backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Pilihan Obat dan Penanganan yang Efektif Menyembuhkan Hepatitis C

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 19/01/2021

    Pilihan Obat dan Penanganan yang Efektif Menyembuhkan Hepatitis C

    Hepatitis C merupakan penyakit hepatitis menular yang mudah berkembang menjadi kronis. Anda perlu mendapatkan penanganan khusus untuk mencegah risiko terjadinya komplikasi. Berikut sejumlah pilihan obat dan pengobatan hepatitis C.

    Obat dan penanganan hepatitis C

    Vaksin hepatitis C

    Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi membutuhkan waktu yang lama karena menyebabkan infeksi hati yang serius.

    Jauh sebelum teknologi berkembang, pilihan obat hepatitis C hanya bergantung pada injeksi obat dengan efek samping yang besar dengan tingkat kesembuhan yang rendah.

    Hal ini dikarenakan hepatitis C memiliki jenis hepatitis yang bervariasi, yaitu 7 tipe gen HCV dengan lebih dari 60 sub-tipe. Genotip HCV yang paling sering ditemukan adalah hepatitis C tipe-1.

    Setiap jenis virus hepatitis ini dapat merusak hati dengan kemunculan gejala atau kondisi kesehatan dalam jangka panjang.

    Ini yang membuat dokter harus ekstra berhati-hati saat memberikan obat dan perawatan hepatitis tipe C sesuai dengan tingkat keparahan dan tipe gennya.

    Obat dan perawatan hepatitis C akut

    Gejala hepatitis tipe C yang akut umumnya tidak terlalu mengganggu. Namun, alangkah baiknya untuk mendatangi dokter ketika merasa tubuh tidak sehat.

    Semakin cepat hepatitis didiagnosis lewat tes darah, semakin mudah pengobatan yang harus dijalani.

    Pengobatan hepatitis C biasanya akan diawasi oleh dokter penyakit dalam yang memiliki spesialisasi penyakit hati (hepatologis) dan pencernaan (gastroenterologis).

    Setelah melakukan diagnosis, dokter biasanya akan meminta Anda untuk menjalani perawatan sederhana di rumah, seperti:

    Selain perawatan sederhana, Anda juga diminta untuk melakukan serangkaian tes darah secara berkala. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan infeksi virus.

    Bila jumlah virus bertambah banyak, Anda mungkin akan diresepkan obat hepatitis C atau menerima injeksi untuk menekan virus.

    Pengobatan hepatitis C kronis

    Interferon obat hepatitis D

    Bila infeksi virus hepatitis C telah berlangsung lebih dari 6 bulan, Anda mungkin sudah memasuki tahap hepatitis kronis dengan gejala yang mengganggu.

    Pada tahap infeksi kronis, dokter akan berupaya untuk menghentikan infeksi HCV, mengendalikan gejala hepatitis C, dan mengurangi risiko komplikasi, seperti sirosis dan kanker hati.

    Berikut ini beberapa pilihan perawatan dan obat hepatitis C kronis yang biasa diberikan oleh dokter.

    Kombinasi interferon dan ribavirin

    Pada awalnya, pengobatan hepatitis C bergantung pada injeksi interferon yang dikombinasikan dengan ribavirin sebagai obat hepatitis secara umum.

    Interferon adalah jenis protein yang berfungsi membantu sistem imun untuk melawan virus. Obat ini biasanya diberikan seminggu sekali dengan biaya yang cukup mahal.

    Kini, kombinasi interferon dan ribavirin mulai ditinggalkan oleh beberapa negara, termasuk di Indonesia. Pasalnya, pengobatan hepatitis C satu ini memiliki peluang kesembuhan yang rendah, tetapi memicu efek samping yang serius, antara lain:

    • mual dan muntah,
    • kelelahan,
    • sakit kepala,
    • demam,
    • anemia,
    • darah tinggi,
    • gangguang kecemasan,
    • perubahan emosi, serta
    • depresi.

    Direct Acting Antiviral (DAA)

    Obat hepatitis antivirus dan interferon

    Mengingat kombinasi interferon dan ribavirin dinilai tidak efektif, banyak negara yang mulai beralih ke Direct Acting Antiviral (DAA) sebagai pilihan obat hepatitis C.

    Direct Acting Antiviral adalah jenis obat yang bekerja sama seperti obat antivirus lainnya, yaitu melawan infeksi virus secara langsung. DAA merupakan obat oral yang memiliki masa terapi yang lebih pendek dari interferon, yaitu 8 hingga 12 minggu.

    Perawatan hepatitis yang satu ini disebut lebih efektif dalam menghentikan infeksi virus. Bahkan, sejak DAA ditemukan, tingkat penyembuhan hepatitis A di dunia melonjak drastis hingga 90 persen.

    Kabar baiknya, efek samping dari obat hepatitis ini juga lebih rendah dan dapat diperoleh dengan harga terjangkau. Di Indonesia sendiri, jenis obat DAA yang lebih banyak dipakai adalah kombinasi daclastavir dan sofosbuvir.

    Kedua obat tersebut memang biasa digunakan untuk melawan semua genotip virus hepatitis C. Dosis yang diberikan obat ini pun berkisar 60 miligram daclastavir dan 400 miligram sofosbuvir yang dikonsumsi sebanyak sekali sehari selama maksimal 12 minggu.

    Direct Acting Antiviral (DAA) merupakan jenis obat yang sekarang ini marak digunakan untuk menyembuhkan hepatitis C. Obat ini berfungsi sebagaimana antivirus secara umum yang melawan infeksi virus secara langsung.

    Selain obat kombinasi ini, terdapat kombinasi antivirus lainnya yang bisa memerangi infeksi HCV berdasarkan tipe gennya, yaitu:

    • daclatasvir dan sofosbuvir,
    • sofosbuvir dan velpatasvir,
    • sofosbuvir, velpatasvir, dan voxilapresvir,
    • glecaprevir dan pibrentasvir,
    • elbasvir dan grazoprevir,
    • ledipasvir dan sofosbuvir, serta
    • sofosbuvir dan ribavirin.

    Transplantasi hati

    Pengobatan hepatitis D dengan transplantasi hati

    Bila tidak segera ditangani, Anda berisiko mengalami komplikasi hepatitis C kronis seperti sirosis dan kerusakan hati jangka panjang. Akibatnya, perawatan dan obat hepatitis C yang sudah disebutkan tidak lagi efektif.

    Satu-satunya cara mengatasi kerusakan hati akibat hepatitis C adalah transplantasi hati. Prosedur cangkok hati ini bertujuan mengembalikan fungsi hati dengan mengganti hati yang rusak dengan donor hati yang sehat.

    Meski begitu, transplantasi hati tidak benar-benar menyembuhkan hepatitis C. Infeksi HCV dapat kembali terjadi meskipun transplantasi telah dilakukan.

    Hal ini yang membuat pasien hepatitis C yang telah menjalani transplantasi membutuhkan pengobatan yang perlu disertai dengan obat antivirus.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 19/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan