backup og meta

Biduran Kronis

Biduran Kronis

Biduran yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lama disebut dengan biduran kronis. Para ahli menduga biduran kronis bisa muncul karena suatu kondisi kesehatan yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah penyakit autoimun

Berikut ini penjelasan lengkap terkait urtikaria kronis dari penyebab biduran tak kunjung sembuh hingga pengobatannya. 

Apa itu biduran kronis?

Berdasarkan lama waktu timbulnya, biduran atau urtikaria terbagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Urtikaria akut atau biduran akut timbul dalam waktu kurang dari enam bulan. 

Sementara itu, urtikaria kronis atau biduran kronis sudah berlangsung lebih dari enam bulan atau biduran tak kunjung sembuh karena kambuh berkali-kali. 

Meski ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab urtikaria kronis, hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit kulit ini. 

Seberapa umum kondisi ini?

Biduran kronis cukup jarang terjadi. Mengutip American College of Allergy, Asthma and Immunology, urtikaria kronis hanya dialami sekitar 1,4% orang di seluruh dunia.

Kondisi ini juga 2 kali lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki-laki.

Tanda dan gejala biduran kronis

penyebab biduran

Urtikaria kronis pada seseorang mungkin hampir mirip dengan biduran pada umumnya. Hal yang membedakan adalah lama waktu timbulnya gejala dan kekambuhannya. 

Pada biduran akut, gejala muncul secara tiba-tiba dan bisa hilang, lalu kambuh lagi sewaktu-waktu, dalam kurun beberapa minggu saja. 

Sebaliknya, biduran kronis cenderung tak kunjung sembuh, kekambuhannya menerus dalam jangka panjang, dan tingkat keparahan gejala cukup berat. 

Berikut adalah beberapa ciri-ciri biduran kronis yang berbeda dari biduran biasa. 

  • Ruam kulit dan kulit memerah yang dapat muncul di bagian mana saja pada tubuh. Ukuran dan bentuk ruam dapat bervariasi. 
  • Kemerahan dan gatal mereda beberapa kali dan dapat menjalar ke berbagai bagian tubuh lain.
  • Gatal tak kunjung sembuh dan parah.
  • Pembengkakan yang menyakitkan (angioedema) pada bibir, kelopak mata, dan tenggorokan.
  • Biduran tak kunjung sembuh, bisa menetap selama lebih dari enam minggu dan sering kambuh tiba-tiba.
  • Kadang-kadang gejala muncul selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Kapan harus periksa ke dokter?

Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala seperti:

  • gatal pada kulit yang parah,
  • Muncul bentol atau bengkak yang berlangsung lebih dari seminggu,
  • benjolan di kulit tampak terinfeksi, bengkak atau berisi nanah, serta
  • gatal-gatal yang muncul terus menerus setiap beberapa bulan.

Penyebab biduran kronis

Salah satu penyebab urtikaria kronis adalah alergi makanan lantaran munculnya reaksi berlebihan dari sistem kekebalan setelah mengonsumsi makanan tertentu.

Namun, para ahli meyakini bahwa urtikaria kronis lebih sering disebabkan oleh suatu penyakit autoimun

Riset dari The Indian Journal of Medical Research mencatat sekitar 45% pasien dengan urtikaria kronis punya gangguan autoimun, sedangkan 55% sisanya bersifat idiopatik atau tidak diketahui dengan jelas penyebabnya.

Penyakit autoimun terjadi saat sistem imun (kekebalan tubuh) keliru menyerang sel-sel sehat yang ada di tubuh sendiri.

Penyakit tiroid merupakan salah satu penyakit autoimun yang paling sering menyebabkan urtikaria kronis.

Sejumlah penyakit autoimun lainnya yang disebut menjadi penyebab biduran kronis adalah lupus, cryoglobulinemia (kelainan protein darah), dan rheumatoid arthritis (peradangan sendi).

Faktor risiko biduran kronis

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko urtikaria kronis.

1. Rangsangan fisik

Sekitar 15% kasus urtikaria kronis dipicu oleh rangsangan dari luar tubuh.

Rangsangan tersebut bisa berasal dari menggaruk kulit terlalu keras, tekanan pada kulit, udara dingin, terpapar air, suhu panas, hingga paparan sinar matahari.

2. Infeksi 

Urtikaria kronis juga bisa disebabkan oleh sejumlah infeksi virus, jamur, dan parasit. Penyebab infeksi urtikaria kronis dari virus adalah:

  • hepatitis B,
  • Streptococcus (penyebab sinusitis),
  • Helicobacter pylori (penyebab tukak lambung),
  • Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC), dan
  • virus herpes. 

Infeksi jamur seperti onikomikosis (jamur kuku kaki), kandidiasis, dan tinea pedis (kutu air) disebut mungkin bisa memicu urtikaria kronis. 

Kemudian infeksi parasit seperti strongyloidiasis(cacing gelang), giardiasis (parasit usus), dan amoebiasis (parasit hati), juga dianggap penyebab kondisi ini.

3. Idiopatik

Sebagian besar kasus urtikaria kronis dianggap idiopatik atau tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. 

Beberapa penyebab urtikaria kronis bisa bersumber dari obat-obatan seperti ibuprofen, pemicu alergi (alergen), gangguan saraf, dan stres.  

4. Vaskulitis

Vaskulitis merupakan kondisi peradangan pada pembuluh darah yang berakibat terjadinya perubahan di dinding pembuluh darah.

Pasien biduran kronis yang dipicu vaskulitis biasanya mengalami rasa sakit dan sensasi terbakar pada kulit.

Ruam dan rasa gatal bisa berlangsung lebih dari 24 jam, berbeda dengan biduran biasa yang sembuh dalam beberapa menit atau beberapa jam.

Diagnosis biduran kronis

Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan mengenai gejala serta riwayat kesehatan Anda.

Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan tambahan berikut untuk mendukung diagnosis.

  • Tes alergi. Tes ini berguna untuk mengetahui apakah biduran yang Anda alami disebabkan oleh reaksi alergi
  • Tes darah. Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi kadar antibodi di dalam tubuh.
  • Tes urine. Pemeriksaan urine dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri. 

Pengobatan biduran kronis

obat biduran

Apabila dokter sudah melakukan diagnosis, biasanya dokter akan meresepkan sejumlah obat untuk meredakan gejala dan tanda biduran kronis. 

Dokter mungkin akan meresepkan antihistamin untuk membantu meredakan pelepasan histamin (zat kimia penyebab reaksi alergi). 

Selain antihistamin, obat lain untuk biduran tak kunjung sembuh yang mungkin diresepkan seperti loratadin, fexofenadine, cetirizine, dan desloratadin.

Jika antihistamin tidak membantu Anda, dokter mungkin akan meningkatkan dosis obat atau meresepkan obat biduran lain, seperti berikut.

  • Penghambat histamin (H-2). Obat-obatan ini, juga disebut antagonis reseptor H-2, pemberian obat ini bisa melalui suntikan atau diminum secara oral, contoh obat seperti cimetidine dan famotidine.
  • Obat antiradang atau kortikosteroid oral seperti prednison dapat membantu mengurangi pembengkakan, kemerahan dan gatal. Namun, ini untuk pengobatan jangka pendek dari gatal-gatal parah.
  • Antidepresan trisiklik bisa digunakan dalam bentuk krim untuk meredakan gatal. Obat ini dapat menyebabkan pusing dan mengantuk.
  • Obat asma dengan antihistamin, contohnya adalah montelukast dan zafirlukast
  • Antibodi buatan (monoklonal), seperti omalizumab sangat efektif melawan jenis gatal-gatal kronis yang sulit diobati.
  • Obat penekan kekebalan tubuh, seperti siklosporin dan tacrolimus.

Perawatan rumahan biduran kronis

Biduran kronis dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

Agar tidak terus menerus kambuh, Anda bisa mencoba melakukan perawatan rumahan berikut ini. 

  • Hindari pemicu. Jauhi hal yang bisa memicu munculnya biduran, seperti makanan tertentu, serbuk sari, bulu hewan, atau lateks. 
  • Gunakan obat antigatal. Rutin oleskan krim antigatal yang telah diresepkan oleh dokter. 
  • Kompres air dingin. Kompres area kulit yang bermasalah dengan air dingin untuk meredakan gatal.
  • Mandi air dingin. Mandi atau berendam air dingin dapat membantu meredakan rasa gatal di kulit. 
  • Gunakan pakaian yang longgar. Pakai baju berbahan lembut dan longgar untuk menghindari iritasi kulit. 

Biduran kronis bisa kambuh beberapa kali. Meski penyebab urtikaria kronis masih belum diketahui secara pasti, ada baiknya Anda untuk melakukan konsultasi medis dengan dokter.

Lewat pemeriksaan, Anda dapat mengetahui apakah memiliki penyakit autoimun dan mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Kesimpulan

  • Biduran kronis merupakan jenis biduran yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan dan terus-menerus kambuh.
  • Biduran kronis diduga terjadi karena gangguan autoimun atau alergi makanan.
  • Untuk mengatasi biduran kronis, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan, seperti antihistamin, loratadin, fexofenadine, cetirizine, dan desloratadine.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Khan S. (2019). Urticaria in patients with diabetes: Adverse drug reaction or relapse of underlying autoimmune urticaria?. The Indian Journal of Medical Research, 149(3), 423–425

Lee, S. J., Ha, E. K., Jee, H. M., Lee, K. S., Lee, S. W., Kim, M. A., Kim, D. H., Jung, Y. H., Sheen, Y. H., Sung, M. S., & Han, M. Y. (2017). Prevalence and Risk Factors of Urticaria With a Focus on Chronic Urticaria in Children. Allergy, Asthma & Immunology Research, 9(3), 212–219. 

Schaefer P. (2017). Acute and Chronic Urticaria: Evaluation and Treatment. American Family Physician, 95(11), 717–724. PMID: 28671445

Oakley, Amanda. (2021). Chronic urticaria. Dermnet New Zealand. Retrieved 28 November 2024, from, https://dermnetnz.org/topics/chronic-urticaria 

Chronic hives – Diagnosis & treatment. (2024). Mayo Clinic. Retrieved 28 November 2024, from, https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-hives/diagnosis-treatment/drc-20352723 

Chronic Hives (Chronic Idiopathic Urticaria): Causes & Treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved 28 November 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22900-chronic-hives-chronic-idiopathic-urticaria 

Chronic Spontaneous/Idiopathic Urticaria (Chronic Hives). (n.d). Retrieved 28 November 2024, from https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/skin-allergy/chronic-hives/

Versi Terbaru

03/12/2024

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Memahami Penyebab Biduran pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Memahami Penyebab dan Penanganan Biduran Setelah Melahirkan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui seminggu yang lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan