Di sisi lain, beberapa anak yang sudah beranjak dewasa mungkin menunjukkan reaksi emosional yang jauh lebih sedikit ketika menghadapi perpisahan orangtua.
2. Masalah pendidikan
Masalah lain yang mungkin dialami anak yang broken home adalah menurunnya prestasi akademik.
Sebenarnya, anak dengan orangtua yang berpisah tidak selalu memiliki masalah pada prestasi akademik.
Namun, studi dari Proceeding of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa perceraian yang tidak anak duga bisa berpengaruh pada konsentrasi belajar.
Meski begitu, tidak semua anak broken home mengalami hal yang sama. Ini karena berbagai masalah akademik dapat berasal dari sejumlah faktor.
Termasuk lingkungan rumah yang tidak kondusif, sumber daya keuangan yang tidak memadai, dan rutinitas yang tidak konsisten.
Alhasil, anak jadi malas belajar, sering bolos, atau membuat keributan di sekolah.
3. Masalah sosial
Kondisi keluarga yang tidak utuh juga dapat memengaruhi hubungan sosial anak dengan lingkungan sekitarnya.
Akibat perceraian atau peran orangtua yang hilang, sebagian anak akan melepaskan rasa kegelisahan mereka dengan bertindak agresif.
Tindakan agresif yang bisa anak lakukan adalah perilaku bullying (perundungan). Jika orangtua membiarkannya, hal ini dapat memengaruhi hubungan anak dengan teman sebayanya.
4. Rasa cemas berlebih
Masalah lainnya yang juga sering dialami anak broken home adalah munculnya rasa cemas berlebih.
Psikolog bernama Carl Pickhardt menjelaskan bahwa anak broken home akan memiliki sikap sinis dan rasa tidak percaya terhadap sebuah hubungan.
Rasa tidak percaya diri tersebut bisa timbul pada orangtua atau pasangannya kelak.
Kecemasan ini dapat membuat mereka sulit untuk melakukan interaksi sosial yang positif dan terlibat dalam kegiatan apa pun yang sifatnya berkelomp0k.
5. Perubahan peran anak
Perpisahan atau peran orangtua yang tidak optimal, membuat anak-anak mengalami perubahan peran saat usia muda.
Mereka perlu melakukan beberapa tugas rumah tangga dan mengambil peran tambahan dalam fungsi dasar rumah tangga yang baru.
Selain itu, pada beberapa keluarga yang bercerai, anak sulung sering mengambil peran orangtua bagi adik-adiknya.
Entah karena kesibukan orangtua untuk bekerja atau karena orangtua memang tidak bisa selalu hadir di sisi mereka seperti sebelum terjadinya perceraian.
American Sociological Association menerbitkan penelitian bahwa efek perceraian tidak hanya anak rasakan saat itu.
Efek dari perceraian orangtua juga bisa bertahan lama dalam jangka waktu yang panjang, sekitar 12-22 tahun setelah perpisahan.
Kebanyakan dari mereka akan menampilkan tekanan emosional yang tinggi dan masalah perilaku.
Tak jarang, banyak dari mereka yang sampai membutuhkan bantuan psikologis untuk membantu mengontrol emosinya sendiri.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar