backup og meta

Kelebihan Gizi pada Anak: Jenis hingga Cara Mengatasinya

Kelebihan Gizi pada Anak: Jenis hingga Cara Mengatasinya
Kelebihan Gizi pada Anak: Jenis hingga Cara Mengatasinya

Tentu saja orangtua harus memperhatikan nutrisi anak demi tumbuh kembangnya. Akan tetapi, terlalu sering memberikan makanan, terlebih dalam porsi yang besar, justru berisiko membuat berat badan anak melonjak drastis. Alhasil, anak bisa mengalami kelebihan gizi yang dapat berakibat buruk pada kesehatannya.

Apa yang menjadi dampak dari gizi lebih pada anak? Penanganan seperti apa yang tepat untuk memperbaiki kelebihan gizi pada anak? Simak ulasannya di bawah ini.

Apa itu kelebihan gizi?

anak kegemukan

Jika selama ini Anda sering mendengar mengenai anak kurang gizi akibat minimnya asupan gizi, kelebihan gizi kebalikan dari itu.

Kelebihan gizi adalah jenis malnutrisi yang terjadi ketika jumlah asupan makanan anak terlalu banyak, sehingga melampaui kebutuhan gizi hariannya.

Dengan kata lain, energi dari makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak sebanding dengan energi yang dipakai untuk beraktivitas.

Anak yang mengalami kelebihan gizi biasanya cenderung hobi makan, bahkan dengan porsi yang banyak.

Sayangnya, hal tersebut biasanya tidak disertai dengan aktivitas fisik yang rutin dan setara.

Akibatnya, sisa energi yang tidak berhasil dibakar oleh tubuh terus mengendap hingga menjadi lemak.

Penumpukan lemak inilah yang membuat berat badan anak meningkat, bahkan bisa jauh dari rentang normalnya.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Apa saja permasalahan kelebihan gizi pada anak?

obesitas pada anak

Menurut WHO, ada beberapa masalah yang timbul ketika anak mengalami kelebihan gizi, yakni sebagai berikut.

1. Overweight (kelebihan berat badan)

Berat badan lebih, atau lebih akrab disebut sebagai overweight, merupakan kondisi ketika bobot badan anak melebihi tinggi badannya.

Hal ini yang kemudian membuat perawakan anak kurang ideal karena tampak gemuk.

Pada anak usia kurang dari 5 tahun, untuk mengetahui apakah ia mengalami kelebihan berat badan atau tidak, dilakukan dengan indikator perbandingan berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB).

Indikator dari penilaian status gizi anak ini kemudian menggunakan grafik pertumbuhan dari WHO 2006 (cut off z score)

Anak dikatakan mengalami overweight atau kegemukan ketika hasil pengukurannya berada di rentang nilai >2 SD sampai dengan 3 SD (standar deviasi).

Sementara untuk anak di atas 5 tahun, akan menggunakan grafik dari CDC 2000 (ukuran persentil). 

Jika mengacu pada grafik CDC, maka anak yang kelebihan berat badan akan berada pada rentang persentil 85 sampai kurang dari 95.

Selain tubuh yang gemuk dan besar, berikut berbagai gejala yang muncul jika kegemukan karena dampak kelebihan gizi pada anak.

  • Ukuran lingkar pinggang dan pinggul besar. Besarnya ukuran lingkar pinggang dan pinggul menunjukkan simpanan lemak perut yang berlebih. Tanpa disadari, tumpukan lemak di bagian ini dapat meningkatkan risiko serangan penyakit kronis di kemudian hari.
  • Nyeri sendi. Dibandingkan anak dengan berat badan normal, gizi lebih pada anak membuat tulang dan sendinya harus menopang beban ekstra dari tumpukan lemak di tubuhnya. Akibatnya, anak kerap mengeluhkan nyeri pada otot dan persendian karena tekanan yang diberikan oleh tubuhnya selama beraktivitas.
  • Mudah lelah. Kelebihan bobot tubuh dari rentang normalnya membuat anak dengan gizi lebih mau tidak mau harus mengeluarkan tenaga lebih saat beraktivitas. Kondisi inilah yang kerap membuat anak menjadi mudah lelah, bahkan mungkin tidak seaktif teman-teman sebayanya.
  • Gangguan pernapasan. Kelebihan berat badan juga memberikan kerja tambahan bagi organ-organ tubuh, salah satunya paru-paru. Anak yang kegemukan karena gizi lebih dapat mengalami peradangan kronis akibat kondisinya ini. Lambat laun, muncul peradangan pada saluran pernapasan, sehingga membuatnya sulit bernapas dengan lega.

Kegemukan pada anak tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pasalnya, kondisi kegemukan ini bisa berkembang hingga menjadi obesitas di kemudian hari.

2. Obesitas

Obesitas adalah status gizi anak yang sudah lebih parah dari sekadar anak overweight atau kelebihan berat badan.

Anak dengan obesitas bisa dibilang mengalami kegemukan dan menjadi tanda-tanda kelebihan gizi pada anak.

Artinya, kategori kelebihan gizi pada anak yang mengalami obesitas terpaut jauh dari rentang normal yang seharusnya.

Mungkin pada awalnya sang buah hati Anda mengalami kelebihan berat badan atau overweight saja.

Namun, karena tidak diatur pola makannya dan terus-terusan diberikan makanan yang berlebihan, berat badan anak akan kian bertambah.

Hal tersebut yang kemudian membuat si Kecil berubah dari overweight menjadi obesitas pada anak.

Sama seperti overweight, obesitas terjadi akibat asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh anak jauh lebih banyak ketimbang kalori yang dipakai sehari-hari untuk beraktivitas.

Namun, masih ada beragam penyebab obesitas lainnya, seperti berikut ini.

  • Gemar makan makanan tinggi lemak dan kalori.
  • Males bergerak atau beraktivitas.
  • Kurang tidur, yang mengakibatkan perubahan hormon sehingga memicu timbulnya rasa lapar dan ngidam makanan berkalori tinggi.

Gejala obesitas pada anak tidak jauh berbeda dengan overweight. Hanya saja, kelebihan gizi akibat obesitas pada anak membuat ukuran tubuhnya jauh lebih besar ketimbang anak overweight.

Jika diukur menggunakan grafik WHO 2006 (cut off z score) untuk anak usia kurang dari 5 tahun, indikator berat badan berdasarkan tinggi badannya akan menunjukkan angka lebih dari 3 SD.

Sementara itu, jika diukur dengan aturan CDC 2000 (ukuran persentil), anak dikatakan obesitas ketika melebihi persentil 95. 

Oleh karena postur tubuhnya yang sangat gemuk, kelebihan gizi terkait obesitas pada anak dapat membuatnya sulit melakukan berbagai aktivitas.

Bahkan meski baru melakukan kegiatan yang ringan saja, anak sangat mudah mengalami kelelahan.

Bahaya obesitas pada anak juga membuat si Kecil berisiko tinggi mengalami penyakit kronis, mulai dari penyakit jantung, stroke, diabetes, dan lain sebagainya.

Aturan makan untuk mengatasi kelebihan gizi pada anak

anak obesitas

Secara umum, pengaturan makanan harian untuk kelebihan gizi pada anak, baik itu overweight maupun obesitas, sebenarnya sama.

Mengutip dari buku Penuntun Diet Anak yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pengaturan makan ini bertujuan untuk mengurangi asupan harian anak.

Jadi, Anda harus mengatur jadwal, jenis, dan porsi makannya supaya berat badannya tidak bertambah dan cenderung menurun.

Tentu saja target penurunan berat badannya akan disesuaikan dengan tinggi serta tumbuh kembang si Kecil.

Kebutuhan gizi anak berupa energi harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan berat badan ideal sesuai dengan tinggi badannya.

Asupan energi sebaiknya dikurangi sekitar 200–500 kkal per hari, tergantung dari total asupannya dan berat badan anak. Berikut penjelasannya.

1. Anak usia 0–3 tahun

Jika kelebihan gizi terjadi pada anak usia ini, maka asupan kalorinya tidak perlu dikurangi. Yang terpenting pola dan porsinya diatur supaya berat badannya tidak kian meningkat.

Namun, jika memang asupan kalorinya harus dikurangi, maka dokter dan ahli gizi akan merancang menu khusus supaya si Kecil tetap dapat asupan gizi yang cukup.

Ini sebabnya hal tersebut dapat memengaruhi proses tumbuh kembang anak.

2. Anak usia 4–6 tahun

Asupan energi diberikan sesuai kebutuhan dengan mengembalikan pola makan yang tepat sesuai usianya.

Asupan kalori baru dikurangi jika ditemukan adanya masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan atau sulit bergerak.

Total kalori yang bisa dipangkas yakni sekitar 200—300 kkal, dari asupan makanan harian sampai sesuai dengan kebutuhan dan berat badan ideal.

Namun, hal ini harus dilakukan atas rekomendasi dari dokter atau ahli gizi dengan pengawasan ketat.

3. Anak usia 7–19 tahun

Memasuki usia ini, penurunan berat badan anak obesitas sudah bisa direncanakan. Umumnya, penurunan berat badan akan ditargetkan sekitar 1—2 kg setiap bulannya.

Sementara asupan kalori akan dikurangi sekitar 300–500 kalori dari makanan harian dan dilakukan dengan cara bertahap.

Target dari pengaturan makan ini bukannya ingin memangkas semua kelebihan berat badan pada si kecil, tetapi sebaiknya berat badan diturunkan hingga mencapai 20% di atas berat badan ideal.

Misalnya, anak laki-laki Anda berusia 10 tahun memiliki berat sebesar 50 kilogram. Padahal berat badan ideal untuk anak 10 tahun adalah sekitar 34 kilogram.

Maka setelah dilakukan pengaturan makan ini, anak Anda diharapkan mencapai 20% di atas berat badan idealnya atau sekitar 40 kilogram.

Dalam kasus ini, target penurunan berat badannya adalah sebanyak 10 kilogram.

Bukan tanpa alasan menyisakan sedikit berat badannya tersebut. Hal ini tentu saja mempertimbangkan pertumbuhan tinggi yang masih terus berlanjut.

Di samping jumlah energi yang diatur, berikut aturan asupan zat gizi dan pola makan lainnya.

  • Asupan karbohidrat berkisar 50–60% dari total kebutuhan energi.
  • Asupan protein berkisar 15–20% dari total kebutuhan energi.
  • Asupan lemak kurang dari 25–30% dari total kebutuhan energi.
  • Asupan vitamin dan mineral disesuaikan dengan angka kecukupan gizi (AKG) anak.
  • Asupan cairan minimal sesuai AKG.
  • Frekuensi makan sebanyak 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
  • Susu diberikan 1–2 gelas per hari, dalam bentuk susu rendah lemak.
  • Pada anak di atas 3 tahun, dianjurkan untuk memberikan makanan sumber serat.
  • Pemberian makanan sehat untuk anak sebaiknya bervariasi sesuai dengan pola makan anak.

Sebenarnya, hampir semua makanan boleh diberikan pada anak tapi tetap sesuai jumlah yang sudah ditentukan oleh dokter atau ahli gizi Anda.

Akan tetapi pada prinsipnya, anak tetap harus menghindari makan makanan dengan kandungan kalori dan lemak yang tinggi.

Ambil contoh berupa makanan dan minuman manis seperti softdrink, makanan junkfood, dan makan gorengan.

Sebagai gantinya, anak lebih dianjurkan untuk makan sayur dan buah-buahan dalam bentuk utuh.

Pasalnya, sumber makanan tersebut mengandung banyak vitamin dan serat yang bisa membantu proses penurunan berat badan.

Kesimpulan

  • Gizi lebih pada anak terjadi ketika asupan makanan harian melebihi kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Kondisi ini meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan tulang dan sendi, pubertas dini, masalah pernapasan, serta potensi obesitas hingga dewasa.
  • Penanganan gizi lebih pada anak mencakup pengaturan pola makan yang sehat dan peningkatan aktivitas fisik.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Obesity and overweight. (n.d.). Retrieved 18 March 2025, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight

Fact sheets – Malnutrition. (n.d.). Retrieved 18 March 2025, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition

Nutrition – school-age to adolescence. (N.d.). Retrieved 18 March 2025, from https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Nutrition_older_children/

Jardi, C., Aranda, N., Bedmar, C., & Arija, V. (2019). Excess nutritional risk in infants and toddlers in a Spanish city. International journal for vitamin and nutrition research. Internationale Zeitschrift fur Vitamin- und Ernahrungsforschung. Journal international de vitaminologie et de nutrition89(3-4), 210–220. https://doi.org/10.1024/0300-9831/a000530

Malnutrition in children. (n.d.). Retrieved 18 March 2025, from https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/malnutrition-in-children

Malnutrition: Definition, Causes, Symptoms & Treatment. (2024). Retrieved 18 March 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22987-malnutrition

Kurva pertumbuhan CDC 2000 lengkap (N.d.). Retrieved 18 March 2025, from https://www.idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf

Versi Terbaru

27/03/2025

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

5 Nutrisi untuk Anak Saat Berpuasa dan Cara Memenuhinya

Gizi Buruk pada Anak: Jenis dan Penanganannya Sesuai Kondisi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 2 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan