Ada sejumlah komplikasi dari operasi pada perut, mulai dari nyeri hingga terbentuknya tonjolan jaringan yang dikenal sebagai hernia insisional. Tidak semua orang mengalami kondisi ini, tapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risikonya.
Apa itu hernia insisional?
Hernia insisional adalah kondisi saat jaringan atau organ tubuh menonjol keluar melalui area luka operasi.
Karena penonjolan jaringan umumnya terjadi pada bagian depan perut, jenis hernia yang satu ini juga dikenal sebagai hernia ventral.
Hernia tidak selalu langsung terbentuk setelah seseorang menjalani operasi. Tonjolan bisa saja muncul dalam beberapa pekan, bulan, atau bahkan tahun setelahnya.
Hernia yang terbentuk lalu bertambah besar dari waktu ke waktu.
Sebagian besar kasus hernia setelah operasi tidaklah berbahaya. Namun, hernia yang berukuran besar dapat mengganggu pergerakan dan membuat Anda sulit bernapas.
Operasi perbaikan hernia besar biasanya juga lebih sulit ketimbang hernia kecil.
Dalam kasus yang langka, aliran darah menuju jaringan yang menonjol bahkan dapat terhambat karena pembuluh darah yang terjepit.
Hal tersebut merupakan kondisi medis darurat yang membutuhkan penanganan sesegera mungkin.
Jenis hernia insisional
Berdasarkan lokasinya, hernia terbagi menjadi banyak jenis. Ada hernia inguinalis pada lipatan paha, hernia femoralis pada paha, dan sebagainya.
Namun, menurut metode penyembuhannya, hernia terbagi menjadi hernia yang dapat direduksi dan yang tidak. Berikut perbedaan antara keduanya.
Hernia yang bisa direduksi
Ini merupakan jenis hernia yang bisa didorong kembali ke tempatnya. Tonjolan hernia biasanya juga mengecil saat Anda berbaring.
Hernia yang tidak bisa direduksi
Jenis hernia ini berasal dari bagian usus yang terdorong ke luar rongganya. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan penyumbatan usus.
Di samping itu, penyumbatan usus akibat hernia insisional bisa menyebabkan hernia strangulata. Ini merupakan kondisi darurat yang memerlukan penanganan medis.
Pasalnya, organ usus terjepit sehingga menimbulkan nyeri parah.
Gejala hernia insisional
Gejala utama hernia setelah operasi ialah munculnya tonjolan dekat area luka bedah.
Tonjolan ini akan tampak lebih jelas saat Anda berdiri, batuk, mengangkat barang, dan meregangkan otot-otot.
Selain munculnya tonjolan, Anda mungkin juga akan mengalami gejala lain seperti:
- demam,
- mual dan muntah,
- peningkatan detak jantung,
- rasa tidak nyaman atau sakit pada perut,
- rasa terbakar atau nyeri di sekitar hernia,
- diare,
- sembelit, atau
- bentuk feses menjadi lurus dan kecil.
Penyebab dan faktor risiko hernia insisional
Hernia dapat terbentuk apabila luka operasi pada perut tidak menutup dengan benar.
Dinding otot perut mungkin lemah atau belum pulih sepenuhnya usai operasi. Area ini tidak mampu menahan tekanan pada perut sehingga membentuk celah.
Usus halus, organ, atau jaringan lain dalam perut kemudian mendorong celah tersebut.
Lama-kelamaan, celah pada otot perut menjadi semakin besar sehingga jaringan atau organ di dalamnya dapat melesak keluar.
Area sayatan operasi memang paling lemah selama masa pemulihan.
Celah pada otot perut umumnya terbentuk dalam 3-6 bulan setelah operasi, tetapi hernia bisa saja muncul atau membesar beberapa bulan hingga tahun setelahnya.
Begitu hernia terbentuk, Anda mungkin dapat menemukannya ketika meraba kulit perut.
Ukurannya sangat bervariasi, tergantung panjang sayatan, seberapa baik kemampuan otot dalam memulihkan diri, dan seberapa lama Anda memiliki hernia.
Hernia insisional terkadang bisa terjadi tanpa sebab. Akan tetapi, berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya.
- Memberikan terlalu banyak tekanan pada perut.
- Langsung beraktivitas selama masa pemulihan pascaoperasi.
- Hamil sebelum luka betul-betul pulih.
- Adanya infeksi pada luka operasi.
- Adanya penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit paru, atau gagal ginjal.
- Riwayat obesitas dan kebiasaan merokok.
- Konsumsi obat steroid atau penekan sistem imun.
Penanganan yang tersedia
Hernia insisional hanya bisa membaik dengan operasi, tetapi tidak semua orang harus segera melakukannya.
Dokter biasanya menyarankan operasi bila hernia terasa nyeri, berukuran besar, mengganggu penampilan, dan berisiko menyebabkan komplikasi.
Berikut beberapa pilihan penanganan hernia sesuai kondisinya.
1. Mengawasi kondisi hernia
Jika hernia berukuran kecil, Anda mungkin masih bisa menunda operasi.
Selama hernia tidak menimbulkan nyeri atau rasa tidak nyaman, Anda dapat mengawasi kondisinya saja sambil melakukan pengobatan hernia selain operasi.
Dokter juga kerap memasangkan ikat pinggang khusus untuk mencegah hernia keluar dari celah otot perut.
Perlu diingat bahwa Anda harus tetap meperhatikan ukurannya. Kunjungi dokter bila tonjolan pada perut terasa membesar.
2. Operasi terbuka
Bila hernia insisional bertambah besar dan tidak dapat direduksi, dokter kemungkinan akan melakukan operasi hernia terbuka.
Operasi ini bertujuan untuk mengembalikan jaringan, usus, atau organ pencernaan yang melesak ke posisinya semula.
Dokter juga akan menjahit sebuah jala medis (mesh) ke jaringan sekitar hernia untuk menjaga posisi organ-organ dalam perut.
Jala berbahan polipropilena ini nantinya akan terserap oleh dinding perut Anda.
3. Operasi laparoskopi
Berbeda dengan operasi terbuka, operasi laparoskopi melibatkan beberapa sayatan kecil untuk meminimalisasi luka.
Dokter akan memasukkan alat berbentuk tabung ke dalam sayatan tersebut untuk memperlihatkan tampilan organ-organ Anda.
Dokter lalu memasukkan alat bedah yang memiliki kamera pada ujungnya.
Melalui alat bedah, dokter dapat memperbaiki hernia insisional dan menjahit mesh untuk mengurangi kemungkinan munculnya hernia kembali.
Hernia insisional merupakan tonjolan jaringan atau organ akibat lemahnya dinding otot perut setelah operasi.
Kondisi ini pada dasarnya tidak berbahaya, tapi Anda tetap perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memantau perkembangannya.
Beberapa orang tidak perlu menjalani operasi perbaikan hernia, tapi yang lain mungkin membutuhkannya.
Berkonsultasilah kepada dokter dan tenaga medis terkait agar Anda mendapatkan penanganan yang tepat.
[embed-health-tool-bmr]