Penyakit autoimun bisa terjadi pada siapa pun, termasuk anak. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini dapat memiliki dampak serius pada kesehatan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, orangtua perlu mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang penyebab, gejala, dan penanganan yang diperlukan.
Apa itu penyakit autoimun pada anak?
Penyakit autoimun pada anak adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh anak menyerang sel-sel sehat dalam tubuhnya sendiri.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melawan kuman dan infeksi. Namun, pada anak yang menderita autoimun, sistem kekebalan tubuhnya justru menyerang jaringan dan sel-sel sehat.
Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh keliru dan bingung sehingga menyerang organ dan jaringan tubuhnya sendiri.
Penyakit autoimun pada anak jarang terjadi. Meskipun terjadi, penyakit ini sulit didiagnosis dan disembuhkan.
Namun, gejala kondisi ini masih dapat dikendalikan dengan memberikan perawatan yang tepat. Hal ini tentu dapat mencegah terjadinya kerusakan organ dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Namun sebaliknya, bila tidak segera diobati, penyakit pada anak ini dapat mengancam jiwa.
Apa saja gejala penyakit autoimun pada anak?
Sebenarnya, gejala dari penyakit autoimun cenderung tidak spesifik, bergantung pada jenis penyakit yang menyerang dan tingkat keparahannya.
Meski demikian, berikut ini adalah beberapa ciri penyakit autoimun pada anak yang dapat menjadi tanda bagi orangtua.
- Demam ringan.
- Kelelahan.
- Pusing.
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
- Peningkatan rasa haus dan lapar.
- Ruam pada kulit.
- Kaku pada sendi.
- Sesak napas, nyeri pada dada.
- Pembengkakan pada wajah, kaki, pergelagan tangan.
- Penurunan fungsi ginjal.
- Gangguan pencernaan, seperti diare, mual, dan sakit perut.
- Infeksi saluran kemih.
- Keluar darah pada urine dan tinja.
- Frekuensi buang air kecil menurun.
- Rambut rontok.
- Mata dan mulut kering.
Perlu diingat, mungkin ada beberapa gejala yang tidak disebutkan di atas. Oleh karena itu, bila Anda mencurigai anak menderita penyakit autoimun, segera konsultasikan kepada dokter anak atau dokter spesialis imunologi.
Apakah penyakit autoimun menular?
Apa saja jenis penyakit autoimun yang umum pada anak?
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun yang umum terjadi pada anak.
1. Artritis idopatik juvenil (AIJ)
Juvenile arthritis rheumatoid atau juvenile idiopathic arthritis adalah bentuk radang sendi atau arthritis kronis pada anak.
Ini adalah kondisi di mana sendi mengalami peradangan yang menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerakan.
2. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah salah satu penyakit autoimun. Ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh tidak mengenali sel-sel di pankreas yang membuat insulin dan menyerang serta menghancurkan sel-sel tersebut.
Akibatnya, tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin, yaitu hormon yang mengatur jumlah gula dalam darah.
3. Penyakit Crohn
Jenis penyakit autoimun yang umum terjadi pada anak selanjutnya adalah penyakit Crohn. Penyakit ini adalah bentuk dari penyakit radang usus (IBD) di mana satu atau lebih bagian saluran usus anak mengalami peradangan.
Penyakit ini sering terjadi di usus kecil, tetapi dapat menyerang bagian mana pun dari saluran pencernaan, termasuk mulut, kerongkongan, lambung, usus buntu, hingga anus.
4. Lupus
Lupus merupakan penyakit autoimun yang dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Ketika anak menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari ancaman infeksi justru malah menyerang tubuh.
Hal ini dapat menyebabkan berbagai macam gejala, meliputi nyeri sendi, demam, ruam, bahkan kerusakan pada organ, seperti jantung, paru-paru, otak, ginjal, dan kulit.
5. Multiple sclerosis
Multiple sclerosis juga merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang umum terjadi pada anak. Ini adalah kelainan di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi melawan dirinya sendiri dan menyerang sel dan jaringan sehat.
Sasaran utama serangan penyakit ini adalah mielin, yaitu lapisan pelindung di sekitar sel saraf. Mielin membantu sel-sel saraf untuk mengirim informasi dari satu tempat ke tempat lain di sistem saraf pusat.
Apa penyebab penyakit autoimun pada anak?
Penyebab pasti mengapa sistem kekebalan tubuh beberapa anak mulai menyerang tubuh mereka sendiri masih belum diketahui secara pasti.
Namun, berdasarkan Journal of Clinical Medicine, berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit autoimun pada anak.
- Keturunan. Gen tertentu yang diturunkan oleh orangtua membuat beberapa anak rentan terhadap penyakit autoimun.
- Faktor lingkungan. Penyakit autoimun tidak mungkin muncul dengan sendirinya tanpa dipicu oleh sesuatu, seperti infeksi, paparan racun, atau obat-obatan tertentu.
- Faktor hormonal. Mengingat banyak penyakit autoimun cenderung menyerang anak perempuan, hormon wanita tertentu mungkin berperan dalam kondisi ini.
Apa saja faktor risiko penyakit autoimun pada anak?
Pada dasarnya, penyakit autoimun pada anak sangatlah bervariasi. Oleh karena itu, faktor risikonya pun berbeda-beda tergantung pada penyakitnya.
Namun, para peneliti menemukan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami penyakit ini. Berikut beberapa di antaranya.
- Jenis kelamin. Anak perempuan hampir tiga kali lebih mungkin terkena penyakit ini dibandingkan dengan anak laki-laki.
- Usia. Sebagian besar penyakit autoimun menyerang anak-anak muda dan setengah baya.
- Penyakit lain. Anak dengan satu penyakit autoimun cenderung berisiko lebih tinggi terkena penyakit lain. Misalnya anak penderita diabetes tipe 1 lebih rentan terkena penyakit celiac.
Bagaimana penyakit autoimun pada anak didiagnosis?
Penyakit autoimun sebenarnya sulit didiagnosis oleh dokter. Pasalnya, banyak gejala awal seperti demam dan kelelahan yang tidak spesifik, yang artinya gejala tersebut ditemukan pada berbagai penyakit.
Apalagi, gejala yang terjadi sering kali datang dan pergi. Oleh karena itu, untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter akan melihat riwayat kesehatan lengkap anak.
Ini termasuk riwayat penyakit autoimun dalam keluarga dan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan.
Bila dokter mencurigai adanya penyakit autoimun, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti berikut ini.
- Antibodi antinuklelar. Tes ini dapat mendeteksi protein abnormal tertentu yang disebut antibodi antinuklear yang dibuat oleh sistem kekebalan ketika menyerang jaringan tubuh sendiri.
- Hitungan darah lengkap. Untuk mengukur ukuran, jumlah, dan kematangan sel darah yang berbeda dalam jumlah darah tertentu.
- Protein C-reaktif (CRP). Untuk mengukur jumlah protein khusus yang dibuat di hati.
- Laju sedimentasi eritrosit (ESR). Untuk mengukur seberapa cepat sel darah merah turun ke dasar tabung reaksi.
Dalam beberapa kasus tertentu, dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan anak Anda (biopsi) untuk membantu mengidentifikasi penyakit atau mendapatkan gambaran bagaimana perkembangan penyakit tersebut.