Kulit serta mata yang berwarna kuning pada bayi dan anak umumnya diketahui sebagai penyakit kuning (jaundice). Namun, perlu diketahui bahwa jaundice bisa menjadi tanda dan gejala dari kondisi lain, salah satunya kernikterus.
Kernikterus termasuk kondisi yang berbahaya karena bisa menimbulkan kerusakan yang parah pada sel-sel otak. Untuk lebih memahami kernikterus pada bayi dan anak, simak ulasan di bawah ini.
Apa itu kernikterus?
Kernikterus adalah bentuk kerusakan otak yang serius pada bayi sebagai akibat dari hiperbilirubinemia yang tidak diobati.
Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang terjadi ketika tubuh tidak mampu memproses bilirubin dengan efektif.
Sementara itu, bilirubin adalah zat yang dihasilkan saat sel-sel darah merah yang tua dipecah dan dilepaskan ke dalam darah.
Kernikterus biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir, terutama bayi prematur, yang menderita hiperbilirubinemia parah dan tidak diobati.
Pasalnya, melansir Cleveland Clinic, jika hiperbilirubinemia parah dan tidak diobati, bilirubin dapat menumpuk dalam otak dan menyebabkan komplikasi berupa kerusakan permanen pada sel-sel otak.
Kernikterus dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif dan motorik, kebutaan, gangguan pendengaran, serta masalah perilaku.
Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan mengobati hiperbilirubinemia pada bayi sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya kernikterus.
Jenis pengobatan hiperbilirubinemia
Pengobatan biasanya melibatkan fototerapi, yaitu prosedur dengan menempatkan bayi di bawah lampu khusus yang membantu memecah bilirubin dalam darah. Dalam beberapa kasus yang parah, transfusi darah mungkin diperlukan untuk mengurangi kadar bilirubin dalam darah bayi.
Apa saja gejala kernikterus?
Gejala kernikterus biasanya muncul beberapa hari setelah kelahiran bayi. Meskipun dalam beberapa kasus, gejalanya mungkin tidak terlihat hingga beberapa minggu setelah kelahiran.
Gejala kernikterus pada bayi adalah sebagai berikut.
- Kuning pada kulit dan mata. Salah satu gejala utama kernikterus adalah kulit dan sklera atau bagian putih mata bayi berwarna kekuningan.
- Kegelisahan dan menangis berlebihan. Bayi yang menderita kernikterus mungkin menjadi gelisah, rewel, dan menangis lebih banyak daripada bayi lainnya.
- Tonus otot rendah. Bayi dengan kernikterus mungkin memiliki otot yang lemah dan kurang responsif. Ini dapat menyebabkan hipotonia atau masalah dengan kontrol otot.
- Refleks Moro yang berkurang. Refleks Moro adalah refleks yang muncul saat bayi merasa terjatuh atau tersentak. Pada bayi dengan kernikterus, refleks ini mungkin berkurang.
- Kesulitan dalam menyusui atau makan. Kernikterus dapat menyebabkan bayi kesulitan dalam menyusui atau makan karena kelemahan otot dan perilaku yang tidak nyaman.
- Perubahan perilaku dan nafsu makan. Kernikterus dapat memengaruhi perilaku bayi, membuatnya lebih lemah dan kurang aktif. Nafsu makan bayi juga dapat berkurang.
- Perubahan perilaku yang lebih serius. Dalam kasus yang parah, kernikterus dapat menyebabkan gangguan neurologis yang lebih serius, seperti kejang, kelumpuhan otak, dan kerusakan permanen pada sistem saraf.
Apa penyebab kernikterus?
Kernikterus disebabkan oleh penumpukan bilirubin dalam otak bayi baru lahir.
Bilirubin adalah produk pemecahan sel darah merah yang normalnya dihasilkan dalam tubuh. Bilirubin harus dipecah dan dikeluarkan dari tubuh, terutama melalui proses yang melibatkan hati.
Namun, pada bayi yang mengalami kernikterus, proses ini terganggu serta bilirubin tidak diolah dan dikeluarkan dengan baik, sehingga menumpuk dalam tubuh.
Penyebab utama kernikterus adalah hiperbilirubinemia, yang berarti adanya peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia dan meningkatkan risiko kernikterus meliputi berikut ini.
- Hemolisis. Ini adalah pemecahan sel darah merah yang berlebihan dan bisa terjadi pada bayi karena berbagai alasan, termasuk kelainan darah seperti eritroblastosis fetalis atau konflik Rhesus antara ibu dan bayi.
- Kelainan hati. Bayi mungkin memiliki kelainan hati yang menghambat kemampuannya untuk mengolah bilirubin secara efisien.
- Penyumbatan saluran empedu. Saluran empedu yang terblokir atau terhambat bisa menghambat aliran bilirubin dari hati, menyebabkan penumpukan.
- Perbedaan darah antara ibu dan bayi. Jika ibu dan bayi memiliki golongan darah yang berbeda (misalnya, golongan darah A, B, O, atau Rh), maka antibodi yang dihasilkan oleh ibu dapat menyebabkan peningkatan hemolisis dan hiperbilirubinemia pada bayi.
- Prematuritas. Bayi prematur cenderung memiliki masalah dengan sistem hati mereka yang belum sepenuhnya matang, sehingga ia lebih rentan terhadap hiperbilirubinemia.
- Nutrisi yang tidak mencukupi. Bayi yang tidak menerima cukup asupan makanan atau cairan mungkin tidak dapat mengeluarkan bilirubin dengan baik.
Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?
Diagnosis kernikterus melibatkan evaluasi medis dan pemeriksaan untuk mengidentifikasi kadar bilirubin yang tinggi dalam tubuh bayi serta tanda-tanda kerusakan otak yang mungkin terjadi akibat hiperbilirubinemia.
Berikut adalah langkah-langkah dalam diagnosis yang mungkin akan dilakukan oleh dokter.
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik bayi, termasuk memeriksa kulit, mata, dan tanda-tanda fisik lainnya.
Gejala ikterus, seperti kulit kuning dan mata kuning (sklera), dapat menjadi petunjuk awal bahwa bayi menderita hiperbilirubinemia.
2. Pemeriksaan bilirubin
Untuk mengukur kadar bilirubin dalam darah bayi, dokter akan melakukan pemeriksaan darah.
Hasil tes ini akan membantu menentukan seberapa tinggi kadar bilirubin dalam tubuh bayi.
3. Pemeriksaan tingkat kernikterus
Dalam kasus hiperbilirubinemia yang parah, dokter mungkin merujuk bayi untuk menjalani pemeriksaan tingkat kernikterus.
Ini melibatkan penggunaan alat khusus, seperti transkranial doppler ultrasound, untuk memeriksa otak bayi dan mendeteksi tanda-tanda perubahan akibat hiperbilirubinemia.
4. Pemeriksaan pemindaian
Dalam beberapa kasus, tes pemindaian otak, seperti MRI atau CT scan, mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kerusakan otak yang terjadi akibat kernikterus.
5. Evaluasi sejarah kesehatan
Dokter juga mungkin akan memeriksa riwayat kesehatan bayi, termasuk faktor risiko yang kemungkinan telah menyebabkan hiperbilirubinemia.
Misalnya kelainan darah, konflik Rhesus antara ibu dan bayi, atau kelainan hati.
Apa saja pengobatan untuk kernikterus?
Pengobatan kernikterus bertujuan untuk mengurangi kadar bilirubin dalam tubuh bayi dan mencegah kerusakan otak yang lebih lanjut.
Langkah-langkah pengobatan yang umum digunakan termasuk berikut ini.
1. Fototerapi
Fototerapi adalah metode utama untuk mengobati hiperbilirubinemia pada bayi.
Selama fototerapi, bayi ditempatkan di bawah lampu biru khusus yang mengubah bilirubin yang larut dalam air menjadi bentuk yang dapat dikeluarkan dari tubuh melalui urin dan tinja.
Bayi biasanya hanya mengenakan pakaian popok untuk memungkinkan kulit mereka terkena cahaya secara optimal.
Fototerapi bisa berlangsung selama beberapa hari hingga lebih lama tergantung pada tingkat hiperbilirubinemia.
2. Pertukaran darah
Dalam kasus hiperbilirubinemia yang sangat parah atau ketika fototerapi tidak efektif, pertukaran darah mungkin diperlukan.
Selama prosedur ini, sebagian darah bayi yang mengandung kadar bilirubin yang tinggi akan diganti dengan darah donor yang sehat.
Hal ini membantu mengurangi kadar bilirubin dalam tubuh bayi secara drastis.
3. Transfusi darah
Pada beberapa kasus ekstrem, bayi mungkin memerlukan transfusi darah penuh untuk menggantikan sel darah merah mereka yang rusak dan mengurangi kadar bilirubin.
Transfusi darah juga membantu menggantikan sel darah merah yang rusak dengan sel darah merah yang lebih muda dan sehat.
Pengobatan kernikterus harus diawasi oleh dokter atau tim perawatan kesehatan anak yang berpengalaman.
Penting untuk memulai pengobatan secepat mungkin untuk mencegah kerusakan otak yang lebih lanjut.
Setelah perawatan dimulai, dokter akan secara teratur memantau kadar bilirubin dalam tubuh bayi untuk memastikan bahwa pengobatan efektif dan aman.
Selain itu, bayi yang mengalami kernikterus mungkin memerlukan pemantauan jangka panjang dan perawatan rehabilitasi, terutama jika ada tanda-tanda kerusakan otak yang signifikan.
Pada kasus yang parah, kemungkinan dibutuhkan pelayanan perawatan jangka panjang seperti terapi fisik, terapi okupasi, atau terapi wicara untuk membantu bayi mencapai perkembangan yang optimal.
[embed-health-tool-vaccination-tool]