Biasanya, radang sendi menyerang orang yang telah lanjut usia (lansia). Radang sendi yang ada banyak macamnya ini membuat persendian tubuh menjadi sakit, nyeri, dan membengkak. Akan tetapi, si Kecil ternyata juga bisa terserang radang sendi layaknya orang dewasa. Seberapa parah radang sendi pada anak dan apa penyebabnya? Bagaimana mengatasinya?
Apa itu radang sendi pada anak?
Radang sendi pada anak, juga dikenal sebagai arthritis pada anak, adalah kondisi di mana satu atau lebih sendi anak mengalami peradangan.
Meski begitu, arthritis yang terjadi pada anak tidak sama dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, terutama lansia, salah satu jenis radang sendi yang bisa terjadi, yaitu rematik atau rheumatoid arthritis.
Nah, radang sendi yang terjadi pada anak jenisnya berbeda dari rematik.
Ada beberapa jenis arthritis pada anak, tetapi yang paling umum adalah arthritis idiopatik juvenil (AIJ), yang sebelumnya dikenal sebagai arthritis rematoid juvenil.
Berbeda dengan arthritis pada orang dewasa, arthritis pada anak tidak selalu memiliki penyebab yang jelas.
AIJ merupakan kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sendi dan menyebabkan peradangan.
Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui, faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan dalam perkembangannya.
Siapa saja yang bisa terkena radang sendi pada anak?
- Radang sendi termasuk kondisi yang bisa dialami oleh anak-anak di semua golongan usia.
- Namun, penelitian terkini dari Centers for Disease Control and Prevention menunjukan, radang sendi lebih sering dialami oleh anak-anak dan remaja yang memiliki gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan jantung.
- Risiko radang sendi juga lebih tinggi pada anak-anak yang kekurangan asupan makanan, terpapar asap rokok, dan memiliki orangtua dengan pendidikan yang rendah.
Gejala radang sendi pada anak
Gejala radang sendi pada anak dapat berbeda-beda tergantung dari jenis arthritis yang dialami dan seberapa parah kondisinya.
Sebagian besar kasus radang sendi pada anak tidak menimbulkan gejala apa pun pada awalnya.
Jika muncul pun, biasanya gejala tersebut mirip dengan gejala penyakit lain, sehingga tak banyak yang mengetahui itu adalah radang sendi.
Namun demikian, ada beberapa gejala yang bisa diwasapadai sebagai tanda radang sendi pada anak, di antaranya sebagai berikut.
- Sendi terasa kaku, terutama pada pagi hari.
- Sendi terasa nyeri dan bengkak.
- Kulit menjadi memerah.
- Demam yang tidak turun-turun, atau demam yang sering kambuh.
- Penurunan berat badan yang tiba-tiba.
- Mata anak merah dan terasa sakit.
- Kelelahan.
- Sulit untuk melakukan aktivitas fisik.
Jenis dan penyebab radang sendi pada anak
Penyebab pasti radang sendi pada anak belum seluruhnya diketahui, dan bisa berbeda-beda.
Berdasarkan penyebabnya, ada beberapa jenis radang sendi yang bisa terjadi pada anak. Berikut ini adalah jenis arthritis pada anak beserta penyebabnya.
1. Arthritis idiopatik juvenil (AIJ)
AIJ adalah jenis arthritis yang paling umum pada anak di bawah usia 16 tahun. Jenis ini meliputi radang sendi pada anak yang belum diketahui penyebabnya.
Pada jenis ini, lapisan sinovial, yaitu lapisan pelumas sendi, mengalami kerusakan akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang lapisan tersebut, sehingga muncul radang.
2. Arthritis septik
Jenis ini merupakan radang sendi yang disebabkan oleh infeksi sendi.
3. Arthritis berkaitan dengan lupus
Jenis ini dipicu oleh lupus, yaitu penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh yang sehat.
4. Arthritis berkaitan dengan penyakit inflamasi usus
Beberapa anak dengan penyakit inflamasi usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa, dapat mengalami arthritis sebagai bagian dari gejala perkembangan penyakit tersebut.
5. Arthritis dermatomiositis
Jenis ini terjadi akibat penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang pembuluh darah di dalam tubuh.
Diagnosis radang sendi pada anak
Proses diagnosis radang sendi pada anak melibatkan serangkaian langkah yang dilakukan oleh tim perawatan kesehatan, termasuk dokter anak dan ahli reumatologi anak.
Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami anak, termasuk keluhan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan sendi. Riwayat kesehatan keluarga juga akan diperiksa.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi sendi, mencari tanda-tanda pembengkakan, kekakuan, atau perubahan lainnya.
Pemeriksaan ini juga melibatkan pemeriksaan mata, kulit, dan organ lainnya, karena beberapa bentuk arthritis pada anak dapat bersifat sistemik.
Untuk memastikan diagnosis, pemeriksaan lanjutan mungkin perlu dilakukan, di antaranya sebagai berikut.
1. Pemeriksaan darah dan tes laboratorium
Tes darah dapat memberikan indikasi adanya peradangan atau aktivitas autoimun.
Pemeriksaan ini melibatkan pemeriksaan jumlah sel darah putih, tingkat protein C-reaktif, faktor reumatoid, dan uji lainnya.
2. Pemindaian
Tes pemindaian, seperti sinar-X, MRI, atau USG, dapat membantu menghasilkan gambar struktur sendi dan mendeteksi perubahan atau kerusakan.
3. Aspirasi sendi
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin melakukan aspirasi sendi untuk mengambil sampel cairan sendi untuk dianalisis.
Pemeriksaan ini dapat membantu mengonfirmasi diagnosis dan mengecualikan kondisi lain.
4. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata dapat dilakukan untuk menilai apakah ada tanda-tanda uveitis, yang sering terkait dengan beberapa jenis arthritis pada anak.
Proses diagnosis dapat memerlukan waktu, karena beberapa gejala arthritis pada anak mungkin mirip dengan kondisi lain.