backup og meta

9 Mitos Seputar Pencernaan yang Dipercaya Banyak Orang

9 Mitos Seputar Pencernaan yang Dipercaya Banyak Orang

Benarkah permen karet tidak bisa dicerna oleh tubuh? Haruskah Anda melakukan cuci usus untuk membersihkan sistem pencernaan? Ternyata, kedua hal ini merupakan contoh kecil dari banyaknya mitos seputar pencernaan.

Beberapa mitos yang diyakini banyak orang mungkin tidak berdampak besar bagi tubuh Anda. Akan tetapi, ada pula anggapan-anggapan keliru terkait sistem pencernaan yang sebaiknya Anda hindari.

Berbagai mitos seputar sistem pencernaan

Sistem pencernaan berperan penting dalam mengubah makanan yang Anda konsumsi menjadi energi.

Apabila terjadi gangguan pada sistem pencernaan, proses pengolahan makanan dan penyerapan zat gizi tentu dapat terkena imbasnya.

Terkadang, beberapa masalah pencernaan bisa terjadi akibat kebiasaan atau anggapan keliru yang dilakukan sehari-hari.

Supaya pencernaan tetap sehat, berikut berbagai mitos seputar pencernaan yang perlu Anda ketahui.

1. Usus tidak bisa mencerna permen karet

manfaat mengunyah permen karet untuk asam lambung

Apakah Anda pernah tidak sengaja menelan permen karet? Pada dasarnya, permen karet memang tidak dirancang untuk ditelan.

Bentuknya yang kenyal dan lengket juga kerap membuat orang beranggapan bahwa permen karet tak akan bisa dicerna.

Tubuh memang tidak bisa mencerna permen karet, tetapi permen karet yang tertelan tidak akan tertinggal selamanya dalam perut.

Gerak usus Anda akan menggerakkan permen karet menuju anus dan mengeluarkannya lewat feses.

2. Semakin banyak konsumsi serat, semakin baik untuk tubuh

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG), orang dewasa idealnya mengonsumsi 25–35 gram serat per hari.

Serat memang penting untuk kesehatan pencernaan, tapi anjuran untuk makan sebanyak-banyaknya serat ternyata merupakan mitos.

Konsumsi serat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah pencernaan lain, seperti perut kembung, kram perut, dan perut begah.

Jadi, jika Anda ingin lebih banyak makan serat, pastikan Anda menambah asupannya secara bertahap.

3. Hindari makanan berserat tinggi saat diare

Ada dua macam serat makanan, yakni serat larut air dan serat tidak larut air.

Meskipun keduanya sama-sama baik bagi pencernaan, serat tidak larut air mungkin kurang cocok untuk mengatasi diare karena dapat merangsang gerak usus.

Sebaliknya, penelitian dalam jurnal Nutrition Today menunjukkan bahwa serat larut air dapat menyerap kelebihan air dalam feses.

Jadi, Anda tetap boleh makan makanan tinggi serat saat diare, tapi pilihlah yang kaya akan serat larut air, contohnya:

  • pisang,
  • jeruk,
  • alpukat,
  • tomat,
  • brokoli,
  • wortel, dan
  • gandum.

4. Banyak makan kacang menyebabkan perut kembung

kacang untuk ibu hamil

Banyak yang meyakini kacang sebagai salah satu makanan penghasil gas yang bikin perut kembung.

Mitos ini tak sepenuhnya salah karena kacang memang kaya akan rafinosa, yakni sejenis karbohidrat yang meningkatkan produksi gas dalam saluran pencernaan.

Meski begitu, kacang bukanlah penghasil gas terbanyak. Dibandingkan kacang, masih ada makanan lain yang lebih sering menyebabkan kembung, seperti apel, bawang, susu dan produk olahannya, serta camilan tinggi garam.

5. Mengangkat benda berat bisa menyebabkan hernia

Ada anggapan bahwa hernia biasanya terjadi pada orang yang sering mengangkat benda berat.

Ini ternyata merupakan mitos belaka sebab sebagian besar hernia muncul akibat kelemahan otot yang terjadi jauh sebelum gejala hernia seperti benjolan muncul.

Beberapa faktor lain yang dapat melemahkan otot yakni pertambahan usia, cedera, dan sayatan bedah.

Mengangkat benda-benda berat bukanlah penyebab hernia, melainkan faktor yang dapat memperparah hernia yang sudah ada.

6. Cuci usus dapat membersihkan saluran pencernaan

Manfaat cuci usus mungkin merupakan salah satu mitos pencernaan yang paling terkenal.

Cuci usus adalah metode untuk membersihkan saluran pencernaan yang dapat dilakukan dalam dua cara, yakni dengan konsumsi produk detoks atau hidroterapi kolon.

Kendati tidak berbahaya bagi orang yang sehat, cuci usus tidak dianjurkan bagi orang yang mengalami penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan divertikulitis.

Pasalnya, cuci usus bisa memperparah diare yang menjadi gejala dari penyakit-penyakit tersebut.

7. Stres menyebabkan tukak lambung

Beberapa orang meyakini bahwa stres merupakan penyebab tukak lambung, padahal ini merupakan mitos.

Stres memang dapat memperparah penyakit lambung, tapi tukak lambung sendiri disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori.

H. pylori menyerang lapisan pelindung lambung sehingga lambung lebih mudah terkikis oleh asam.

Stres membuat produksi asam lambung turut meningkat. Inilah mengapa gejala sakit lambung cenderung bertambah parah ketika Anda stres.

8. Sayuran mentah lebih sehat

Banyak orang beranggapan bahwa sayuran mentah lebih baik bagi pencernaan, tapi sayangnya ini termasuk mitos.

Tidak semua orang dapat makan sayuran mentah, terutama mereka yang memiliki penyakit pada saluran pencernaan.

Sayuran mentah dapat memicu produksi gas penyebab perut kembung. Selain itu, usus lebih mudah mencerna dan menyerap zat gizi dari sayuran yang sudah matang.

Jadi, lebih baik Anda memasak sayuran sebelum mengonsumsinya.

9. Orang dengan intoleransi laktosa harus menghindari produk susu

susu, nutrisi, dan suplemen makanan untuk orang tua

Orang dengan intoleransi laktosa memang harus membatasi konsumsi susu dan produk olahannya, tapi tidak berarti mereka harus menghindarinya sama sekali.

Setiap orang yang memiliki intoleransi laktosa memiliki batas “aman” tersendiri. Sebagai contoh, ada orang yang bisa makan yoghurt dan es krim tanpa masalah, tapi akan mengalami diare jika mengonsumsi susu.

Guna memastikan produk susu apa saja yang aman bagi Anda, cobalah konsultasikan kepada dokter.

Ada banyak sekali mitos seputar pencernaan yang beredar di masyarakat. Beberapa di antaranya memang tidak berbahaya bagi tubuh, tapi ada pula yang dapat berdampak pada kesehatan pencernaan Anda.

Guna menjaga kesehatan pencernaan, pastikan Anda menerapkan pola makan yang sehat dan minum air yang cukup.

Jika Anda mengalami gejala gangguan pencernaan, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Swallowing gum: Is it harmful?. (2022). Retrieved 3 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/digestive-system/expert-answers/faq-20058446

Hernia: Types, Treatments, Symptoms, Causes & Prevention. (2022). Retrieved 3 January 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15757-hernia

What you should know about colon cleansing. (2022). Retrieved 3 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/consumer-health/expert-answers/colon-cleansing/faq-20058435

Stomach ulcer. (2017). Retrieved 3 January 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/stomach-ulcer/

How to add more fiber to your diet. (2022). Retrieved 3 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/fiber/art-20043983

Feel Bloated? 5 Odd Reasons for Your Stomach Pain. (2021). Retrieved 3 January 2022, from https://health.clevelandclinic.org/feel-bloated-5-odd-reasons-stomach-pain/

Lactose intolerance – Symptoms and causes. (2022). Retrieved 3 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232

Versi Terbaru

13/01/2022

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Fungsi Anus dan Rektum dalam Sistem Pencernaan

Mengenal Jenis Serat Terbaik untuk Diet Anda


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 13/01/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan