Meski begitu, anak-anak di usia berapa pun sebenarnya rentan mengalami alergi makanan. Alergi makanan pada anak bisa terjadi karena tubuh menganggap makanan atau zat yang terkandung di dalamnya sebagai sesuatu yang berbahaya.
Alhasil, sistem kekebalan tubuh melepaskan suatu pertahanan dalam bentuk antibodi yang bertugas untuk melawan zat yang dianggap berbahaya tersebut.
Di lain waktu ketika anak makan makanan yang sama tersebut, zat bernama histamin akan dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh dan mengalir dalam darah. Histamin inilah yang nantinya menimbulkan satu atau lebih gejala alergi makanan pada anak.
5. Intoleransi makanan
Banyak orang sering tertukar antara alergi makanan dan intoleransi makanan. Padahal, kedua kondisi ini tidaklah sama.
Intoleransi makanan adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam mencerna suatu makanan tertentu.
Terlihat bedanya, bahwa intoleransi makanan yang tidak dipicu oleh masalah pada sistem kekebalan tubuh anak. Salah satu intoleransi makanan yang sering terjadi pada anak yakni intoleransi laktosa di dalam susu.
Sama halnya seperti alergi makanan, masalah makan pada balita yang satu ini juga bisa menimbulkan berbagai gejala.
Namun, rentang waktu kemunculan gejala intoleransi makanan umumnya lebih lama ketimbang alergi makanan. Beberapa anak mungkin bisa merasakan gejala dalam hitungan jam setelah makan makanan tertentu.
Sementara beberapa anak lainnya bisa mengalami gejala setelah 48 jam kemudian. Berbagai gejala intoleransi makanan yang paling umum berupa:
- Diare
- Mual muntah
- Sakit perut
- Perut kembung
Hampir serupa dengan alergi makanan, anak yang memiliki intoleransi terhadap beberapa jenis makanan tertentu juga dianjurkan untuk tidak makan makanan tersebut.
6. Kebiasaan makan yang sulit diprediksi
Mengutip dari Family Doctor, kebiasaan makan menjadi masalah pada balita. Terkadang, ada masa di mana anak ingin makan satu menu makanan yang sama dalam satu minggu.
Kemudian di minggu berikutnya anak tidak ingin menyentuh makanan yang disukainya di minggu kemarin. Selain itu, kebiasaan makan tidak sehat lainnya yang bisa memicu anak balita susah makan adalah ngemil di jeda waktu makan.
Dilansir dalam laman About Kids Health, kebiasaan tersebut membuat anak menolak untuk makan di saat waktu yang sudah dijadwalkan.
Berikut beberapa kebiasaan lain yang menyebabkan anak balita susah makan:
- Anak terlalu banyak minum jus dan minuman manis lainnya
- Balita kurang gerak sehingga membuat energinya tidak terbakar yang membuatnya kurang merasa lapar
Meski sering mengganggu dan membuat cemas, kebiasaan makan ini tidak perlu dikhawatirkan karena sering dialami oleh setiap anak.
Namun bila berlangsung terlalu lama, segera konsultasikan ke dokter agar asupan nutrisi si kecil tidak terganggu.
Cara mengatasi masalah makan pada balita

Ketika kondisi ini dibiarkan terus menerus, hal ini tentu bisa mengganggu tumbuh kembang si kecil dan membuat orangtua cemas.
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sebagai langkah awal mengatasi masalah makan pada balita. Berikut di antaranya:
Ubah kebiasaan makan anak
Sebagai orangtua, berikut beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan untuk mengubah kebiasaan makan anak yang buruk:
- Beri si kecil contoh dengan mengonsumsi berbagai makanan, bukan yang itu-itu saja.
- Berikan makanan yang belum pernah dicoba anak saat ia sedang lapar, tepatnya di awal sebelum memberikan jenis makanan lain yang sudah sering dimakannya.
- Berikan jenis makanan baru dan makanan favoritnya di saat yang sama.
- Sajikan jenis makanan baru dalam bentuk yang semenarik mungkin.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar