Tubuh memerlukan berbagai nutrisi untuk meningkatkan perkembangan anak balita. Kondisi kekurangan nutrisi bisa mengganggu daya tahan tubuh, memicu penyakit, sampai kematian. Kekurangan gizi yang berlangsung terlalu lama adalah penyebab masalah gizi kronis, salah satunya marasmus. Apa itu marasmus?
Apa yang dimaksud dengan marasmus?
Marasmus adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya kalori dan cairan dalam tubuh serta menipisnya cadangan lemak.
Hal ini mengakibatkan otot-otot tubuh mengecil. Marasmus adalah bentuk lebih parah dari malnutrisi kalori.
Kalori menjadi salah satu unsur utama yang dibutuhkan untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh.
Saat tubuh kekurangan kalori, berbagai fungsi fisik mengalami perlambatan bahkan dapat terhenti.
Marasmus adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di negara berkembang dan dapat dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Pada anak-anak, khususnya balita, kondisi ini lebih mungkin terjadi dan memiliki keparahan yang lebih tinggi.
UNICEF menuliskan dalam situs resminya bahwa pada 2018, 49 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami marasmus. Pesebarannya meliputi Asia Selatan dan Afrika dengan proporsi angka yang sama.
Kekurangan protein dan kalori juga dapat menyebabkan kwashiorkor yang merupakan komplikasi dari marasmus.
Pada umumnya, kwashiorkor terjadi pada usia anak-anak dan menyebabkan masalah pertumbuhan, terutama stunting alias gangguan pertumbuhan tinggi badan.
Kondisi kekurangan nutrisi saat usia balita akan meningkatkan risiko seorang anak mengalami kwashiorkor.
Marasmus dapat dikenali dari tinggi dan berat anak
Penetapan kondisi ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada tinggi dan berat badan anak. Pada anak-anak, tinggi dan berat badannya akan disesuaikan dengan batas usia.
Jika anak memiliki tinggi dan berat di bawah batas normal, hal tersebut kemungkinan tanda awal dari perkembangan marasmus.
Dalam buku Penuntun Diet Anak dijelaskan bahwa marasmus termasuk ke dalam kelompok gizi buruk pada anak.
Gizi buruk ditandai dengan berat badan kurang dari 70 persen dari rata-rata. Hal ini disesuaikan dengan tinggi badan dan panjang badan.
Sederhananya, gizi buruk pada anak terjadi ketika tinggi dan berat badan anak berada di garis -3 SD. Bila kasusnya lebih berat, angka ini ada di bawah garis -3 SD menurut grafik pertumbuhan WHO.
Selain itu, perilaku atau keaktifan anak juga dapat menjadi penguat diagnosis. Ketika anak mengalami marasmus, ia akan terlihat lemas dan cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Kesulitan yang mungkin terjadi untuk mengenalinya, terutama pada anak-anak, adalah membedakan gejala awal kurang gizi dengan adanya penyakit infeksi.
Apa ciri-ciri marasmus pada anak?
Gejala utama anak yang mengalami marasmus adalah menurunnya berat badan dengan sangat drastis. Penurunan ini disebabkan karena tubuh kehilangan banyak jaringan lemak subkutan di bawah kulit dan massa pada otot tubuh.
Kondisi tersebut mengakibatkan indeks massa tubuh (IMT) anak menurun tajam sampai sangat rendah. Hal ini membuatnya mengalami gizi buruk yang tak bisa disepelekan.
Pasalnya, kondisi ini bisa menghambat perkembangan fisik, perkembangan kognitif anak, dan kesehatan mentalnya.
Jika asupan makanan tidak mencukupi dalam waktu yang lama, lambung akan mengalami penyusutan.
Marasmus juga identik dengan hilangnya massa lemak dan otot sehingga seseroang dapat terlihat sangat kurus.
Selain itu, marasmus sering diawali dengan rasa kelaparan dan beberapa gejala malnutrisi lain, di antaranya:
- Kelelahan
- Suhu tubuh yang menurun
- Diare kronis
- Infeksi saluran pernapasan
- Gangguan emosional pada anak atau tidak menunjukkan ekspresi emosi
- Mudah marah
- Lesu
- Pernapasan melambat
- Tangan bergetar
- Kulit kering dan kasar
- Kebotakan
Kondisi malnutrisi yang sangat parah ini bisa membuat anak tidak bersemangat, lesu, dan membuat emosi anak meledak-ledak.
Apa penyebab marasmus?
Gangguan nutrisi adalah hal yang sangat dipengaruhi berbagai hal. Adapun beberapa penyebab marasmus adalah sebagai berikut.
1. Kurang asupan kalori
Penyebab utama marasmus adalah kurangnya asupan kalori. Kurangnya kalori otomatis berpengaruh juga pada kekurangan nutrisi lain.
Nutrisi seperti karbohidrat, zat besi, yodium, zinc, dan vitamin A sangat dibutuhkan tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Kondisi ini bisa dipicu oleh terbatasnya akses terhadap kebutuhan makanan.
Biasanya, kurangnya kandungan energi dan protein di dalam makanan terjadi bersamaan. Ini juga sering dikaitkan dengan defisiensi vitamin dan mineral.
Bila mengalami marasmus cukup parah, anak bisa mengalami gizi buruk gabungan, yaitu kwashiorkor marasmik.
2. Gangguan makan
Selain kurangnya nutrisi, gangguan makan seperti anoreksia nervosa juga bisa menyebabkan marasmus, mengutip dari buku Gizi Anak dan Remaja.
Ini merupakan perilaku menyimpang dalam proses makan dan menyebabkan asupan zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak mencukupi.
Tidak hanya anoreksia, gangguan makan yang bisa menyebabkan marasmus adalah pica. Ini sebuah kondisi orang memakan makanan yang tidak layak dimakan.
Pica sangat berbahaya karena dokter tidak bisa mengamati jika mereka mengonsumsi sesuatu yang tidak boleh dimakan.
Gangguan makan bisa menyebabkan marasmus jika dilakukan dalam jangka waktu satu bulan pada anak berusia lebih dari 24 bulan.
3. Status kesehatan
Kondisi anak saat berada dalam masa pengobatan atau mengalami infeksi seperti sifilis dan tuberkulosis menyebabkan anak membutuhkan asupan nutrisi yang tepat dalam jumlah yang lebih banyak.
Jika tidak terpenuhi, anak akan dengan mudah mengalami defisiensi nutrisi. Selain itu, tingkat pengetahuan gizi makanan balita pada orangtua, baik ayah juga ibu, juga menjadi penyebab marasmus pada anak.
Ini yang membuat kondisi kesehatan si kecil terganggu di masa pertumbuhannya. Ketidaktahuan tentang manfaat ASI ekslusif misalnya atau kurangnya pengetahuan seputar memenuhi gizi anak.
4. Kondisi bawaan lahir
Faktor genetik juga berpengaruh pada marasmus. Penyakit jantung kongenital atau bawaan misalnya dapat memengaruhi pola makan anak.
Hal ini kemudian dapat memicu asupan tidak seimbang yang menyebabkan malnutrisi. Kondisi tersebut akhirnya menyulitkan proses penyerapan nutrisi pada si kecil.
Faktor yang meningkatkan risiko marasmus
Tidak bisa dipungkiri bahwa tumbuh di negara berkembang menjadi salah satu faktor risiko penyakit gizi buruk yang satu ini.
Anak-anak di daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami marasmus.
Selain itu, berikut adalah faktor yang meningkatkan risiko marasmus.
- Produksi ASI ibu tidak cukup karena tubuhnya kekurangan gizi
- Infeksi virus, bakteri, dan parasit
- Tinggal di daerah dengan tingkat kelaparan yang tinggi
- Tinggal di wilayah dengan tingkat penyakit tinggi
- Perawatan medis tidak mencukupi
Marasmus merupakan hasil kumulatif dari kurangnya nutrisi seperti protein dan kalori. Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang mendominasi.
Bagaimana cara mendiagnosis marasmus?
Dokter akan melakukan pemeriksaan awal, yaitu pemeriksaan fisik yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan kemungkinan yang menunjukkan anak mengalami gizi buruk.
Ketika hasil pengukurannya sangat jauh dari batas normal untuk usianya, marasmus bisa menjadi penyebab kondisi tersebut.
Marasmus bisa diperparah dengan keseharian anak yang kurang bergerak. Ini tanda bahwa kebutuhan energi anak tidak terpenuhi dengan sempurna.
Tidak seperti kondisi kesehatan lain yang bisa didiagnosis dengan pemeriksaan darah, marasmus tidak bisa dideteksi dengan cara tersebut.
Alasannya, anak yang mengalami marasmus juga memiliki penyakit infeksi yang bisa memengaruhi hasil tes darah.
Bagaimana pengobatan anak yang mengalami marasmus?
Marasmus harus ditangani secara bertahap. Ada 10 tahap penanganan umum yang perlu diperhatikan, berdasarkan Buku Saku Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI.
1. Mencegah dan mengobati hipoglikemia
Anak yang mengalami gizi buruk, termasuk marasmus, berisiko terkena hipoglikemia.
Ini adalah kondisi kadar gula darah yang rendah, sehingga anak harus diberi makan atau larutan gula sebanyak 10% saat sudah masuk rumah sakit.
Sebagai perawatan, anak akan diberikan formula khusus berupa F 75 atau modifikasinya. F 75 adalah cairan yang berisi berikut.
- 25 gram susu skim bubuk
- 100 gram gula pasir
- 30 gram minyak goreng
- 20 ml larutan elektrolit
- 1000 ml tambahan air
Formula tersebut akan digunakan setiap perawatan anak yang mengalami gizi buruk, termasuk marasmus.
Perawatan
- Segera beri formula F 75 pada anak.
- Bila tidak ada, berikan 50 ml larutan glukosa secara oral atau NGT.
- Lanjutkan pemberian F 75 atau larutan glukosa setiap 2—3 jam.
- Jika anak masih minum ASI, teruskan pemberian ASI di luar waktu minum F 75.
- Larutan gula pasir sebanyak 50 ml perlu diberikan bila kondisi anak tidak sadar.
Pemantauan
Bila kadar gula darah anak rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit. Berikut ketentuannya.
- Kadar gula darah anak di bawah 3 mmol/L (-54 mg/dl), lanjut diulangi pemberian larutan gula.
- Saat mengukur suhu lewat anus (suhu rektal) kurang dari 35,5 derajat celcius, berikan larutan glukosa.
Pencegahan
Beri formula F 75 setiap dua jam pada anak, bila ia terlihat lemas, lakukan rehidrasi terlebih dahulu.
2. Mencegah dan mengobati hipotermia
Tubuh manusia dikatakan hipotermia ketika suhu tubuh kurang dari 35,5 derajat celcius.
Hipotermia adalah kondisi suhu tubuh turun di bawah suhu normal dan anak yang mengalami gizi buruk berisiko mengalaminya.
Perawatan
- Segera beri larutan formula F 75 pada anak.
- Hangatkan tubuh anak dengan selimut atau didekap di dada.
- Beri antibiotik.
Pemantauan
- Ukur suhu tubuh si kecil setiap dua jam.
- Tetap hangatkan tubuh anak terutama saat malam hari.
- Periksa kadar gula untuk mengecek apakah anak mengalami hipoglikemia.
Pencegahan
- Jaga pakaian dan kasur anak tetap kering.
- Jauhkan anak dari cuaca dingin.
- Ciptakan suasana kamar yang hangat.
- Beri formula F 75 atau modifikasinya setiap dua jam.
3. Mengobati dan mencegah dehidrasi
Dehidrasi dapat memicu kesulitan untuk mencerna makanan dan memperburuk gejala diare jika anak mengalaminya.
Setelah mulai membaik, pengobatan dilanjutkan dengan memberikan menu makanan balita yang beragam untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Makanan yang diberikan harus tinggi protein, seperti memakai minyak sayur, kasein, dan gula.
Kasein merupakan protein dalam susu yang bisa meningkatkan kandungan kalori dalam tubuh anak.
Meskipun demikian, terkadang penderita marasmus tidak dapat mengonsumsi makanan dan minuman dengan cara normal.
Biasanya, makan dan minum dilakukan dalam jumlah yang sedikit atau menggunakan infus ke pembuluh darah vena dan lambung.
4. Menjaga keseimbangan elektrolit
Anak dengan kondisi marasmus mengalami kekurangan kalium dan magnesium. Hal ini mengakibatkan keseimbangan elektrolit di tubuhnya terganggu.
Untuk mengobati gangguan elektrolit, anak perlu diberikan kalium dan magnesium yang terkandung di dalam larutan formula F 75 dan larutan mineral mix.
Berikut penanganannya.
Perawatan
- Berikan kalium dan magnesium yang terkandung dalam larutan mineral mix yang sudah ditambahkan di dalam F-75.
- Berikan larutan ReSoMal untuk rehidrasi.
Pemantauan
- Pantau frekuensi napas.
- Pantau frekuensi nadi.
- Pantau jumlah urine.
- Pantau intensitas buang air besar dan muntah.
Pencegahan
- Lanjutkan pemberian ASI.
- Berikan formula F-75 sesegera mungkin.
- Beri ReSoMal 50-100 ml setiap anak diare.
5. Mencegah infeksi
Bila anak dengan marasmus sudah terkena infeksi, hal ini bisa semakin memperburuk kondisi kesehatannya. Infeksi yang bisa terjangkit seperti campak, malaria, dan diare.
Ketiganya membuat kondisi marasmus menjadi mematikan. Sangat penting menjaga dan mencegah anak terkena infeksi dengan memberi vitamin dan mineral, seperti berikut.
- Multivitamin.
- Asam folat (5 mg pada hari pertama dan selanjutnya 1 mg/hari).
- Zinc 2 mg.
- Vitamin A.
Vitamin dan mineral di atas mampu mencegah infeksi.
6. Memperbaiki kekurangan mikronutrien
Anak kurang gizi, termasuk marasmus, membutuhkan asupan mikronutrien yang cukup banyak. Adapun nutrisi yang dibutuhkan seperti zat besi, kalsium, zinc, vitamin A, D, E, dan K.
7. Pemberian makanan awal
Saat anak sudah masuk tahap ini, ada beberapa yang perlu diperhatikan, yaitu berikut ini.
- Mengonsumsi makanan rendah laktosa dengan jumlah sedikit tapi sering.
- Berikan makanan lewat NGT atau langsung (oral).
- Kebutuhan energi: 100 kkal/kgBB/hari.
- Kebutuhan protein: 1-1,5 gram/kgBB/hari.
- Kebutuhan cairan: 130 ml/kgBB/hari (kondisi edema berat, berikan 100 ml/kgBB/hari).
Berbagai pemberian ini dilakukan dengan pemantauan dokter.
Pemantauan
Berikut hal yang perlu dipantau dan dicatat setiap hari di tahap makanan awal.
- Jumlah makanan yang dihabiskan.
- Ada muntah atau tidak.
- Konsistensi feses.
- Berat badan anak.
Pemantauan tersebut dilakukan oleh dokter.
8. Masuk di tahap tumbuh kejar
Saat anak sudah masuk fase ini, tandanya adalah nafsu makan yang sudah kembali. Anda perlu melakukan transisi secara bertahap untuk berpindah dari formula F 75 ke F 100.
Berikut rinciannya.
- Beri F100 sejumlah yang sama dengan F75 selama 2 hari berututan.
- Naikkan jumlah F100 sebanyak 10 ml.
- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (disesuaikan kemampuan anak).
- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
- Protein: 4-6 gram/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan dengan pemberian ASI tapi tetap pastikan anak sudah mendapatkan F100.
Alasannya, ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh kejar anak.
9. Memberikan stimulasi sensoris
Anak yang mengalami marasmus sering tidak percaya diri karena kondisinya yang berbeda.
Setelah melalui semua tahap dan sampai di fase ini, Anda perlu memberi stimulasi sensoris dan emosional, seperti berikut.
- Memberikan ungkapan kasih sayang.
- Menciptakan lingkungan yang ceria.
- Terapi bermain 15-30 menit per hari.
- Mengajaknya melakukan kegiatan fisik.
- Berkegiatan bersama seperti makan dan bermain.
Kondisi marasmus sering membuat anak tidak percaya diri, sehingga membutuhkan dukungan emosional untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini.
10. Persiapan pulang
Ketika berat badan dan tinggi badan anak sudah di atas -2 SD, anak sudah bisa pulang dan melakukan perawatan di rumah.
Selain itu pertimbangan lain yang membuat anak boleh pulang yaitu berikut.
- Sudah selesai melakukan pengobatan antibiotik.
- Memiliki nafsu makan yang baik.
- Menunjukkan kenaikan berat badan.
- Edema sudah hilang atau berkurang drastis.
Selain itu, infeksi sering terjadi pada anak-anak yang mengalami marasmus, sehingga perlu diberikan antibiotik.
Mengobati infeksi dan masalah kesehatan lain bisa membantu dan memberi peluang anak untuk sembuh lebih cepat.
Bagaimana cara mencegah marasmus?
Kalau faktor risiko penyakit ini jauh dari kondisi Anda, tetap perlu melakukan langkah pencegahan. Berikut beberapa cara untuk mencegah marasmus:
1. Menerapkan pola makan seimbang
Cara terbaik agar terhindar dari marasmus adalah dengan menerapkan pola makan seimbang dengan menu makanan balita berisikan protein dari susu, ikan, telur atau kacang-kacangan.
Selain itu konsumsi sayur dan buah diperlukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral agar terhindar dari kondisi malnutrisi secara umum.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Kondisi sanitasi dan kebersihan lingkungan yang baik bisa mengurangi risiko marasmus. Terutama di tempat yang tidak mendapatkan pasokan air bersih dan makanan sehat.
Sanitasi dan kebersihan yang buruk bisa meningkatkan risiko terkena infeksi, yang menjadi tanda dari marasmus dan tipe malnutrisi lainnya.
Hal ini bisa membuat kondisinya semakin sulit disembuhkan.
3. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi juga merupakan hal penting karena berbagai penyakit dapat berpotensi menyebabkan gangguan nutrisi pada seseorang, terutama jika ia pernah mengalami marasmus.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi terbebas dari penyakit.
Pada kelompok usia bayi, perlindungan juga dilakukan dengan cara pemberian ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan memperkuat daya tahan tubuh.
[embed-health-tool-vaccination-tool]