Tahukah Anda bahwa tuli bukan hanya terjadi seiring bertambahnya usia? Ya, tuli bisa juga muncul sejak bayi dilahirkan, yang disebut dengan tuli kongenital. Lantas, apa yang menjadi penyebab tuli kongenital? Simak ulasan berikut.
Apa itu tuli kongenital?
Tuli kongenital atau congenital deafness adalah gangguan pendengaran yang sudah dialami sejak lahir. Ini bisa berupa kehilangan pendengaran sebagian maupun total.
Kondisi yang dikenal juga dengan sebutan congenital hearing loss ini merupakan salah satu jenis gangguan pendengaran yang cukup umum pada anak-anak.
Oleh karena itu, skrining pendengaran sejak dini menjadi bagian penting dalam perawatan bayi baru lahir.
Jika ditemukan sejak awal, penanganan bisa segera dilakukan agar anak tetap bisa belajar berkomunikasi dengan baik.
Berdasarkan bagian telinga yang bermasalah, tuli kongenital terbagi menjadi tiga jenis utama, yaitu sebagai berikut.
- Tuli konduktif (conductive hearing loss): terjadi jika ada masalah di telinga luar atau tengah. Misalnya, bentuk telinga tidak sempurna atau sering terjadi infeksi telinga bayi, sehingga suara terdengar pelan atau teredam.
- Tuli sensorineural (sensorineural hearing loss): terjadi jika ada kerusakan pada bagian dalam telinga, seperti saraf atau koklea (bagian telinga yang menangkap suara), sehingga suara tidak bisa dikirim ke otak dengan baik.
- Tuli campuran (mixed hearing loss): gabungan dari dua jenis di atas. Jadi, gangguan terjadi di lebih dari satu bagian telinga.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Apa gejala tuli kongenital?
Gejala congenital hearing loss bisa berbeda-beda tergantung usia anak dan seberapa parah gangguan pendengarannya.
Melansir dari Cleveland Clinic, beberapa tanda awal yang perlu diwaspadai pada bayi antara lain sebagai berikut.
- Bayi tidak terkejut atau tidak memunculkan refleks bayi saat mendengar suara keras, termasuk refleks Moro yang seharusnya muncul.
- Bayi hanya memperhatikan Anda setelah melihat wajah Anda, bukan karena mendengar suara Anda.
- Tidak menoleh atau memberi reaksi saat ada suara yang terdengar oleh orang lain.
- Jarang mengeluarkan suara seperti cooing, tidak banyak babbling, atau tidak mencoba menirukan suara.
- Tidak merespons saat dipanggil, bahkan ketika sedang digendong.
- Bentuk telinga tampak tidak normal atau terdapat benjolan di belakang telinga bayi yang bisa menandakan infeksi.
Gejala-gejala ini penting untuk dikenali sejak dini agar anak bisa mendapatkan bantuan dan dukungan yang tepat.
Jika Anda mencurigai adanya gangguan pendengaran pada anak, sebaiknya segera periksakan ke dokter atau spesialis THT.
Apa penyebab tuli kongenital?
Penyebab paling umum dari tuli kongenital adalah faktor genetik atau keturunan. Gen berperan penting dalam membentuk organ pendengaran dan jalur saraf yang menghubungkan telinga ke otak.
Beberapa kelainan genetik hanya memengaruhi kemampuan mendengar atau disebut nonsindromik.
Namun, ada juga yang tergolong sindromik, yaitu kondisi bawaan yang menyebabkan gangguan pendengaran sekaligus gangguan lain, seperti masalah penglihatan, keterlambatan tumbuh kembang, atau bentuk wajah yang tidak normal.
Beberapa sindrom yang sering dikaitkan dengan tuli kongenital antara lain sebagai berikut.
- Down syndrome.
- Usher syndrome.
- Treacher Collins syndrome.
- Crouzon syndrome.
- Waardenburg syndrome.
Selain faktor keturunan, ada penyebab lain dari congenital deafness yang tidak berhubungan dengan gen.
Misalnya, kondisi medis tertentu yang terjadi selama kehamilan atau saat bayi lahir, seperti berikut ini.
- Bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah.
- Cedera saat proses persalinan.
- Ibu mengonsumsi obat-obatan tertentu atau alkohol selama kehamilan.
- Ibu memiliki diabetes yang tidak terkontrol.
- Preeklampsia, yaitu tekanan darah tinggi saat hamil.
- Infeksi yang dialami ibu saat hamil, seperti rubella, herpes, Zika, atau sifilis.
- Bayi mengalami penyakit kuning (ikterus) parah setelah lahir.
Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?
Sebagian besar bayi baru lahir akan menjalani pemeriksaan fisik, termasuk tes pendengaran bayi sebagai bagian dari pemeriksaan rutin di rumah sakit.
Jika bayi tidak lolos tes awal, pemeriksaan akan diulang beberapa hari kemudian. Bila hasilnya tetap menunjukkan gangguan, anak akan dirujuk ke dokter THT anak.
Nantinya, dokter akan melakukan wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mencari penyebab gangguan pendengaran pada anak.
Dalam beberapa kasus, penyebabnya mungkin hanya infeksi telinga atau cairan yang menumpuk di belakang gendang telinga.
Namun, ada juga anak yang mengalami tuli sensorineural, yaitu gangguan pada saraf pendengaran, yang perlu diperiksa lebih lanjut.
Untuk memastikan diagnosis dan mengetahui penyebabnya, dokter mungkin akan menyarankan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti berikut ini.
- CT scan, untuk melihat struktur telinga secara detail.
- MRI, untuk memeriksa kondisi saraf pendengaran dan bagian dalam telinga.
- Elektrokardiogram (EKG), untuk mengecek fungsi jantung (karena beberapa kondisi jantung bisa berkaitan dengan tuli).
- USG ginjal, karena kelainan pada ginjal juga bisa berkaitan dengan gangguan pendengaran.
Selain itu, anak mungkin akan dirujuk ke dokter mata anak (oftalmologis) dan ahli genetika untuk melihat apakah tuli yang dialami berkaitan dengan sindrom atau kelainan genetik tertentu.
Bagaimana cara mengobati tuli kongenital?
Pengobatan tuli kongenital berbeda-beda tergantung jenis gangguan pendengaran yang dialami anak. Berikut adalah beberapa pengobatan yang bisa dilakukan berdasarkan jenis tuli tersebut.
1. Tuli konduktif
Tuli jenis ini biasanya disebabkan oleh masalah di telinga luar atau tengah. Penanganannya bisa meliputi berikut ini.
- Obat-obatan, seperti antibiotik, jika penyebabnya adalah infeksi telinga.
- Tindakan medis, misalnya membersihkan telinga bayi atau mengangkat benda asing yang menyumbat.
- Operasi, seperti memperbaiki gendang telinga yang robek (timpanoplasti) atau memasang tabung kecil di telinga untuk mengalirkan cairan (timpanostomi).
2. Tuli sensorineural
Gangguan ini terjadi di bagian dalam telinga atau pada saraf pendengaran. Penanganannya bisa meliputi berikut ini.
- Obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan di koklea.
- Penggunaan alat bantu dengar atau implan koklea, terutama jika kerusakannya bersifat permanen.
3. Tuli campuran
Penanganan untuk jenis congenital deafness ini disesuaikan dengan gabungan masalah yang terjadi di telinga luar, tengah, maupun dalam.
Pengobatannya bisa memerlukan kombinasi obat, alat bantu dengar, atau prosedur medis tertentu.
Oleh karena itu, setelah menjalani pemeriksaan, dokter akan menentukan pengobatan terbaik berdasarkan jenis dan tingkat keparahan gangguan pendengaran anak.
Mendeteksi dan menangani congenital hearing loss sejak dini merupakan langkah penting demi mendukung tumbuh kembang anak, terutama dalam hal kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Dengan memahami berbagai jenis, gejala, penyebab, serta pilihan pengobatannya, orangtua diharapkan lebih waspada dan responsif jika melihat tanda-tanda gangguan pendengaran pada anak.
Konsultasi rutin kepada dokter serta pemeriksaan pendengaran saat bayi baru lahir menjadi bagian dari upaya penting untuk memastikan setiap anak memiliki kesempatan terbaik dalam tumbuh dan belajar.
Ini termasuk sebagai upaya membantu anak yang hilang pendengaran agar tetap dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak umumnya.
Kesimpulan
- Tuli kongenital adalah gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir, baik sebagian maupun total.Penyebabnya bisa berasal dari faktor genetik atau kondisi medis saat kehamilan dan persalinan.
- Gejalanya antara lain bayi tidak merespons suara, tidak menunjukkan refleks saat mendengar suara keras, atau bentuk telinga tidak normal.
- Deteksi dan penanganan dini seperti alat bantu dengar, obat, atau operasi sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.