backup og meta

Flu Perut pada Anak

GejalaPenyebabDiagnosisPengobatanPencegahan

Anak-anak sering mengalami berbagai gangguan kesehatan ringan, salah satunya yang cukup umum adalah flu perut. Namanya mungkin terdengar seperti flu biasa, tetapi kondisi ini sebenarnya berbeda karena menyerang sistem pencernaan. Pahami selengkapnya terkait flu perut pada anak di bawah ini. 

Flu Perut pada Anak

Gejala flu perut pada anak

Flu perut pada anak, atau yang disebut juga stomach flu atau gastroenteritis, adalah infeksi yang menyerang saluran pencernaan dan biasanya disebabkan oleh virus seperti rotavirus atau norovirus.

Penyakit ini sangat menular dan sering menyebar lewat makanan atau minuman yang kotor, atau karena anak menyentuh benda yang terkontaminasi lalu memasukkan tangannya ke mulut.

Gejala stomach flu pada anak umumnya dapat meliputi berikut ini.

  • Diare encer tanpa darah, yang merupakan gejala paling umum. Biasanya, diare pada anak akibat penyakit ini berlangsung selama 1–7 hari dan mereda dalam 3 hari.
  • Muntah, sering kuat dan berulang, umum terjadi pada infeksi rotavirus maupun norovirus. Akibat rotavirus, sekitar 88 % anak mengalami muntah, sedangkan norovirus sekitar 67 %.
  • Nyeri atau kram perut, disertai mual, yang muncul akibat peradangan usus.
  • Demam ringan, biasanya berkisar suhu rendah, lebih sering ditemukan pada kasus rotavirus dan astrovirus, meskipun juga dapat muncul pada norovirus.
  • Gejala umum lainnya, seperti lemas, anoreksia, sakit kepala, dan nyeri otot bisa menyertai, terutama pada infeksi norovirus.
  • Dehidrasi, akibat muntah dan diare berulang, dapat ditandai dengan mulut kering, berkurangnya jumlah urine, dan pada kasus berat timbul kebingungan atau detak jantung cepat. 

Secara umum, inkubasi gejala berkisar 12–72 jam setelah paparan virus.

Gejala gangguan pencernaan anak ini biasanya muncul tiba-tiba, berlangsung beberapa hari, dan sebagian besar anak pulih dalam waktu kurang dari seminggu tanpa perlu rawat inap. 

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Penyebab flu perut pada anak

Flu perut pada anak disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pencernaan, bukan karena flu biasa.

Virus masuk ke tubuh lewat makanan atau minuman kotor, tangan yang tidak dicuci, atau menyentuh benda kotor lalu menyentuh mulut.

Berikut beberapa jenis virus penyebab flu perut.

1. Rotavirus

Infeksi rotavirus pada anak sering menjadi penyebab flu perut parah pada bayi dan balita.

Virus ini masuk ke tubuh lewat makanan atau tangan yang kotor, sehingga menyebabkan muntah dan diare berat hingga beberapa hari.

2. Norovirus

Norovirus adalah virus yang sangat mudah menular, cukup dari satu sendok makanan yang terkontaminasi saja.

Akibat sifat virus ini yang tahan lama di permukaan benda, sering terjadi wabah di tempat ramai seperti sekolah, rumah sakit, atau kapal pesiar.

3. Adenovirus

Adenovirus tipe 40 dan 41 bisa menyebabkan diare pada anak kecil.

Walau gejalanya biasanya tidak sekuat rotavirus atau norovirus, diare dari adenovirus bisa berlangsung lebih lama.

Virus ini juga menyebar lewat makanan atau benda yang terkontaminasi, dan sering ditemukan pada bayi serta anak balita. 

4. Astrovirus

Astrovirus juga bisa menyebabkan flu perut pada anak kecil, meskipun gejalanya lebih ringan dibanding virus lain.

Diare yang ditimbulkan biasanya tidak parah dan berlangsung singkat. Virus ini paling umum terjadi pada balita di bawah 2 tahun.

Diagnosis flu perut pada anak

perut kembung pada anak

Diagnosis gastroenteritis pada anak biasanya dilakukan oleh dokter dengan melihat gejala yang muncul, seperti muntah, diare, sakit perut, dan demam ringan.

Dokter juga akan memeriksa tanda-tanda dehidrasi pada anak, seperti bibir kering, mata cekung, anak tampak lemas, atau jarang buang air kecil.

Jika gejalanya ringan, biasanya tidak perlu pemeriksaan laboratorium.

Namun, jika anak menunjukkan tanda-tanda yang lebih berat, lama sembuh, atau mengalami BAB berdarah, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan, di antaranya sebagai berikut.

  • Skor dehidrasi. Dokter dapat menggunakan clinical dehydration scale (CDS) atau capillary refill untuk menentukan tingkat keparahan dehidrasi, apakah ringan, sedang, atau berat, guna menentukan kebutuhan perawatan lanjutan seperti terapi oral atau infus.
  • Tes cepat. Jika dicurigai infeksi rotavirus, misalnya pada bayi di panti asuhan atau klinik anak, tes cepat (ELISA atau immunoassay) dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis.
  • Pemeriksaan tinja. Tes ini baru dilakukan jika gejala mencurigakan, misalnya darah/mukus dalam tinja, demam tinggi, atau gejala bertahan lebih dari beberapa hari, untuk menyingkirkan infeksi bakteri atau parasit.

Selain pemeriksaan di atas, melansir dari National Institute of Health, diagnosis banding penting dilakukan, karena gejala muntah atau diare juga bisa disebabkan oleh kondisi lain seperti usus tersumbat, infeksi berat, atau keracunan makanan.

Pengobatan flu perut pada anak

Flu perut pada anak biasanya tidak butuh obat khusus. Yang paling penting adalah mengganti cairan tubuh yang hilang karena muntah dan diare.

Ini bisa dilakukan dengan larutan oralit (ORS) yang bisa dibeli di apotek. Jika anak tidak bisa minum karena terus muntah, dokter bisa memberi obat antimuntah seperti ondansetron agar anak bisa tetap minum.

Setelah diare dan muntah anak berkurang, anak bisa mulai makan makanan biasa secara perlahan. Hindari minuman manis seperti jus atau soda karena bisa memperparah diare.

Terkadang dokter juga menyarankan tambahan seng (zinc) atau probiotik untuk membantu pemulihan lebih cepat.

Jika anak tampak sangat lemas, tidak mau minum sama sekali, atau buang air kecilnya sangat sedikit, mungkin perlu dibawa ke rumah sakit untuk mendapat cairan lewat infus.

Pencegahan flu perut pada anak

Guna mencegah gastroenteritis pada anak, penting untuk menerapkan langkah-langkah berikut ini.

  • Cuci tangan pakai sabun dan air. Ajari anak mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, terutama setelah dari toilet dan sebelum makan.
  • Beri vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus bisa mencegah diare parah akibat virus rotavirus yang sering menyerang bayi dan balita.
  • Minum air bersih. Pastikan anak minum dari sumber air yang aman dan bersih untuk mencegah virus masuk lewat minuman.
  • Jaga kebersihan makanan dan alat makan. Makanan harus dimasak dengan baik dan alat makan harus bersih agar tidak terkontaminasi virus.
  • ASI eksklusif untuk bayi. Bayi yang diberi ASI eksklusif lebih tahan terhadap infeksi pencernaan.
  • Jaga kebersihan rumah dan mainan anak. Bersihkan benda yang sering disentuh anak, seperti mainan dan gagang pintu, dengan disinfektan.
  • Pisahkan anak yang sedang sakit. Jika anak terkena flu perut, hindari berbagi makanan, alat makan, atau kamar mandi dengan anak lain sampai 2 hari setelah gejala hilang.

Konsultasikan kepada dokter anak untuk mengetahui pengobatan yang tepat sesuai kondisi anak Anda.

Kesimpulan

  • Flu perut (stomach flu) atau gastroenteritis pada anak adalah infeksi saluran cerna yang paling sering disebabkan oleh virus seperti rotavirus atau norovirus.
  • Penyakit ini biasanya ditandai dengan muntah, diare, sakit perut, dan demam ringan.
  • Meskipun umumnya ringan, flu perut bisa menyebabkan dehidrasi, sehingga penanganan utama adalah menjaga asupan cairan, terutama dengan oralit (ORS). Sebagian anak mungkin memerlukan obat antimuntah atau suplemen seperti zinc dan probiotik.
  • Dengan perawatan yang tepat di rumah, sebagian besar anak bisa pulih dalam beberapa hari tanpa komplikasi serius.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Stuempfig, N. D., & Seroy, J. (2023). Viral gastroenteritis. PubMed; StatPearls Publishing. Retrieved 22 July 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518995/

Stomach Flu: All You Need To Know. (2025). Retrieved 22 July 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12418-stomach-flu

Patel, P., Bharadwaj, H. R., Ta’ani, O. A., Khan, S., Saqr Alsakarneh, Malik, S., Hayat, U., Manesh Kumar Gangwani, Ali, H., & Dushyant Singh Dahiya. (2025). Updates and Current Knowledge on the Common Forms of Gastroenteritis: A Review. Journal of Clinical Medicine14(10), 3465–3465. https://doi.org/10.3390/jcm14103465

‌Leshem, E., & Lopman, B. A. (2018). Viral Gastroenteritis. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases, 383–387.e3. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-40181-4.00056-6

Pegah, K. et al. (2024). Human adenoviruses in children with gastroenteritis: a systematic review and meta-analysis. BMC Infectious Diseases24(1). https://doi.org/10.1186/s12879-024-09386-x

Department of Health & Human Services. (2000). Gastroenteritis in children. Retrieved 22 July 2025, from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/gastroenteritis-in-children‌

Omatola, C.A. et al. (2024). Enteropathogenic Viruses associated with Acute Gastroenteritis among African Children under 5 years of age: A Systematic Review and Meta-analysis. Journal of Infection, 106169–106169. https://doi.org/10.1016/j.jinf.2024.106169

Viral gastroenteritis (stomach flu). (n.d.). Retrieved 22 July 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/viral-gastroenteritis/symptoms-causes/syc-20378847

Stuempfig, N. D. (2025). Viral Gastroenteritis. Retrieved 22 July 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518995/

Leshem, E., & Lopman, B. A. (2018). Viral Gastroenteritis. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases, 383–387.e3. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-40181-4.00056-6

Hartman, S., Brown, E., Loomis, E., & Russell, H. A. (2019). Gastroenteritis in Children. Retrieved 22 July 2025, from https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2019/0201/p159.html

Versi Terbaru

31/07/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Obat Mual Anak dari Dokter dan Cara Mengatasinya di Rumah

7 Penyebab Anak Muntah Saat Tidur dan Cara Mengatasinya


Ditinjau oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A · Kesehatan Anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 31/07/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan