backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Esophagectomy (Esofagektomi)

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 26/08/2021

    Esophagectomy (Esofagektomi)

    Esofagus (kerongkongan) berperan penting dalam proses pencernaan sebagai pembawa makanan ke lambung. Bila rusak, organ ini bisa menimbulkan masalah. Pada kasus parah, masalah pada esofagus perlu operasi yang disebut esophagectomy

    Apa itu esophagectomy

    Esophagectomy adalah prosedur bedah untuk mengangkat sebagian atau seluruh kerongkongan. Kerongkongan merupakan saluran tempat makanan mengalir dari tenggorokan ke perut. 

    Prosedur bedah ini merupakan salah satu pilihan dari pengobatan kanker kerongkongan stadium lanjut. Pada beberapa kasus, pasien yang mengalami Barrett’s esophagus dengan sel prakanker yang pasif juga membutuhkan operasi ini. 

    Meski begitu, orang dengan kondisi non-kanker pun bisa memilih prosedur pengobatan yang disebut juga dengan esofagektomi ini. Hal tersebut berlaku ketika fungsi kerongkongan tidak lagi dapat digunakan untuk menelan. 

    Siapa yang membutuhkan prosedur ini?

    Umumnya, dokter merekomendasikan esofagektomi bila kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, perut, dan organ lainnya. Namun, ada kondisi lain yang juga memerlukan prosedur ini, antara lain: 

    • cedera pada kerongkongan, 
    • menelan zat yang merusak sel, seperti alkali, 
    • peradangan kronis, 
    • gangguan otot yang mencegah pergerakan makanan ke perut, dan
    • riwayat operasi pada kerongkongan yang tidak berhasil. 

    Jenis prosedur

    Operasi limb salvage

    Esofagektomi terdiri dari beragam pendekatan metode bedah. Hal ini tergantung pada jumlah dan lokasi sayatan dibuat. Pemilihan jenisnya ditentukan oleh sejumlah faktor, seperti lokasi tumor, riwayat operasi, dan preferensi dokter bedah.

    Ada pun jenis-jenis prosedur yang dimaksud meliputi di bawah ini.

    • McKeown esophagectomy
    • Thoracoabdominal esophagectomy
    • Transhiatal esophagectomy
    • Ivor Lewis esophagectomy
    • Esofagektomi minim invasif

    Prosedur esophagectomy

    Sama seperti prosedur bedah pada umumnya, Anda perlu memerhatikan beberapa hal penting, mulai dari persiapan hingga perawatan setelah prosedur.

    Persiapan sebelum esofagektomi

    Awalnya, dokter akan mendiskusikan terkait risiko dari prosedur yang dijalani. Sebagai contoh, pasien kanker mungkin membutuhkan kemoterapi atau terapi radiasi yang diikuti dengan pemulihan sebelum esofagektomi. 

    Selain itu, ada sejumlah hal yang perlu dikonsultasikan dengan dokter dalam mempersiapkan operasi bedah ini, seperti:

    • berhenti merokok, 
    • daftar obat-obatan yang dikonsumsi, 
    • kapan waktu berhenti makan atau minum semalam sebelum operasi, 
    • membawa obat dan barang-barang perawatan pribadi, 
    • menggunakan pakaian yang nyaman, dan 
    • riwayat alergi

    Tes persiapan sebelum operasi

    Tidak hanya berdiskusi soal hal-hal di atas, dokter akan meminta Anda untuk menjalani sejumlah tes tertentu sebelum operasi, yakni: 

    • pemeriksaan fisik lengkap, 
    • konseling gizi, 
    • CT scan untuk melihat kerongkongan, 
    • PET scan, dan 
    • endoskopi untuk mendeteksi tingkat keparahan kanker. 

    Proses esophagectomy

    Sebelum operasi, dokter akan memberikan obat bius agar Anda tertidur selama operasi. Lalu, kateter epidural ditempatkan ke belakang sebelum pasien tertidur guna mengontrol rasa nyeri setelah operasi. 

    Selanjutnya, dokter akan mengangkat sebagian kerongkongan dan terkadang bagian perut atau sekitar organ lambung. Hal ini ditentukan berdasarkan lokasi tumor dan jenis bedah yang dilakukan. 

    Ahli bedah kemudian menghubungkan kembali kerongkongan yang tersisa ke perut, yang ditarik ke atas area dada atau leher. 

    Kelenjar getah bening nantinya juga akan diangkat agar bisa dilakukan pemeriksaan kanker. Bila kanker terdeteksi pada kelenjar getah bening, kemungkinan kanker telah menyebar di luar kerongkongan. 

    Seusai operasi

    Usai esofagektomi, Anda akan dibawa ke unit perawatan intensif (ICU) untuk dipantau selama 24 – 48 jam. 

    Di sini dokter pelan-pelan akan melepas ventilator dan memberikan makan melalui selang. Tak hanya itu, epidural akan disesuaikan untuk memaksimalkan pengendalian rasa sakit. 

    Selanjutnya, Anda akan dipindahkan ke ruangan lain yang membantu proses pengalihan ke obat nyeri cair, sehingga bisa dimasukkan ke selang makanan. 

    Pada fase perawatan ini dokter akan mengangkat drainase dan epidural. Selain itu, tim bedah akan memonitor kondisi tubuh dan meminta Anda untuk mulai terapi pernapasan dan fisik. 

    Risiko esofagektomi

    Esophagectomy merupakan operasi yang cukup besar dan bisa memicu sejumlah komplikasi, seperti: 

    • perdarahan, 
    • infeksi, 
    • batuk, 
    • kebocoran pada sambungan bedah kerongkongan dan lambung, 
    • perubahan suara, 
    • refluks asam atau refluks empedu, 
    • masalah pencernaan, seperti mual, muntah, atau diare,
    • gangguan pernapasan, seperti pneumonia,
    • kesulitan menelan (disfagia), 
    • fibrasi atrium, hingga 
    • kematian. 

    Kategori orang yang berisiko mengalami komplikasi

    Ada sederet kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda terhadap komplikasi setelah esofagektomi, yakni: 

    • tidak dapat berjalan bahkan untuk jarak pendek, 
    • berusia lebih dari 60 tahun, 
    • perokok berat, 
    • penyandang obesitas
    • berat badan turun drastis akibat kanker, 
    • menjalani pengobatan steroid, serta 
    • menggunakan obat kanker sebelum operasi. 

    Perawatan setelah esophagectomy

    pengobatan gagal ginjal

    Normalnya, orang yang menjalani esofagektomi melaporkan peningkatan kualitas hidup. Meski begitu, gejala yang dialami pada kerongkongan masih berlanjut. 

    Itu sebabnya, dokter akan merekomendasikan perawatan lanjutan guna mencegah komplikasi setelah operasi. Mereka juga membantu menyesuaikan gaya hidup Anda, seperti:  

    • memeriksa sayatan secara teratur, seperti tanda-tanda infeksi, perdarahan, dan pembengkakan,
    • mencuci bekas operasi dengan sabun dan air secara lembut, 
    • mengikuti panduan diet, terutama pada masa transisi dari makanan tabung ke makanan biasa, 
    • memperhatikan setiap perubahan pada berat badan, entah itu naik atau turun. 

    Kapan harus periksa ke dokter?

    Pada masa pemulihan setelah operasi, ada kalanya Anda mengalami kondisi tertentu yang membutuhkan perawatan dari dokter, antara lain: 

    • nyeri atau demam yang semakin parah, 
    • tanda-tanda infeksi di sekitar sayatan, seperti kemerahan dan perdarahan, 
    • kelelahan, 
    • sesak napas yang disertai dengan jantung berdebar kencang, 
    • diare atau warna feses hitam, 
    • rasa terbakar pada tenggorokan, 
    • batuk tak kunjung sembuh, dan 
    • penyakit kuning

    Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter guna memahami solusi apa yang tepat untuk Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 26/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan