Masalah mahasiswa tidak hanya seputar akademis maupun sosial, tetapi juga soal kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental pada mahasiswa kerap kali muncul karena adanya tuntutan untuk mulai hidup mandiri dan dapat mengatur segala sesuatunya sendiri.
Nah, apa saja masalah kesehatan mental yang mungkin muncul pada golongan mahasiswa ini dan bagaimana cara mengatasinya? Seperti apakah peran orangtua dalam mengatasi masalah-masalah ini? Berikut penjelasannya.
Berbagai masalah mental mahasiswa yang sering terjadi
Sebagai transisi dari masa anak-anak ke dewasa awal, masa remaja, termasuk mahasiswa, tidak jarang menjadi waktu yang paling sulit untuk dilewati.
Di antaranya yang cukup sering terjadi, yaitu gangguan kesehatan mental pada remaja ini. Apa saja? Berikut adalah beberapa masalah mental yang umum terjadi pada mahasiswa.
1. Depresi
Menurut American Psychological Association, masalah mahasiswa, seperti depresi karena kuliah meningkat sebanyak 10% selama sepuluh tahun terakhir. Depresi yang dibiarkan dan tidak diobati bisa berujung pada risiko bunuh diri.
Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia juga cukup banyak. Rata-rata mereka tertekan karena persoalan akademis dan sosial.
2. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan salah satu masalah mental pada mahasiswa yang paling sering dialami dan tak jarang dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Penelitian membuktikan sekitar 75% orang yang memiliki gangguan kecemasan umumnya menunjukkan berbagai gejalanya sebelum memasuki usia 22 tahun.
Maka tak heran jika gangguan kecemasan menjadi salah satu masalah kesehatan mental mahasiswa.
3. Gangguan makan
Berbagai gangguan makan, seperti anoreksia, bulimia, dan binge eating (makan tak terkendali) adalah masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada anak kuliah.
Umumnya, mereka stres karena serangkaian tugas yang menumpuk dan tinggal jauh dari orangtua.
4. Menyakiti diri sendiri
Perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri di beberapa bagian tubuh yang tidak terlihat sering kali terjadi sebagai respons terhadap stres dan tekanan yang luar biasa besarnya.
Hal itu diperkuat dengan sebuah survei yang dilakukan oleh para peneliti Cornell dan Universitas Princeton yang menemukan bahwa sekitar 20% mahasiswi dan 14% mahasiswa telah melakukan perilaku menyakiti diri sendiri.
5. Penyalahgunaan narkoba dan alkohol
Masalah mahasiswa lainnya yang kerap ditemui, yakni penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
Hal ini menjadi masalah utama yang pada akhirnya berkontribusi pada kecelakaan dan pelecehan seksual di kalangan mahasiswa.
6. Insomnia
Meskipun bukan tergolong penyakit mental, insomnia atau gangguan tidur pada remaja bisa menjadi salah satu gejala dari berbagai masalah mental pada mahasiswa.
Insomnia juga bisa menjadi masalah fisik yang serius jika dilakukan terus-menerus.
7. ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan yang terjadi pada otak dan dapat mengganggu fungsi dan perkembangan otak.
Nah, kondisi ini bisa dipicu oleh tuntutan dan tekanan selama kuliah, sehingga gejala ADHD pada remaja akan semakin sulit dikendalikan.
Bagaimana cara mengatasi masalah yang dialami mahasiswa?
Semakin bertambah dewasa, maka semakin bertambah pula permasalahan hidup. Banyaknya tuntutan dan tingginya target pencapaian sering dijadikan alasan gangguan kesehatan pada mahasiswa.
Sebagai antisipasi, berikut ini cara mengatasi gangguan mental pada mahasiswa yang dilansir dari laman Birmingham City School of Health Sciences.
1. Ajak teman untuk ngobrol
Terkadang, tekanan akademis bisa sangat berat untuk ditangani, sehingga sangat wajar bila merasa stres. Jika Anda yang mahasiswa merasa cemas atau stres, jangan menyimpannya untuk diri sendiri.
Bicaralah dengan seseorang, baik itu teman, anggota keluarga, atau dosen di kampus. Ingatlah, akan selalu ada cara untuk membantu Anda merasa lebih baik dalam mengatasi masalah apa pun.
2. Rutin olahraga
Tetap aktif dengan melakukan olahraga ringan selama 20 menit dalam sehari menjadi kunci untuk membantu mengatasi stres atau depresi karena kuliah.
Endorfin yang dilepaskan selama berolahraga terbukti secara klinis membantu Anda merasa bahagia, tidur lebih nyenyak, dan bisa lebih berkonsentrasi.
3. Luangkan waktu untuk me time
Cobalah untuk menghilangkan tekanan dan melakukan sesuatu yang Anda sukai atau me time untuk mengalihkan pikiran Anda dari berbagai hal.
Misalnya, menonton film, menggambar atau mendengarkan musik. Selain itu, meditasi juga menjadi cara yang bagus untuk menenangkan pikiran Anda.
4. Tentukan tujuan untuk diri sendiri
Masalah kesehatan mahasiswa dapat membuat tugas kecil tampak sulit dan mustahil dikerjakan. Jadi, jangan mencoba dan memaksakan diri terlalu keras.
Mulailah untuk membuat daftar tugas yang dapat Anda capai dan realistis, tidak peduli seberapa kecil tugas itu. Misalnya, sekadar merapikan kamar atau menulis paragraf esai.
5. Istirahat yang cukup
Terapkan pola tidur yang teratur. Pasalnya, pola tidur yang teratur lebih bermanfaat daripada menghabiskan waktu tidur lebih banyak.
Jadi, cobalah untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
Jika Anda kesulitan untuk menerapkannya, cobalah mendengarkan sesuatu yang menenangkan dan membuat Anda tidur lebih cepat.
Apa yang harus orangtua lakukan?
Dalam hal ini, peran orangtua atau pengajar sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental dan akademik mahasiswa.
Di bawah ini, terdapat beberapa tips untuk membantu mengatasi masalah mahasiswa yang bisa Anda terapkan.
1. Persiapkan mental anak Anda untuk hal yang tak terduga
Sebuah survei dari National Alliance on Mental Illness pada mahasiswa menemukan fakta bahwa 27% dari semua responden hidup dengan depresi, 24% dengan gangguan bipolar, dan 11% dengan kecemasan.
Oleh karena itu, orangtua perlu berbicara dengan anak-anaknya tentang kesehatan mental. Orangtua harus memberi tahu anaknya bahwa mereka tidak berjuang sendirian.
2. Menjaga komunikasi
Menjaga jalur komunikasi tetap terbuka sangat penting. Ini akan membantu anak Anda merasa nyaman, sehingga dapat membicarakan apa pun tanpa takut dihakimi.
Sangat penting bagi orangtua untuk meluangkan waktu untuk menelepon anak-anaknya yang sedang berkuliah. Terlebih lagi ketika anaknya harus merantau jauh dari orangtua.
Sebisa mungkin, jangan batasi komunikasi hanya secara virtual. Usahakan untuk bertemu langsung agar dapat membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh mahasiswa.
3. Mendorong untuk menerapkan gaya hidup sehat
Pentingnya diet yang sehat, tidur yang cukup, dan olahraga teratur untuk kesehatan mental secara menyeluruh.
Hal ini memang tak mudah dilakukan, terlebih saat harus tinggal sendiri dan jauh dari orangtua.
Kendati begitu, jangan coba untuk menceramahinya. Justru, tanyakan kondisi mereka ketika bisa makan secara teratur dan bangun pada waktu yang sama setiap pagi.
Hal ini akan membantu menstabilkan emosinya.
4. Beri ruang untuk mengakui kesalahan
Kesempurnaan bukanlah tujuan yang harus dicapai. Penting untuk memberi tahu anak Anda bahwa Anda mendukung mereka apa pun yang terjadi.
Kesalahan adalah bagian hidup yang tak terhindarkan dan anak Anda bisa belajar darinya. IPK yang sempurna tidak sepadan jika itu mengorbankan kesejahteraan emosional anak Anda.
5. Menemui dokter
Semua mahasiswa, terutama mereka yang sedang mengalami gejala gangguan kesehatan mental, harus memiliki rencana untuk berjaga-jaga jika keadaan menjadi rumit dan sulit untuk ditangani.
Buat janji dengan pusat kesehatan mental di kampus untuk menentukan layanan apa yang tersedia.
Jika anak Anda sudah berada di bawah perawatan psikiater atau psikolog, pastikan bahwa mereka dapat melanjutkan perawatan itu saat berada di luar sekolah.
Memiliki rencana yang matang akan memudahkan anak Anda mendapatkan layanan kesehatan mental jika diperlukan.
Kesimpulan
Masalah kesehatan mental pada remaja kerap kali muncul ketika memasuki masa perkuliahan dan sering menjadi masa yang paling sulit. Meski demikian, peran orangtua juga tidak kalah penting untuk membantu mengatasi masalah pada mahasiswa.
[embed-health-tool-vaccination-tool]