Ada berbagai perawatan bayi baru lahir yang bisa dilakukan, salah satunya sunat. Sunat merupakan tindakan bedah dengan membuang kulit kulup yang menutupi ujung penis (preputium/foreskin).
Tindakan ini dapat dilakukan pada bayi laki-laki yang baru lahir, asalkan bayi tersebut dalam keadaan sehat dan stabil. Kapan waktu yang tepat untuk sunat bayi? Bagaimana dengan sunat pada bayi perempuan?
Apa manfaat sunat bayi?
Ditinjau dari sisi medis, sunat pada bayi laki-laki memiliki banyak manfaat.
Saat dewasa nanti, anak laki-laki yang tidak disunat lebih rentan 10 kali terkena infeksi saluran kencing dibandingkan dengan anak yang disunat.
Melansir dari laman American Academy of Pediatrics (AAP), manfaat sunat pada bayi laki-laki yaitu mengurangi risiko masalah kesehatan seperti berikut.
- Infeksi pada kulit kulup.
- Infeksi saluran kemih.
- Penyakit menular seksual.
- Fimosis (kondisi kulit kulup tidak dapat ditarik ke belakang).
- Kanker di area penis.
Selain itu, sunat juga berpengaruh terhadap ketahanan dari penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.
Anak yang disunat juga berisiko lebih rendah terkena masalah penis, seperti peradangan, infeksi, atau iritasi yang sering terjadi pada anak yang tidak disunat.
Sunat atau sirkumsisi juga menjadi salah satu proses yang disarankan untuk menjaga penis lebih bersih.
Kapan waktu yang tepat untuk sunat bayi?
Menurut Integral Medical Center di London, waktu yang tepat bagi anak laki-laki untuk khitan berkisar usia 7—14 hari.
Apa alasan yang membuat para ahli medis menyarankan anak disunat pada usia bayi?
Pada bayi yang baru lahir sekitar usia satu minggu, darah yang keluar saat proses sunat masih sedikit.
Selain itu, saat masih bayi, pembentukan sel-sel dan jaringan sedang tumbuh dengan pesat.
Lagipula, rasa sakit yang dirasakan juga belum terlalu berat. Pada usia bayi, risiko trauma oleh proses sunat juga tidak akan berpengaruh ke depannya bagi anak.
Sebetulnya, sunat bisa dilakukan kapan saja tergantung kesiapan dari orangtua dan anak.
Namun, ada beberapa risiko yang mungkin akan dialami anak jika ia baru disunat di usia yang sudah lebih dewasa.
Sebagai contoh perlunya beberapa jahitan pada kulit penis dan adanya risiko perdarahan ketika sunat.
Meski begitu, tidak semua bayi bisa langsung disunat. Menyunat anak laki-laki saat masih bayi juga tidak bisa langsung sembarang dilakukan.
Kondisi bayi harus sehat, dan kondisi organ vitalnya harus dalam keadaan yang stabil.
Biasanya dokter jarang melakukan sunat untuk bayi di bawah lima tahun untuk alasan medis.
Namun, jika ada kondisi tertentu seperti infeksi pada kelenjar, fimosis, atau terdapat jaringan parut pada kulup penis bayi, barulah bayi disarankan menjalani tindakan sunat.
Perawatan setelah sunat pada bayi
Berbeda dengan sunat ketika anak laki-laki sudah cukup besar, bayi belum bisa memberi tahu Anda keluhan apa yang ia rasakan.
Bayi juga tentu belum bisa menjaga area penis tetap higienis dan sehat setelah sunat.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memerhatikan panduan merawat bayi setelah sunat di bawah ini.
1. Jaga penis agar tetap bersih
Hal yang paling penting dalam merawat bayi setelah ia disunat yaitu menjaga badan bayi tetap bersih, terutama area penis dan selangkangan.
Setiap popok bayi diganti, bersihkan area selangkangan, penis, dan bokong dari kotoran dengan menggunakan lap. Anda dapat membersihkannya dengan sabun dan air hangat.
Setelah itu, jangan lupa untuk mengeringkan area tersebut sampai tuntas untuk mencegah terjadinya iritasi. Gunakan handuk atau kain lembut sebagai cara merawat kulit bayi yang masih sensitif.
2. Lindungi penis sebaik mungkin
Setelah sunat, penis bayi akan dibalut dan biasanya balutan tersebut akan lepas ketika ia pipis.
Beberapa dokter anak mungkin menyarankan Anda untuk membalutnya kembali, tapi ada beberapa dokter anak juga yang menyarankan untuk tidak dibalut kembali.
Jadi sebaiknya, konsultasikan kepada dokter anak masing-masing.
Jika Anda diminta untuk membalut penis bayi kembali, biasanya dokter akan menyarankan untuk mengoleskan petroleum jelly di ujung penis bayi sebelum membalutnya kembali dengan kasa steril.
Hal dilakukan agar kasa tidak melekat pada kulit.
Akan tetapi, jika dokter menyarankan untuk tidak membalut kembali, yang perlu dilakukan hanya mengoleskan petroleum jelly atau salep antibiotik setiap popok bayi diganti.
Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi gesekan antara penis bayi Anda dengan popok yang ia pakai.
3. Hati-hati ketika memandikan bayi
Jika bayi baru disunat, Anda tetap boleh memandikannya. Mandi dengan menggunakan waslap air hangat lebih dianjurkan pada dua hari awal setelah sunat.
Setelah itu, Anda boleh memandikan bayi dengan normal kembali. Mandikan bayi dengan menggunakan air hangat setiap hari selama seminggu.
4. Berikan obat pereda nyeri jika diperlukan
Tanda yang dapat dilihat jika bayi kesakitan setelah disunat yaitu menangis, tidak mau tidur, dan tidak mau makan.
Pada 24 jam pertama setelah sunat, Anda dapat memberikan obat pereda nyeri berupa acetaminophen. Perhatikan dosis dan petunjuk pemakaian yang disarankan oleh dokter.
5. Pakai baju dan celana yang longgar
Pilih perlengkapan bayi baru lahir yang nyaman. Hindari memakaikan baju atau celana yang terlalu ketat sebelum luka sunat mengering.
Jika bayi anda masih menggunakan pampers atau popok, pakailah ukuran yang lebih besar dari biasanya.
Hal ini agar popok tidak menekan area penis sehingga bisa menimbulkan rasa sakit.
Hal ini juga ditujukan agar sirkulasi udara dan darah ke area penis tetap lancar sehingga luka bekas sunat bayi cepat sembuh.
Kapan harus segera periksa ke dokter?
Sunat bisa menimbulkan komplikasi atau risiko tertentu. Perhatikan bila bayi mengalami hal di bawah ini setelah melakukan sunat:
- Demam dan lemas
- Mual, muntah, dan pusing
- Muncul gejala infeksi pada penis (pembengkakan, kulit kemerahan, muncul garis merah pada batang penis, perdarahan hebat, atau rasa sakit yang tak kunjung hilang atau mereda setelah minum obat)
- Tidak bisa buang air kecil, sakit ketika buang air kecil, keluar darah saat buang air kecil, atau urine jadi keruh dan bau menyengat
Bila si Kecil mengalami hal di atas, segera hubungi dokter.
Perlukah bayi perempuan melakukan sunat?
Mengutip dari World Health Organization (WHO), sunat pada bayi perempuan dipandang sebagai ritual kuno yang umum dipraktikkan di sejumlah negara di Afrika dan Timur Tengah.
Sunat perempuan didefinisikan sebagai segala bentuk prosedur yang melibatkan pengangkatan, pemotongan, atau pembuangan sebagian atau keseluruhan dari alat kelamin eksternal perempuan.
Melakukan sunat pada bayi perempuan memiliki dampak serius bagi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan di kemudian hari. Masalah yang bisa ditimbulkan yaitu berikut ini.
- Anemia.
- Pembentukan kista.
- Abses (benjolan bernanah akibat infeksi bakteri).
- Pembentukan jaringan parut keloid.
- Kerusakan pada uretra yang berakibat pada inkontinesi urin berkepanjangan.
- Dyspareunia (hubungan seksual yang menyakitkan).
- Disfungsi seks.
- Peningkatan risiko terhadap penularan HIV.
Anak perempuan yang menerima prosedur sunat di usia yang sudah cukup besar dapat mengalami trauma yang menyebabkan sejumlah masalah emosional dalam hidupnya seperti berikut.
- Depresi.
- Kecemasan.
- Post-traumatic stress disorder (PTSD), atau bayangan reka ulang terhadap pengalaman tersebut yang berkepanjangan
- Gangguan tidur dan mimpi buruk
Intinya, secara medis sunat bayi perempuan tidak membawa manfaat sama sekali bahkan tidak dianjurkan untuk dilakukan.
[embed-health-tool-vaccination-tool]