backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Benarkah BAB Terlalu Lama Bisa Bikin Ambeien?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 20/04/2021

    Benarkah BAB Terlalu Lama Bisa Bikin Ambeien?

    Apakah Anda termasuk orang yang suka menghabiskan waktu lama di toilet atau kamar mandi sambil buang air besar (BAB) dengan melakukan berbagai aktivitas? Namun, ternyata BAB terlalu lama berisiko terkena penyakit ambeien. Simak penjelasan berikut.

    Benarkah BAB terlalu lama menyebabkan ambeien?

    Membawa gawai ke toilet sudah dianggap hal biasa karena membuat tidak bosan. Namun, dari sisi medis, ada baiknya hal tersebut tidak dijadikan kebiasaan. Akibat kebiasaan BAB terlalu lama disebut dapat membuat Anda berisiko ambeien.

    Efek dari berjongkok akibat BAB dalam waktu yang terlalu lama di toilet yaitu otot-otot di sekitar anus dalam posisi terlalu lama menegang. Di samping itu, ada penyakit khas yang menghantui orang-orang dengan kebiasaan BAB terlalu lama, yakni ambeien.

    Menurut Gregory Thorkelson, Psikiater dari departemen gastroenterologi, hepatologi, dan nutrisi di Universitas Pittsburgh, jika tidak ‘kebelet’ buang air besar, Anda akan merasa perlu untuk mengejan. Memaksakan diri mengejan justru bisa memicu wasir atau ambeien, karena pembuluh darah di sekitar anus menjadi bengkak dan sakit, bahkan berdarah.

    Thorkelson menyarankan agar seseorang pergi ke toilet untuk buang air besar hanya ketika benar-benar terasa. BAB dapat diselesaikan kurang dari 10-15 menit, Anda pun tak perlu terlalu lama berjongkok untuk BAB yang membuat Anda berisiko ambeien.

    Rasa kebelet muncul saat usus melakukan gerak peristaltik yang kemudian menyebabkan kontrasi berirama dalam menggerakan tinja.  Saat tinja menyentuh anus, sensasi kebelet segera muncul dan inilah waktu yang tepat untuk BAB.

    Kondisi ingin BAB ini sebaiknya segera dituruti. Menahan BAB justru menjadikan usus melakukan gerakan peristaltik terbalik. Inilah yang nantinya membuat cairan pada tinja berkurang lalu membuat tinja Anda menjadi keras, dan Anda akan mengalami sembelit.

    Semakin keras tinja Anda, maka Anda akan sulit buang air besar atau sembelit. Masalah ini juga adalah salah satu yang menyebabkan Anda menghabiskan banyak waktu di toilet. Sembelit atau konstipasi harus membuat Anda waspada.

    Lantas, bagaimana cara mencegah ambeien?

    1. Minum air dan makan serat

    Mengejan saat buang air akan mengakibatkan pembesaran pembuluh darah di anus (wasir). Mengejan dapat dihindari bila gerakan usus Anda baik sehingga buang air lancar tanpa mengejan. Agar gerakan usus Anda baik, Anda perlu cukup minum air dan makan serat. Serat bisa didapat dari sayur ataupun buah. Bisa juga berasal dari sereal atau agar-agar.

    2. Banyak bergerak

    Pola hidup kurang bergerak dapat meningkatkan risiko ambeien. Karena itu, solusinya adalah lebih banyak bergerak. Usahakan untuk berolahraga 3-5 kali atau minimal 150 menit seminggu.

    Selain itu, kurangi naik kendaraan untuk jarak yang masih mampu dijangkau dengan berjalan kaki.

    3. Hindari terlalu banyak duduk

    Duduk terlalu lama dapat menimbulkan tekanan pada anus sehingga memicu wasir. Karena itu, cobalah untuk tidak duduk saat melakukan kegiatan yang bisa dilakukan sambil berdiri, misalnya menelepon.

    Kalaupun pekerjaan Anda mengharuskan untuk banyak duduk, sering-seringlah menyempatkan berdiri, minimal 2 jam sekali.

    4. Hindari BAB terlalu lama dengan main HP di toilet

    Gaya hidup saat ini tidak bisa lepas dari telepon cerdas (smartphone) yang sering kali terbawa hingga ke toilet. Padahal, “keasyikan’ mengoperasikan telepon cerdas sambil duduk di toilet alias BAB terlalu lama dapat meningkatkan risiko wasir.

    Selain itu, membawa telepon cerdas ke toilet hanya akan menambah banyak bakteri yang menempel padanya. Maka dari itu, cobalah untuk tidak lagi berpikir menjadikan smartphone sebagai teman buang air lagi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 20/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan