4. Cat scratch disease

Salah satu penyakit yang paling sering terjadi saat memelihara kucing ialah cat scratch disease. Penyakit yang juga disebut bartonellosis ini disebabkan oleh infeksi bakteri Bartonella henselae.
Bakteri ini mudah menular melalui gigitan atau cakaran kucing yang terinfeksi. Selain itu, perpindahan bakteri juga terjadi saat Anda membelai bulu kucing yang baru saja menjilat tubuhnya.
Penyakit infeksi ini dapat menyebabkan sakit kepala, demam, serta benjolan di sekitar gigitan atau cakaran. Gejala tersebut biasanya muncul dalam 1–3 minggu setelah terinfeksi.
5. Infeksi Campylobacter
Pada umumnya, bakteri Campylobacter hidup di dalam saluran pencernaan kucing. Anda bisa terinfeksi bakteri ini bila menyentuh feses atau bulu kucing yang terkontaminasi.
Dikutip dari CDC, penyakit yang disebut campylobacteriosis ini lebih banyak dialami anak-anak berusia di bawah 5 tahun, lansia di atas 65 tahun, dan orang dengan sistem imun yang lemah.
Infeksi Campylobacter dapat menunjukkan gejala, seperti diare yang disertai darah, demam, mual, muntah, dan kram perut. Gejala ini bisa berlangsung selama satu minggu.
6. Toksoplasmosis
Satu lagi bahaya bulu kucing yang kerap diwaspadai yakni toksoplasmosis. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii pada kotoran kucing yang terinfeksi.
Parasit pada kotoran dapat menempel di bulu kucing, lalu menginfeksi saat Anda membelainya.
Siapa pun bisa mengalami toksoplasmosis, tetapi kondisi ini lebih perlu diwaspadai pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah dan ibu hamil.
Ibu hamil yang terinfeksi toksoplasma dapat menularkannya pada janin. Infeksi pada janin dapat menyebabkan komplikasi, seperti kelahiran prematur, cacat lahir, hingga keguguran.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar