Benarkah permen karet tidak bisa dicerna oleh tubuh? Haruskah Anda melakukan cuci usus untuk membersihkan sistem pencernaan? Ternyata, kedua hal ini merupakan contoh kecil dari banyaknya mitos seputar pencernaan.
Beberapa mitos yang diyakini banyak orang mungkin tidak berdampak besar bagi tubuh Anda. Akan tetapi, ada pula anggapan-anggapan keliru terkait sistem pencernaan yang sebaiknya Anda hindari.
Berbagai mitos seputar sistem pencernaan
Sistem pencernaan berperan penting dalam mengubah makanan yang Anda konsumsi menjadi energi.
Apabila terjadi gangguan pada sistem pencernaan, proses pengolahan makanan dan penyerapan zat gizi tentu dapat terkena imbasnya.
Terkadang, beberapa masalah pencernaan bisa terjadi akibat kebiasaan atau anggapan keliru yang dilakukan sehari-hari.
Supaya pencernaan tetap sehat, berikut berbagai mitos seputar pencernaan yang perlu Anda ketahui.
1. Usus tidak bisa mencerna permen karet
Apakah Anda pernah tidak sengaja menelan permen karet? Pada dasarnya, permen karet memang tidak dirancang untuk ditelan.
Bentuknya yang kenyal dan lengket juga kerap membuat orang beranggapan bahwa permen karet tak akan bisa dicerna.
Tubuh memang tidak bisa mencerna permen karet, tetapi permen karet yang tertelan tidak akan tertinggal selamanya dalam perut.
Gerak usus Anda akan menggerakkan permen karet menuju anus dan mengeluarkannya lewat feses.
2. Semakin banyak konsumsi serat, semakin baik untuk tubuh
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG), orang dewasa idealnya mengonsumsi 25–35 gram serat per hari.
Serat memang penting untuk kesehatan pencernaan, tapi anjuran untuk makan sebanyak-banyaknya serat ternyata merupakan mitos.
Konsumsi serat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah pencernaan lain, seperti perut kembung, kram perut, dan perut begah.
Jadi, jika Anda ingin lebih banyak makan serat, pastikan Anda menambah asupannya secara bertahap.
3. Hindari makanan berserat tinggi saat diare
Ada dua macam serat makanan, yakni serat larut air dan serat tidak larut air.
Meskipun keduanya sama-sama baik bagi pencernaan, serat tidak larut air mungkin kurang cocok untuk mengatasi diare karena dapat merangsang gerak usus.
Sebaliknya, penelitian dalam jurnal Nutrition Today menunjukkan bahwa serat larut air dapat menyerap kelebihan air dalam feses.
Jadi, Anda tetap boleh makan makanan tinggi serat saat diare, tapi pilihlah yang kaya akan serat larut air, contohnya:
- pisang,
- jeruk,
- alpukat,
- tomat,
- brokoli,
- wortel, dan
- gandum.
4. Banyak makan kacang menyebabkan perut kembung
Banyak yang meyakini kacang sebagai salah satu makanan penghasil gas yang bikin perut kembung.
Mitos ini tak sepenuhnya salah karena kacang memang kaya akan rafinosa, yakni sejenis karbohidrat yang meningkatkan produksi gas dalam saluran pencernaan.
Meski begitu, kacang bukanlah penghasil gas terbanyak. Dibandingkan kacang, masih ada makanan lain yang lebih sering menyebabkan kembung, seperti apel, bawang, susu dan produk olahannya, serta camilan tinggi garam.
5. Mengangkat benda berat bisa menyebabkan hernia
Ada anggapan bahwa hernia biasanya terjadi pada orang yang sering mengangkat benda berat.
Ini ternyata merupakan mitos belaka sebab sebagian besar hernia muncul akibat kelemahan otot yang terjadi jauh sebelum gejala hernia seperti benjolan muncul.
Beberapa faktor lain yang dapat melemahkan otot yakni pertambahan usia, cedera, dan sayatan bedah.
Mengangkat benda-benda berat bukanlah penyebab hernia, melainkan faktor yang dapat memperparah hernia yang sudah ada.
6. Cuci usus dapat membersihkan saluran pencernaan
Manfaat cuci usus mungkin merupakan salah satu mitos pencernaan yang paling terkenal.
Cuci usus adalah metode untuk membersihkan saluran pencernaan yang dapat dilakukan dalam dua cara, yakni dengan konsumsi produk detoks atau hidroterapi kolon.
Kendati tidak berbahaya bagi orang yang sehat, cuci usus tidak dianjurkan bagi orang yang mengalami penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan divertikulitis.
Pasalnya, cuci usus bisa memperparah diare yang menjadi gejala dari penyakit-penyakit tersebut.