Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Tahi Lalat

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/01/2021

Tahi Lalat

Definisi tahi lalat

Tahi lalat adalah bintik atau tonjolan berwarna coklat kehitaman yang tumbuh di kulit. Dalam dunia medis, bintik-bintik ini dikenal dengan nama nevus melanositik.

Kondisi ini sering muncul pada awal masa kanak-kanak. Meski demikian, pada beberapa orang bintik hitam ini baru muncul pada usia 30-an.

Tonjolan dapat muncul di bagian tubuh manapun dan bentuknya bisa berubah seiring waktu. Terkadang tonjolan dapat berubah warna, ukuran, atau mungkin menghilang.

Kondisi ini bukanlah penyakit serius, tapi kemunculannya bisa terjadi sebagai gejala atau pertanda adanya suatu penyakit kulit yang Anda derita.

Seberapa umum orang-orang yang memiliki tahi lalat?

Hampir tiap orang punya satu atau dua bintik hitam di kulit. Ada yang ukurannya sangat kecil ada yang sangat besar sampai terlihat.

Kondisi ini juga mampu memengaruhi pasien dalam segala golongan usia. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda dan gejala tahi lalat

Bintik tahi lalat umumnya berwarna coklat, tapi ada pula yang lebih gelap atau nyaris berwarna hitam.

Teksturnya juga berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang memiliki kondisi ini dengan tekstur yang halus, berkerut, datar, atau menonjol. Beberapa tahi lalat ditumbuhi rambut.

Bintik ini biasanya berbentuk lingkaran atau lonjong dengan garis pinggir yang samar. Biasanya ukuran bintik hanya berdiameter sekitar 6 milimeter, seukuran dengan penghapus di ujung pensil.

Meski kebanyakan bintik yang muncul pada orang-orang tidaklah berbahaya, Anda tetap harus waspada bila bintik ini baru muncul setelah Anda dewasa. Sebab, pertumbuhan bintik ini bisa saja bersifat kanker.

Selain itu, beberapa tanda yang harus Anda waspadai adalah:

  • tonjolan hitam punya dua atau lebih warna yang berbeda,
  • pinggiran bintik atau bercak yang tidak rata,
  • memiliki ujung yang bergerigi,
  • bintik mengeluarkan darah, tahi lalat terasa gatal, memerah, membengkak, atau berkerak,
  • muncul pada punggung, kaki, tangan, dan wajah, serta
  • ukurannya membesar dengan cepat.

Terkadang, orang mengira bahwa tonjolan hitam ini sama dengan skin tag (daging tumbuh). Padahal, keduanya memiliki perbedaan. Bedanya dengan tahi lalat, skin tag tidak memiliki potensi menjadi kanker.

Kapan harus pergi ke dokter karena tahi lalat?

Walaupun sebagian besar tahi lalat adalah jinak (non-kanker), dalam kasus langka mereka dapat berkembang menjadi melanoma. Melanoma adalah sejenis kanker kulit yang muncul di kulit, menyebabkan perdarahan, gatal-gatal, atau kulit memerah.

Anda harus mulai waspada bila bintik hitam tiba-tiba muncul dan disertai dengan gejala lain seperti keluar darah, cairan, atau gatal. Sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter.

Perhatikan juga dengan seksama, apakah ada perubahan warna atau bentuk dari bintik yang sudah ada.

Penyebab dan faktor risiko tahi lalat

Apa penyebab kemunculannya?

Pada dasarnya, bintik hitam kecokelatan ini muncul ketika sel kulit bernama melanosit tumbuh secara berkelompok.

Melanosit memiliki peran penting dalam struktur kulit manusia sebagai penghasil pigmen yang memberikan warna kulit. Mereka cenderung akan menggelap jika sering terpapar sinar matahari.

Memang, banyak orang yang terlahir dengan tahi lalat di kulitnya. Tapi ada juga orang-orang yang baru mengalami kemunculannya saat sudah dewasa.

Belum diketahui apa penyebab bercak ini tumbuh setelah dewasa. Bintik hitam yang baru muncul di kulit ada kemungkinan bisa bersifat jinak atau mungkin bisa menjadi kanker.

Penelitian pada 2015 melaporkan bahwa adanya mutasi genetik gen dengan nama BRAF pada tahi lalat yang tumbuh baru saat dewasa yang menimbulkan kanker.

Selain itu, 78% kasus bintik hitam kecokelatan yang muncul saat dewasa dilaporkan jinak, sisanya berisiko kanker.

Mutasi genetik BRAF dalam tubuh manusia diketahui ada di dalam sel melanoma. Akan tetapi, proses perubahan dari jenis jinak menjadi berisiko kanker belum diketahui.

Lalu, adanya interaksi sinar ultraviolet (UV), baik alami maupun buatan, diketahui menyebabkan kerusakan genetik yang dapat mengarah pada perkembangan melanoma dan kanker kulit lainnya.

Apa saja faktor yang memicu risiko pertumbuhan tahi lalat?

Faktor risiko yang membuat Anda memiliki kondisi ini yang muncul saat dewasa adalah:

  • bertambahnya usia,
  • memiliki kulit dan rambut yang berwarna lebih terang,
  • memiliki keluarga yang juga punya bercak ini,
  • mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh Anda,
  • respons dari konsumsi obat tertentu, seperti beberapa antibiotik, hormon, atau antidepresan,
  • mutasi genetik, dan
  • sering terkena paparan sinar matahari atau menggunakan tanning bed.

Diagnosis dan pengobatan tahi lalat

Bagaimana cara dokter mendiagnosis tahi lalat?

Untuk memeriksa apakah bintik hitam berisiko menjadi kanker atau tidak, dokter akan bertanya tentang kondisi kulit dan memeriksa dengan metode ABCDE.

  • Asimetri: salah satu sisi bintik hitam tidak simetris dengan sisi lainnya.
  • Border (batasan): batasan atau pinggir bintik hitam kasar, buram, atau tidak teratur.
  • Color (warna): warna bintik di kulit tidak sama seluruhnya atau agak berwarna sawo matang, coklat, hitam, biru, putih, atau merah.
  • Diameter: diameter bintik di kulit lebih besar daripada penghapus pensil.
  • Evolusi: ukuran, bentuk, atau warna bintik berubah.

Jika dicurigai adanya bintik di kulit yang bersifat kanker, dokter mungkin meminta Anda untuk biopsi kulit. Ini adalah pengambilan sampel kecil dari kulit yang terdapat bintik hitam tersebut untuk diperiksa di laboratorium.

Lain lagi bila lalat tidak bersifat kanker dan tidak berubah seiring waktu, Anda tidak perlu merasa cemas.

Bagaimana mengobati tahi lalat?

Tahi lalat yang normal tidak memerlukan pengobatan bila Anda tidak merasa terganggu oleh kehadiran mereka. Dalam kasus tersebut, Anda boleh menghilangkan kondisi tersebut sesuai dengan saran dokter kulit.

Namun, seandainya Anda terdiagnosis memiliki tahi lalat yang bersifat kanker, biasanya dokter akan melakukan operasi pada stadium awal.

Operasi sering menjadi prosedur utama untuk menangani melanoma. Setelah operasi, Anda tentu saja akan membutuhkan rehabilitasi untuk mencegah kemunculan bintik atau tonjolan hitam ini kembali.

Jika ada bakat kanker, dokter Anda akan melakukan prosedur operasi untuk menghilangkannya.

Dokter Anda akan mematikan saraf area di sekitar bintik atau tonjolan dan memotongnya. Kadang kala, bagian kulit normal yang ada di sekitar tonjolan juga akan diangkat. Prosedur ini dapat meninggalkan bekas luka permanen.

Operasi ini biasanya hanya akan membutuhkan beberapa waktu dan tidak terlalu lama. Biasanya Anda tidak membutuhkan rawat inap setelahnya, tapi hal ini bergantung pada kondisi Anda.

Waspada tahi lalat tumbuh kembali

Meskipun sudah dioperasi, bintik atau tonjolan hitam di tubuh bisa hadir kembali. Ini karena tahi lalat yang Anda miliki merupakan tanda kanker.

Biasanya, bintik atau tonjolan bisa tumbuh kembali setelah operasi karena terdapat sel kanker di dalamnya.

Apabila bintik dan tonjolan adalah jenis biasa, atau bahkan hanya sekadar skin tag, umumnya tidak akan kembali setelah prosedur pengangkatan.

Sementara menurut informasi dari American Academy of Dermatology, tahi lalat yang tumbuh kembali bisa menjadi tanda melanoma.

Oleh karena itu, Anda perlu segera konsultasikan ke dokter jika tonjolan gelap ini tumbuh kembali setelah operasi untuk memastikan penyebabnya.

Cara menghilangkan tahi lalat

Bagi Anda yang memiliki bintik yang tidak bersifat kanker tapi ingin menghilangkannya, Anda bisa melakukan cara menghilangkan tahi lalat dengan menggunakan make up.

Namun perlu diketahui, tidak semua tonjolan atau bintik gelap di kulit Anda boleh ditutupi make up begitu saja. Pasalnya. bahan kimia pada make up malah dapat berisiko membuat bintik jadi iritasi.

Baiknya bicarakan dengan dokter kulit Anda bila ingin menghilangkan tonjolan ini secara permanen.

Pengobatan di rumah

Apa saja pengobatan rumahan yang dapat mengatasi kondisi ini?

Ada beberapa penggunaan bahan alami yang dipercaya bisa menghilangkan atau memudarkan tonjolan hitam ini. Meski demikian, Anda baiknya konsultasi ke dokter sebeum menggunakan beberapa bahan alami berikut.

1. Bawang putih

Beberapa orang percaya dengan mengoleskan bawang putih ke tahi lalat untuk jangka waktu tertentu akan membuatnya berkurang atau hilang sama sekali.

Bawang putih digunakan karena mengandung enzim yang dapat melarutkan kelompok sel yang menyebabkan adanya bintik hitam di kulit.

Perlu diingat, bawang putih sebaiknya tidak digosok atau digunakan terlalu banyak karena dapat menimbulkan sensasi terbakar pada kulit.

2. Madu

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa madu memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi. Dipercaya bahwa mengoleskan madu pada tahi lalat akan menyebabkan bintik hitam mereka menghilang dalam beberapa hari.

3. Pakai lidah buaya

Lidah buaya adalah bahan alami yang mengandung banyak manfaat untuk kulit. Beberapa orang percaya bahwa ketika digunakan seiring waktu, lidah buaya akan membantu menghilangkan tahi lalat.

Cara pakainya, oleskan gel tanaman atau produk lidah buaya ke kulit yang bermasalah. Ada baiknya melakukan tes alergi lidah buaya dulu sebelum diaplikasikan langsung ke kulit.

Hindari pakai krim penghilang tahi lalat

Banyak yang menjual krim penghilang tahi lalat di apotek atau toko kecantikan lainnya. Baiknya tidak asal menggunakan produk tersebut. Pasalnya, krim tersebut dapat menyebabkan kulit iritasi bahkan rusak.

Perlu diketahui, cara-cara di atas hanya boleh dilakukan untuk jenis tahi lalat yang tidak berpotensi kanker.

Selain itu, orang dengan masalah kesehatan lama dalam penyembuhan luka, seperti diabetes, harus konsultasi ke dokter untuk menghilangkan bintik dengan aman.

Hentikan juga pemakaian obat-obatan ini apabila Anda mengalami reaksi buruk seperti gatal, kemerahan dan iritasi.

Disclaimer

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/01/2021

Iklan

Apakah artikel ini membantu?

Iklan
Iklan