Definisi
Apa itu dermatitis stasis?
Dermatitis stasis adalah jenis dermatitis yang terjadi ketika aliran darah menuju jaringan kulit mengalami penyumbatan. Hal ini menyebabkan ruam kemerahan yang mengerak disertai dengan rasa gatal dan perih.
Kondisi yang dikenal sebagai eksim vena ini umumnya memengaruhi betis hingga pergelangan kaki. Anggota gerak bawah memang hanya memiliki katup dengan satu arah aliran yang sangat berperan penting dalam sistem peredaran darah.
Jenis dermatitis ini lebih banyak dialami orang-orang berusia 50 tahun ke atas. Seiring bertambahnya usia, fungsi katup pembuluh darah pada kaki cenderung berkurang atau bahkan berhenti bekerja.
Peradangan kulit akibat dermatitis stasis dapat berlangsung lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, pengobatan bisa membantu meringankan gejala dan mencegah perkembangan penyakit kulit yang lebih parah.
Tanda-tanda dan gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala dermatitis stasis?
Gejala dermatitis stasis umumnya muncul pada tubuh bagian bawah. Awalnya, terjadi perubahan warna kulit menjadi kecoklatan (hiperpigmentasi) dan kemunculan varises. Kaki juga terasa berat sehingga Anda tidak bisa berdiri atau berjalan terlalu lama.
Pembengkakan pada pergelangan kaki sering juga menjadi gejala awal dari dermatitis stasis. Pembengkakan tersebut biasanya mereda ketika Anda tidur, tapi akan kembali muncul di siang hari.
Secara umum, gejala dermatitis ditandai dengan:
- ruam kulit berwarna kemerahan,
- perubahan warna kulit,
- kulit kering dan berkerak,
- rasa gatal yang hebat,
- pelebaran pembuluh darah kaki (varises), dan
- rasa sakit pada kaki.
Jika penyakit dermatitis stasis semakin berkembang, gejala di atas akan menyebar dari pergelangan kaki sampai ke bagian belakang betis. Pada beberapa kasus, kulit juga menjadi tampak merah dan mengilap.
Kulit yang terdampak bisa terasa semakin gatal, kering, dan mengalami iritasi. Ketika gejala sudah bertambah parah, eksim yang tadinya hanya muncul di kaki akan menimbulkan:
- luka terbuka yang bisa disertai nanah,
- luka terbuka yang mengeluarkan cairan,
- penebalan pada kulit, serta
- infeksi kulit yang bisa menimbulkan selulit.
Tidak menutup kemungkinan ada gejala lain yang belum disebutkan di atas. Beberapa gejala juga bisa muncul pada bagian tubuh lainnya.
Kapan Anda harus periksa ke dokter?
Anda sebaiknya memeriksakan diri begitu gejala muncul pertama kali. Pasalnya, peradangan kulit bisa berlangsung menahun bila tidak rutin diobati. Pada kondisi ini, peradangan biasanya sudah membuat kulit kaki menjadi keras dan berwarna gelap.
Ruam kemerahan juga dapat menutupi hampir seluruh permukaan kulit kaki. Kulit yang mengalami kondisi seperti ini lebih rentan mengalami infeksi. Selain infeksi dan selulitis, komplikasi bisa memunculkan penyakit lain, termasuk dermatitis kontak.
Penyebab
Apa penyebab dermatitis stasis?
Penyebab dermatitis stasis adalah penyumbatan pada pembuluh darah vena. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena.
Penyumbatan pada pembuluh darah menghambat aliran darah sehingga menciptakan tekanan berlebih. Tekanan ini dapat memicu kerusakan pembuluh kecil (kapiler) dan mengakibatkan kebocoran darah di bawah kulit.
Kondisi ini biasanya terjadi pada pembuluh darah kaki yang katupnya hanya memiliki satu arah aliran. Pembuluh darah kaki bertugas mengalirkan darah kembali ke bagian atas tubuh, dan katup berfungsi mencegah darah mengalir balik menuju kaki.
Jika fungsi pembuluh darah terganggu, darah dari kaki yang seharusnya kembali ke jantung justru berkumpul dalam pembuluh vena di sekitar kaki. Padahal, darah yang terkumpul kaya akan karbondioksida, bukan oksigen yang dibutuhkan jaringan kulit.
Oleh karena darah tidak bergerak ke jantung, kulit di sekitar kaki sulit mendapatkan oksigen. Akibatnya, terjadilah dermatitis stasis.
Faktor-faktor risiko
Siapa yang lebih berisiko terkena dermatitis stasis?
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena eksim vena. Namun, risikonya lebih tinggi pada orang yang mengalami gangguan peredaran darah.
Penyakit dan kondisi medis tertentu yang turut berperan terhadap kemunculan gejala dermatitis stasis di antaranya:
- tekanan darah tinggi,
- varises,
- gagal jantung,
- gagal ginjal,
- kehamilan,
- penyumbatan pembuluh darah,
- luka pada bagian yang mengalami gangguan pembuluh darah, serta
- obesitas atau kelebihan berat badan.
Sementara itu, gaya hidup yang memperbesar risiko kemunculan penyakit kulit ini adalah:
- duduk atau berdiri dalam waktu lama,
- kurang bergerak atau berolahraga, dan
- kelebihan konsumsi makanan berlemak.
Diagnosis
Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit ini?
Untuk mendiagnosis dermatitis stasis, dokter terlebih dahulu akan mengamati gejala yang muncul pada kulit. Dokter biasanya juga akan memeriksa riwayat penyakit yang Anda miliki.
Kondisi seperti penyumbatan aliran darah, penyakit jantung, dan luka pada bagian kulit yang terdampak merupakan petunjuk penting untuk mendiagnosis penyakit ini. Namun, hasil diagnosis yang lebih pasti biasanya didapatkan dari pengujian medis.
Dokter spesialis kulit kemungkinan akan merujuk Anda untuk melakukan sejumlah tes berikut:
- tes darah,
- tes alergi untuk kulit,
- ultrasound doppler untuk mengukur aliran darah, dan
- tes kondisi jantung.
Obat dan pengobatan
Bagaimana cara mengobati dermatitis stasis?
Pengobatan bertujuan untuk mengendalikan setiap gejala yang mengganggu. Maka dari itu, jenis pengobatan yang direkomendasikan dapat berbeda-beda sesuai dengan gejala yang dialami masing-masing penderita.
Berikut adalah cara mengobati eksim di kaki dan tangan (dermatitis stasis) yang dianjurkan oleh American Academy of Dermatology untuk meredakan gejalanya.
1. Meredakan pembengkakan
Pembengkakan dan nyeri dapat diredakan dengan mengompres kaki menggunakan stoking varises. Selain berguna untuk mengatasi bengkak, kompres kaki dengan stoking juga dapat membantu melancarkan aliran darah.
Anda juga bisa mengurangi pembengkakan dengan mengangkat kaki hingga melebihi dada. Lakukan setiap dua jam sekali selama 15 ini. Kebiasaan ini akan membantu melancarkan aliran darah dari kaki menuju jantung.
2. Mengatasi peradangan
Peradangan pada kulit bisa diatasi dengan mengoleskan pelembab non kosmetik, emolien, atau salep kortikosteroid. Selalu ikuti anjuran pemakaian dari dokter. Jangan gunakan obat kortikosteroid lebih lama dari yang dianjurkan karena dapat menimbulkan efek samping.
3. Melindungi luka
Luka terbuka pada kulit yang meradang sebaiknya tidak dibiarkan terkena udara luar begitu saja. Anda perlu melindungi luka dengan perban. Gantilah perban tiap beberapa jam sekali agar luka senantiasa steril.
4. Mengatasi infeksi
Beberapa penderita berisiko mengalami komplikasi berupa infeksi pada kulit akibat digaruk terus-menerus. Dokter biasanya meresepkan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pastikan Anda menggunakannya sesuai anjuran dokter.
5. Mengobati varises
Varises dapat menyebabkan rasa sakit hingga perdarahan pada bagian kaki yang terdampak. Pada kasus yang parah, pembuluh darah yang bermasalah perlu diangkat melalui prosedur operasi varises.
Pengobatan di rumah
Apa saja pengobatan rumahan yang dapat mengatasi dermatitis stasis?
Pengobatan dermatitis stasis secara mandiri di rumah penting untuk meringankan gejala yang muncul. Anda juga perlu mengubah gaya hidup tertentu yang mungkin memperburuk gejala penyakit ini.
Berikut adalah langkah pengobatan dermatitis rumahan yang bisa dilakukan.
- Mengangkat kaki lebih tinggi dari posisi jantung untuk memperlancar aliran darah dan mencegah penumpukan darah pada pembuluh.
- Tidak berdiri atau duduk terlalu lama. Perbanyaklah bergerak di sela aktivitas seperti mengambil jeda setiap 1 jam sekali dengan berjalan selama 10 menit.
- Berolahraga rutin untuk memperlancar aliran darah dan meningkatkan kekuatan otot. Diskusikan jenis dan durasi olahraga yang Anda perlukan dengan dokter.
- Menggunakan bahan pakaian yang nyaman di kulit.
- Menggunakan sabun, pembersih kulit, dan pelembab yang tidak mengandung pewangi.
- Menghindari zat pemicu alergi atau iritasi yang bisa menimbulkan rasa gatal.
Dermatitis stasis memang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Kendati demikian, pengendalian gejala melalui pengobatan membuat penderita bisa kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal tanpa mengalami peradangan kulit yang berarti.