backup og meta

Ketahui Masalah Makan pada Balita Usia 1-5 Tahun dan Cara Mengatasinya

Ketahui Masalah Makan pada Balita Usia 1-5 Tahun dan Cara Mengatasinya

Kebutuhan gizi balita tidak sama dengan orang dewasa. Atas dasar itulah, memastikan anak memperoleh asupan zat gizi yang cukup setiap harinya menjadi ‘PR’ bagi semua orangtua. Terlebih ketika balita punya masalah susah makan. Jangan sampai ini menjadi penghalang baginya untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi harian yang cukup. Mari pahami sederet masalah makan pada balita yang sering terjadi.

Apa saja masalah makan pada balita yang sering terjadi?

masalah makan pada balita

Nafsu makan anak yang tidak bisa ditebak, sering kali menimbulkan masalah dalam pola dan pemberian makan pada balita.

Jika terjadi sekali atau dua kali mungkin tidak masalah. Namun, kalau berkelanjutan bisa terus berlanjut sampai anak beranjak dewasa kelak.

Maka itu, sebagai orangtua, penting untuk memantau dan mengenali sedini mungkin ketika anak memiliki masalah yang membuatnya sulit makan dengan nyaman.

Berikut berbagai masalah makan pada balita yang kerap membuatnya jadi lebih susah makan:

1. Memiliki masalah kesehatan

Orang dewasa sering mengeluhkan tidak nafsu makan ketika tubuhnya sedang tidak sehat, begitu juga anak-anak. Beberapa masalah kesehatan yang membuat susah makan pada balita seperti:

  • Radang tenggorokan
  • Ruam kulit
  • Demam
  • Sariawan
  • Sembelit
  • kekurangan zat besi
  • Infeksi saluran kemih
  • Anemia
  • Flu
  • Sakit perut
  • Cacingan

Minimnya kesadaran mengenai kebersihan diri sendiri dan lingkungan misalnya menjadi salah satu penyebab cacingan yang biasa terjadi pada anak-anak.

Salah satu ciri cacingan yang paling umum yakni hilangnya nafsu makan anak hingga nantinya bisa membuat berat badan baita menurun.

Bila kondisi ini berlangsung lebih dari satu minggu dan tidak kunjung membaik, segera kunjungi dokter untuk konsultasi.

2. Stres

Bukan hanya orang dewasa saja yang bisa mengalami stres, tapi anak-anak juga. Hanya saja bedanya, penyebab dan gejala stres yang dialami anak-anak memang tidak serumit orang dewasa.

Kematian hewan peliharaan, menjadi korban bully di lingkungan pertemanan, atau sering dimarahi bisa membuat si kecil stres. Secara tidak langsung, kondisi inilah yang kemudian menimbulkan masalah makan pada balita.

3. Efek samping obat-obatan

Rutin minum obat-obatan tertentu tanpa sadar juga dapat menurunkan nafsu makan si kecil sehingga menjadi masalah makan pada balita.

Jika hal ini berlangsung terus menerus, tanyakan pada dokter adakah alternatif obat lain yang tidak memengaruhi nafsu makannya.

4. Alergi makanan

Alergi makanan adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh respon sistem kekebalan tubuh setelah makan makanan tertentu.

Dengan kata lain, masalah makan pada balita karena alergi akan membuatnya mengalami berbagai gejala usai makan makanan tersebut.

Berbagai gejala ini di antaranya rasa tidak nyaman seperti gatal di mulut, kulit kemerahan dan gatal, pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, sulit bernapas, mual, muntah, hingga diare.

Melansir dari laman Mayo Clinic, masalah makan pada balita yang satu ini biasanya dialami oleh sekitar 6-8 persen anak usia 3 tahun ke bawah.

Meski begitu, anak-anak di usia berapa pun sebenarnya rentan mengalami alergi makanan. Alergi makanan pada anak bisa terjadi karena tubuh menganggap makanan atau zat yang terkandung di dalamnya sebagai sesuatu yang berbahaya.

Alhasil, sistem kekebalan tubuh melepaskan suatu pertahanan dalam bentuk antibodi yang bertugas untuk melawan zat yang dianggap berbahaya tersebut.

Di lain waktu ketika anak makan makanan yang sama tersebut, zat bernama histamin akan dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh dan mengalir dalam darah. Histamin inilah yang nantinya menimbulkan satu atau lebih gejala alergi makanan pada anak.

5. Intoleransi makanan

Banyak orang sering tertukar antara alergi makanan dan intoleransi makanan. Padahal, kedua kondisi ini tidaklah sama.

Intoleransi makanan adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam mencerna suatu makanan tertentu.

Terlihat bedanya, bahwa intoleransi makanan yang tidak dipicu oleh masalah pada sistem kekebalan tubuh anak. Salah satu intoleransi makanan yang sering terjadi pada anak yakni intoleransi laktosa di dalam susu.

Sama halnya seperti alergi makanan, masalah makan pada balita yang satu ini juga bisa menimbulkan berbagai gejala.

Namun, rentang waktu kemunculan gejala intoleransi makanan umumnya lebih lama ketimbang alergi makanan. Beberapa anak mungkin bisa merasakan gejala dalam hitungan jam setelah makan makanan tertentu.

Sementara beberapa anak lainnya bisa mengalami gejala setelah 48 jam kemudian. Berbagai gejala intoleransi makanan yang paling umum berupa:

  • Diare
  • Mual muntah
  • Sakit perut
  • Perut kembung

Hampir serupa dengan alergi makanan, anak yang memiliki intoleransi terhadap beberapa jenis makanan tertentu juga dianjurkan untuk tidak makan makanan tersebut.

6. Kebiasaan makan yang sulit diprediksi

Mengutip dari Family Doctor, kebiasaan makan menjadi masalah pada balita. Terkadang, ada masa di mana anak ingin makan satu menu makanan yang sama dalam satu minggu.

Kemudian di minggu berikutnya anak tidak ingin menyentuh makanan yang disukainya di minggu kemarin. Selain itu, kebiasaan makan tidak sehat lainnya yang bisa memicu anak balita susah makan adalah ngemil di jeda waktu makan.

Dilansir dalam laman About Kids Health, kebiasaan tersebut membuat anak menolak untuk makan di saat waktu yang sudah dijadwalkan. 

Berikut beberapa kebiasaan lain yang menyebabkan anak balita susah makan:

  • Anak terlalu banyak minum jus dan minuman manis lainnya
  • Balita kurang gerak sehingga membuat energinya tidak terbakar yang membuatnya kurang merasa lapar

Meski sering mengganggu dan membuat cemas, kebiasaan makan ini tidak perlu dikhawatirkan karena sering dialami oleh setiap anak.

Namun bila berlangsung terlalu lama, segera konsultasikan ke dokter agar asupan nutrisi si kecil tidak terganggu.

Cara mengatasi masalah makan pada balita

memberi makan balita

Ketika kondisi ini dibiarkan terus menerus, hal ini tentu bisa mengganggu tumbuh kembang si kecil dan membuat orangtua cemas.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sebagai langkah awal mengatasi masalah makan pada balita. Berikut di antaranya:

Ubah kebiasaan makan anak

Sebagai orangtua, berikut beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan untuk mengubah kebiasaan makan anak yang buruk:

  • Beri si kecil contoh dengan mengonsumsi berbagai makanan, bukan yang itu-itu saja.
  • Berikan makanan yang belum pernah dicoba anak saat ia sedang lapar, tepatnya di awal sebelum memberikan jenis makanan lain yang sudah sering dimakannya.
  • Berikan jenis makanan baru dan makanan favoritnya di saat yang sama.
  • Sajikan jenis makanan baru dalam bentuk yang semenarik mungkin.

Memang, kadang gemas rasanya saat anak hanya mau makanan yang itu-itu saja dan mengabaikan makanan baru yang sudah disiapkan.

Namun dalam hal ini, sebaiknya jangan terlalu memaksa anak untuk langsung mengubah kebiasaan makannya tersebut.

Sebagai gantinya, beri ia semangat dan dorongan lebih disertai dengan contoh yang baik. Dengan begitu, anak jadi lebih tertarik untuk mencoba hal-hal baru terkait kebiasaan makan harian.

Menghindari makanan pemicu alergi

Cara paling mudah untuk mengatasi alergi makanan yang dialami anak, yakni dengan menghindari makanan-makanan tertentu penyebab alergi.

Tidak lupa untuk memerhatikan komposisi bahan di dalam suatu produk makanan sebelum memberikannya pada anak.

Jika gejala yang ditimbulkan dari alergi makanan sudah cukup parah, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk membantu meringankan gejala. 

Beberapa obat-obatan ini misalnya antihistamin atau epinefrin, tergantung kondisi alergi yang dialami anak.

Melakukan terapi makan

Terapi makan merupakan cara yang digunakan untuk mengatasi seseorang yang mengalami masalah makan pada balita. 

Terapi ini tidak sekadar mengajarkan anak untuk makan, melainkan juga bekerja sama dengan orangtua dan pengasuhnya agar proses makan lebih mudah. 

Menurut Kimberly Hirte, ahli patologi anak kepada Intermountain Healthcare, ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan oleh orangtua ketika anak susah makan.

  • Kesulitan saat mengunyah makanan.
  • Berat dan tinggi badan tidak bertambah dalam beberapa pekan terakhir.
  • Sering muntah dan meludahkan makanan yang baru masuk ke mulutnya.
  • Sulit bernapas saat makan dan minum.
  • Mengalami masalah saat hendak batuk atau bersendawa.
  • Menangis karena menolak makan.

Apabila anak Anda memperlihatkan gejala tersebut atau mereka hanya makan 5-10 jenis makanan yang berbeda, kemungkinan besar anak membutuhkan terapi makan. 

Seperti yang dilansir dari laman CHOC Children, selama terapi makan berlangsung, anak dan orangtua akan didampingi oleh terapis.

Para terapis tersebut berusaha membantu anak agar keterampilan makan mereka meningkat sehingga waktu makan anak lebih menyenangkan. 

Ini beberapa keterampilan umum yang akan dikembangkan dalam terapi tersebut:

  • Perbaikan cara mengunyah, mengisap, dan menelan makanan.
  • Memberi pilihan makanan dalam jumlah banyak.
  • Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.

Tidak hanya masalah makan pada balita, terapi ini juga bermanfaat agar anak bisa menciptakan suasana menyenangkan saat sedang makan.

Beri porsi sedikit

Ketika Anda sedang mengenalkan menu makanan baru pada si kecil, berikan dengan porsi makan yang sedikit. Jika anak menolak, coba lagi nanti, dan terus tawari anak dengan makanan baru.

Lama-kelamaan anak ingin mencobanya, kemudian mengenali rasanya, dan menjadi familiar dengan makanan tersebut, sehingga ia tidak akan menolaknya lagi.

Menawarkan makanan baru ke anak secara konsisten dapat membantu mengurangi kecenderungan anak untuk menolak makanan baru.

Membuat jadwal makan yang tepat

Menentukan jadwal makan balita sangat penting dalam mengatasi masalah susah makan pada si kecil. Hal ini dilakukan agar ia mengerti konsep lapar dan haus sehingga nutrisi dan gizi si kecil tetap terpenuhi.

Dikutip Family Doctor, sekitar 5 – 10 menit sebelum jam makan, beritahu si kecil bahwa sebentar lagi sudah masuk waktu makan. Anak-anak mungkin akan kelelahan setelah beraktivitas, akibatnya mereka akan malas makan dan lebih memilih untuk istirahat.

Membuat pemberitahuan menjelang waktu makan memberikan anak waktu untuk menenangkan diri sebelum makan dan bersiap-siap.

Memberi camilan sehat

Setiap harinya, anak Anda harus memenuhi pola makan 3 kali sehari dan makan selingan sebanyak 2 kali. Balita usia 1-5 tahun biasanya tidak makan cukup di satu waktu untuk tetap merasa kenyang sampai waktu makan berikutnya.

Berikan camilan sehat pada balita di antara jam makannya, seperti keju, yoghurt, potongan buah, irisan daging, atau susu untuk balita

Namun perlu diingat untuk membatasi porsinya agar tidak terlalu banyak dan hindari memberikan camilan sesaat sebelum waktu makan tiba. Ini bisa merusak jadwal dan menimbulkan masalah makan pada balita.

Pasalnya, hal ini bisa membuat anak merasa kenyang duluan. Keadaan perut kosong adalah saat yang tepat untuk memberi makan si kecil. 

Bagaimana bila anak melewati satu waktu makan? Anda bisa memberikan camilan sehat beberapa jam setelahnya. 

Fleksibel dengan menu makanan

Memberikan menu makanan untuk balita memang tidak mudah sehingga Anda perlu fleksibel dalam proses memasak.

Jika balita Anda susah makan sayur, sesekali Anda mungkin bisa menghancurkan sayur dan mencampurkannya menjadi bistik sapi dengan citarasa manis yang sering disukai anak-anak.

Kalau anak Anda sedang tidak ingin makan nasi, berikan karbohidrat lain seperti membuat mie tek-tek atau spagheti carbonara yang rasanya gurih. 

Untuk memudahkan, Anda bisa membuat daftar makanan yang si kecil sukai dengan menanyakan langsung padanya.

Libatkan anak dalam proses pemilihan menu dan bahan masakan agar si kecil memiliki perasaan senang dengan makanannya. 

Atur ekspektasi

Hindari menyimpan harapan terlalu besar untuk anak mematuhi semua ‘aturan’ yang sudah dibuat. Hindari memaksa si kecil yang masih berumur 3 tahun untuk menggunakan alat makan yang benar. 

Bagi sebagian anak, beberapa makanan mungkin lebih mudah dilahap langsung dengan tangan dibanding makan dengan sendok, jadi biarkan ia melakukannya.

Kapan harus ke dokter untuk memeriksa masalah makan pada balita?

cara mengatasi anak takut ke dokter

Anda perlu khawatir bila kondisi balita susah makan ini sudah berlangsung lebih dari dua minggu dan memengaruhi berat badan anak.

Bila ingin berkonsultasi dengan dokter seputar masalah makan pada balita, ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda ajukan, misalnya:

  • Seberapa banyak makanan yang perlu disantap oleh anak di usianya dalam satu hari?
  • Apakah ada makanan yang bisa dicoba pada anak setiap hari?
  • Perlukah pemberian vitamin penambah nafsu makan anak, seperti protein tinggi, untuk menambah nutrisi anak?
  • Perlukah pemberian susu formula tinggi kalori untuk menaikkan berat badan anak?
  • Apakah picky eater bisa hilang dari kebiasaan makan anak?
  • Haruskah khawatir kalau anak tidak mau makan selama beberapa hari berturut-turut? 

Pertanyaan di atas bisa disesuaikan dengan kondisi anak dan kekhawatiran Anda terhadap kebiasaan makan si kecil.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Lactose intolerance – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 18 February 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232

Food allergy – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 18 February 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-allergy/symptoms-causes/syc-20355095

Food allergy vs. food intolerance: What’s the difference?. (2020). Retrieved 18 February 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-allergy/expert-answers/food-allergy/faq-20058538

Nutrition Problems and Their Solutions | Cleveland Clinic. (2020). Retrieved 18 February 2020, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/9957-nutrition-problems-and-their-solutions

Contributor, N. (2009). Nutrition in children – growth faltering, food allergy and other common problems | Nursing Times. Retrieved 18 February 2020, from https://www.nursingtimes.net/clinical-archive/nutrition/nutrition-in-children-growth-faltering-food-allergy-and-other-common-problems-05-01-2009/

AboutKidsHealth. (2020). Retrieved 4 March 2020, from https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=637&language=English

staff, f. (1994). When Your Toddler Doesn’t Want to Eat – familydoctor.org. Retrieved 4 March 2020, from https://familydoctor.org/when-your-toddler-doesnt-want-to-eat/

Cooking With Preschoolers (for Parents) – Nemours KidsHealth. (2020). Retrieved 4 March 2020, from https://kidshealth.org/en/parents/cooking-preschool.html

Children’s, C. (2019). Feeding Therapy – CHOC Children’s, Orange County, California. Retrieved 18 October 2019, from https://www.choc.org/programs-services/rehabilitation/frequently-asked-questions-feeding-therapy/ 

Nelson, H. (2018). When Your Baby’s Not Eating Well, Feeding Therapy Can Help. Retrieved 18 October 2019, from https://intermountainhealthcare.org/blogs/topics/pediatrics/2018/07/when-your-babys-not-eating-well/ 

Sedder, E. (2018). How Does Feeding Therapy Work? – NAPA. Retrieved 18 October 2019, from https://www.napacenter.org/how-does-feeding-therapy-work/ 

Versi Terbaru

16/08/2021

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Waspada Weight Faltering, Kondisi Saat Bayi Gagal Bertumbuh

Wasting pada Anak: Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 16/08/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan