<p>
Usus buntu adalah sebuah struktur berbentuk selang kecil yang menempel pada ujung awal usus besar. Apa sebenarnya fungsi dari organ kecil ini belum diketahui pasti. Namun, Anda bisa terkena penyakit usus buntu (apendisitis) jika organ tersebut tersumbat dan mengalami peradangan. Lantas, apa penyebab dari radang usus buntu? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini.
Penyebab utama radang usus buntu (apendisitis)
Peradangan pada bagian apendiks vermiformis (umbai cacing/usus buntu) adalah penyebab awal dari penyakit radang usus buntu (apendisitis). Peradangan dapat terjadi ketika ada feses yang mengeras, benda asing, atau bahkan sel kanker yang menyumbat usus buntu.
Masalah pada sistem pencernaan bisa bersifat sebagian atau hingga menutupi keseluruhan saluran usus buntu. Sumbatan ini kemudian dapat menjadi rumah baru bagi bakteri untuk berkembang biak.
Infeksi bakteri lama kelamaan dapat mengakibatkan usus buntu jadi meradang, bengkak, dan dipenuhi dengan nanah. Bila penyumbatan menutup keseluruhan rongga usus buntu, ini perlu dioperasi.
Radang usus buntu paling sering dialami oleh anak-anak. Sekitar 4 dari setiap 1.000 anak di bawah usia 14 tahun pernah menjalani operasi usus buntu. Meski begitu, tak menutup kemungkinan remaja dan dewasa juga bisa mengalaminya, terutama di usia 15-30 tahunan.
Faktor risiko yang bisa menjadi penyebab usus buntu
Dalam banyak kasus, penyebab radang usus buntu tidak sepenuhnya diketahui dengan jelas. Namun, beberapa orang jadi rentan dengan usus buntu karena adanya beberapa faktor.
Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab radang usus buntu jadi semakin rentan terjadi, antara lain:
1. Genetik
Tidak banyak yang tahu bahwa usus buntu dapat diwarisi dari orangtua. Ya! Faktor genetik ternyata ikut berperan menjadi penyebab meningkatnya risiko seseorang mengalami radang usus buntu akut. Sebanyak 56 persen kasus usus buntu mengacu pada faktor genetik.
Risiko anak mengalami usus buntu dapat meningkat hingga 10 kali lipat jika ada salah satu anggota keluarga intinya (ayah, ibu, atau saudara kandung) memiliki riwayat usus buntu, baik aktif atau sudah pernah diobati.
Penyebab radang usus buntu menjadi penyakit yang diwariskan dalam keluarga dilaporkan terkait dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) serta golongan darah.
Penelitian menemukan bahwa orang-orang golongan darah A berisiko lebih tinggi mengalami usus buntu daripada golongan O.
2. Kurang makan serat
Pada dasarnya makanan bukanlah penyebab usus buntu. Akan tetapi, makanan tertentu yang kurang bisa dicerna dengan baik oleh tubuh dapat menumpuk dan menyumbat usus buntu sehingga kemudian meradang.
Beberapa jenis makanan yang jadi penyebab usus buntu adalah makanan cepat saji, makanan yang tinggi karbohidrat, dan rendah serat.
Sebuah penelitian yang mengamati hampir dua ribu anak di Yunani melaporkan bahwa anak yang kurang makan serat lebih berisiko mengalami radang usus buntu ketimbang mereka yang terbiasa makan seimbang.
Studi kasus lainnya yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan risiko usus buntu pada anak-anak yang asupan seratnya lebih dari cukup turun hingga 30% lebih rendah dibanding anak yang jarang makan serat.
Radang usus buntu paling sering disebabkan oleh penumpukan feses yang mengeras, pertanda sembelit. Serat dapat meningkatkan berat dan ukuran feses karena bersifat menyerap air. Ini membuat tekstur feses jadi lebih lunak sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan melalui anus. Feses yang keras bisa menjadi tanda bahwa Anda kurang mengonsumsi makanan berserat.
3. Cedera atau benturan pada perut
Sebuah penelitian terbitan jurnal Biomed Central melaporkan sebagian kecil kasus cedera yang mengenai perut bisa menjadi penyebab usus buntu. Khususnya apabila cedera atau trauma terjadi di perut area dekat usus buntu, entah itu akibat terjatuh, tertusuk, atau terkena pukulan benda tumpul.
Dalam penelitian yang dilakukan di Maroko ini, peneliti menemukan bahwa luka tusuk di perut dapat menyebabkan usus buntu membengkak dan jaringan limfoid apendiks mengalami pembesaran. Maka, upaya yang bisa dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien adalah mengangkat usus buntu untuk menghindari komplikasi berat.
Penelitian tahun 2010 di Inggris juga menemukan kasus trauma perut akibat terjatuh tengkurap atau terkena benturan di perut dapat menjadi penyebab usus buntu.
Penelitian tersebut melaporkan anak berusia 11 tahun yang tertimpa badan saudaranya di bagian kanan perutnya saat bermain trampolin, mengalami nyeri, mual, dan muntah sesudahnya. Setelah diperiksa, dokter menemukan peradangan pada usus buntunya.
Namun kasus terjadinya usus buntu karena benturan pada perut masih cukup jarang. Para dokter dan peneliti pun belum mengetahui hubungan pasti antara cedera perut dan usus buntu.
Kapan harus segera ke dokter?
Gejala usus buntu umumnya muncul kira-kira dalam 24 jam pertama setelah infeksi muncul. Gejala bisa bertambah parah setelah 48 jam infeksi berkembang.
Apabila Anda menyadari memiliki atau pernah mengalami beberapa faktor penyebab di atas, juga merasakan gejala usus buntu berikut ini, segera periksakan diri ke dokter.
- Sakit di perut bawah bagian kanan, nyeri akan bertambah ketika perut ditekan
- Pada wanita hamil, nyeri akan terasa di bagian atas perut
- Anda mengalami demam
- Hilang nafsu makan karena mual atau muntah
- Badan terasa lemas
- Tidak bisa kentut
- Diare atau BAB berdarah
- Perut membesar atau kembung
Dokter umumnya akan memberikan obat pereda nyeri untuk meredakan gejala-gejala tersebut, dan merekomendasikan Anda menjalani operasi. Operasi usus buntu akan dilakukan apabila sumbatan atau cedera perutnya sudah parah sehingga usus buntu harus dibuang.
Operasi usus buntu dapat dilakukan dengan cara membuat sayatan besar di perut atau beberapa sayatan kecil sekaligus untuk membuang usus buntu yang terinfeksi dan menjadi penyebab radang usus buntu. Prosedur medis ini dilakukan juga bertujuan untuk mencegah usus buntu kembali kambuh.
Sebelum dan setelah operasi, dokter Anda nanti akan meresepkan obat antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi yang dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut.
Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda. Bila dalam waktu 72 jam terhitung dari awal munculnya gejala, belum mendapatkan perawatan dokter, usus buntu bisa pecah. Kondisi ini butuh penanganan medis segera karena mengancam jiwa.
[embed-health-tool-bmr]