus sebagai berikut ini.

  • Keguguran: kematian janin secara tiba-tiba sebelum usia kehamilan 20 minggu. Sekitar 10% ibu hamil dengan lupus mengalami keguguran pada trimester pertama.
  • Sindrom antifosfolipid: gangguan penggumpalan darah yang berisiko terjadi di sekitar plasenta sehingga organ ini tidak berfungsi. Kondisi ini membuat perkembangan janin terhambat.  
  • Hipertensi gestasional: tekanan darah tinggi selama masa kehamilan yang bisa terjadi pada trimester kedua dan trimester ketiga.
  • Preeklampsia: kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein di dalam urine. Komplikasi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu.
  • Bayi lahir prematur: kelahiran prematur sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dapat terjadi pada 25% wanita dengan lupus.
  • Bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR): kondisi berat badan bayi yang baru lahir berada di bawah kisaran normal, yakni kurang dari 2.500 gram.
  • Lupus flare: gejala dan tanda lupus makin buruk. Kondisi ini umumnya ditandai dengan pembengkakan pada salah satu bagian tubuh dan kulit memerah.
  • Neonatal lupus: gejala lupus dialami pada bayi yang baru lahir, seperti kulit kemerahan, gangguan hati, dan kekurangan darah. Gejala ini sebagian besar dialami oleh bayi yang berusia 18–24 minggu.

Apakah anak juga bisa terkena lupus?

Risiko lupus pada anak memang makin besar bila ibu atau anggota keluarga lain yang pernah mengalami lupus atau penyakit autoimun lainnya. Namun, hal ini tidak mutlak. Masih banyak faktor yang menyebabkan penyakit lupus, seperti hormon dan lingkungan.

Tips menjalani kehamilan bagi penderita lupus

program hamil

Wanita dengan penyakit lupus perlu merencanakan kehamilan sebaik mungkin. Pasalnya, hamil yang tidak terencana dapat membahayakan ibu dan janin di dalam kandungannya.

Dokter biasanya menyarankan Anda minimal selama tiga sampai enam bulan berada pada fase remisi atau terkontrolnya penyakit lupus sebelum bisa hamil.

Setelah mendapatkan persetujuan dari dokter, baru Anda dapat mulai menjalani program hamil.

Selain hal tersebut, berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat membantu Anda menjalani kehamilan yang sehat sebagai pengidap lupus.

1. Periksa kehamilan secara rutin

Ibu hamil dengan lupus perlu pemantauan yang lebih intensif. Hal ini meliputi pemeriksaan rutin lupus dengan dokter reumatologi dan pemantauan kandungan dengan obgyn.

Anda juga perlu memantau tekanan darah secara ketat. Pasalnya, risiko preeklampsia pada ibu yang mengidap penyakit lupus dapat meningkat hingga 3–5 kali lipat.

Selain mencegah, penting juga untuk mewaspadai gejala preeklampsia, seperti pembengkakan pada kaki, sakit kepala, mual dan muntah, serta kenaikan berat badan secara drastis.

2. Lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter

Dokter mungkin menganjurkan Anda berhenti minum obat lupus atau minum dalam dosis paling kecil selama trimester pertama untuk mencegah gangguan pada janin.

Ketika kondisi janin sudah lebih kuat pada trimester kedua, dokter akan meresepkan obat lupus yang lebih aman, seperti hydroxychloroquine.

Rutinlah minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter Anda. Konsultasi pada dokter bila ada efek samping yang Anda rasakan selama menjalani pengobatan.

3. Terapkan pola hidup sehat

Gaya hidup sehat penting untuk penderita lupus yang sedang hamil. Konsumsi makanan sehat dan seimbang serta hindari kebiasaan buruk, seperti merokok dan minum alkohol.

Berolahraga secara rutin dan istirahat yang cukup juga efektif untuk mengelola stres saat hamil.

Gejala lupus berisiko memburuk akibat paparan sinar matahari. Untuk mencegah flare, oleskan tabir surya secara rutin dan kenakan pakaian tertutup setiap kali beraktivitas di luar ruangan.

Untuk menjaga kehamilan yang sehat saat terkena penyakit lupus, konsultasikan dengan dokter guna mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi Anda.

Kesimpulan

  • Wanita penderita lupus tetap bisa hamil, tetapi perlu memahami risiko komplikasinya.
  • Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, seperti keguguran, kelahiran prematur, sindrom antifosfolipid, hipertensi gestasional, preeklampsia, hingga neonatal lupus.
  • Dokter akan melakukan pemantauan ketat dan menyesuaikan dosis obat untuk ibu yang mengidap lupus selama masa kehamilan.
  • Hal ini juga harus dibarengi dengan gaya hidup sehat, seperti dengan pola makan sehat, olahraga secara rutin, dan istirahat yang cukup.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 4 hari lalu

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan