Kejang pada anak-anak merupakan hal yang menakutkan bagi para orang tua. Apalagi, anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun sangat rentan mengalami kejang demam, terutama ketika anak Anda mengalami demam tinggi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui ciri-ciri kejang dan pertolongan pertama yang tepat saat anak kejang.
Apa yang dirasakan anak saat kejang?
Tidak semua kejang melibatkan gerakan kejut tak henti pada seluruh tubuh. Sama seperti pada orang dewasa, kejang pada anak memiliki gambaran yang bermacam-macam.
Biarpun sama-sama kejang, anak bisa mengalami gejala yang berbeda, tergantung dari jenis kejangnya.
Secara umum, dilansir dari The Royal Children’s Hospital Mebourne, ada beberapa jenis kejang dengan ciri atau gejala yang meliputi berikut ini.
1. Kejang onset fokal
Kejang onset fokal terjadi ketika aktivitas kejang dimulai di satu sisi otak.
Pada kejang onset fokal, anak Anda mungkin hanya menatap ke luar angkasa dan tidak responsif. Jika terjadi kejang, mungkin hanya mempengaruhi satu sisi tubuh.
2. Kejang onset umum
Kejang onset umum terjadi ketika aktivitas kejang terjadi di kedua sisi otak sekaligus. Berikut gejalanya berdasarkan masing-masing jenisnya.
- Absen Anak mendadak menghentikan aktivitasnya selama 5—30 detik, terlihat diam, tidak bergerak, dan menatap kosong. Pada kondisi ini, anak sering kali disangka sedang melamun. Namun, anak mungkin tidak ada respons ketika disentuh.
- Mioklonik Tangan, kaki, atau seluruh badan kejang atau kelojotan secara tiba-tiba, dan biasanya anak masih sadar.
- Tonik-klonik
Pada jenis tonik-klonik, anak bisa tiba-tiba mengeluarkan suara keras (ictal cry), hilang kesadaran, dan terjatuh. Lalu, tubuh anak menjadi kaku, bibir biru dan keluar busa dari mulut, serta napas berhenti. Kemudian, anak mulai bernapas dangkal dan kelojotan pada tangan dan kaki. Menjelang kejang usai, anak mungkin mengompol atau BAB.
- Atonik Tubuh anak tiba-tiba lemas seperti tidak bertenaga dan terjatuh.
- Tonik
Otot menjadi kaku selama 10 detik hingga bisa menyebabkan anak terjatuh.
3. Kejang infantil
Kejang atau spasme infantil adalah jenis kejang yang khusus dialami anak usia 3—6 bulan.
Spasme muncul sebagai gerakan kaku singkat yang berlangsung 1—2 detik. Kondisi ini sering terjadi setelah bangun tidur.
Gejala bisa terjadi di seluruh tubuh, tetapi juga bisa hanya timbul di kepala atau sebagian wajah.
Kejang biasanya berulang setiap beberapa detik dan bayi biasanya tampak pulih atau rileks di antara setiap kejang.
Melihat gejala kejang pada anak yang cukup mengkhawatirkan ini, orangtua perlu memahami pertolongan pertama saat anak kejang.
Apa pertolongan pertama saat anak kejang?
Sering kali, orang tua panik ketika melihat anak tiba-tiba kejang, apalagi untuk Anda yang baru pertama kali mengalaminya.
Padahal, ketika anak kejang, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah tenangkan diri Anda dan jangan panik.
Setelah itu, Anda bisa mulai melakukan pertolongan pertama saat anak kejang. Berikut langkah-langkah atau cara untuk mengatasi kejang pada anak.
- Posisikan anak Anda berbaring dengan posisi menghadap ke samping untuk mencegah supaya air liur atau muntah tidak masuk ke saluran napas.
- Letakkan alas seperti bantal di bawah kepala anak.
- Tempatkan anak di alas yang datar dan tidak ramai orang, serta jauhkan anak dari benda-benda yang membahayakan seperti benda-benda yang terbuat dari kaca.
- Longgarkan pakaian anak agar lebih nyaman untuk bernapas.
- Jika anak demam, berikan obat penurun panas yang dimasukkan lewat anus (jika tersedia di rumah).
- Selalu ingat durasi kejang anak Anda, info ini penting untuk dokter dalam mendiagnosis kejang pada anak.
- Ketika kejang usai, anak mungkin bisa merasakan kantuk atau masih belum sadar. Terus awasi anak hingga anak terbangun dan sadar sepenuhnya.
- Berikan waktu istirahat untuk anak Anda usai kejang.
- Segera bawa anak Anda ke rumah sakit untuk penanganan dan diagnosis lebih lanjut. Jelaskan kepada dokter semua yang terjadi pada anak Anda secara detail untuk membantu dokter menentukan diagnosis.
Pada sebagian besar kasus, dokter umumnya akan mendeteksi terlebih dahulu adanya risiko kejang berulang pada anak.
Ini karena sekitar 60—70% orang yang mengalami kejang tidak akan mengalami kekambuhan. Namun umumnya, dokter tetap akan melakukan pemeriksaan lanjutan.
Pemeriksaan tersebut misalnya dengan melakukan pemindaian EEG, yaitu pemeriksaan untuk mengukur aktivitas listrik otak dan mendeteksi adanya kelainan listrik yang bisa menandakan penyebab kejang.
Sementara saat kejang yang dialami oleh anak cukup parah, dokter mungkin akan langsung memberikan penanganan sebagai pertolongan pertama.
Penanganan tersebut biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan anti kejang yang aman untuk anak, seperti phenobarbital, valproic acid, phenytoin, carbamazepine, felbamate, lamotrigine, dan topiramate.
Bila cara tersebut tidak dapat mengatasi kejang pada anak, maka dokter akan melakukan penanganan lanjutan.
Ini bisa meliputi terapi gizi, operasi, hingga penggunaan teknologi terbaru, seperti stimulator saraf vagus.
Apa hal yang tidak boleh dilakukan saat anak kejang?
Ada juga beberapa hal yang tidak boleh Anda lakukan pada anak ketika kejang, yaitu sebagai berikut.
- Jangan letakkan apapun di dalam mulut anak karena bisa mencederai Anda atau anak. Selain itu, gigi anak bisa patah dan masuk saluran napas menyebabkan sumbatan jalan napas.
- Jangan berikan makanan ataupun minuman pada saat anak kejang.
- Jangan berusaha untuk menahan tubuh anak pada saat ia kejang.
Penting untuk diingat
Kejang memang terlihat menakutkan dan perlu diwaspadai. Namun, dengan penangangan pertama yang tepat, Anda dapat mencegah kejadian yang tidak diinginkan ketika kejang berlangsung.
Bagaimana cara mencegah agar kejang anak tidak kambuh lagi?
Selain mengetahui pertolongan pertama yang tepat saat anak kejang, Anda juga bisa terlebih dahulu mencegah terjadinya kejang pada anak.
Kejang demam pada anak sebetulnya dapat dicegah dengan pemberian obat penurun panas yang aman untuk dikonsumsi anak, seperti parasetamol.
Salah satu sediaan obat yang saat ini sedang direkomendasikan untuk mengatasi demam pada anak adalah sediaan enema atau penggunaan obat melalui rektal (dubur).
Selanjutnya, Anda bisa mengompres hangat pada dahi, ketiak, lipatan tubuh. Berikan anak minum atau cairan yang banyak untuk bantu menurunkan suhunya.
Setelah itu, coba ukur suhu tubuh anak dengan termometer untuk mengetahui apakah demamnya sudah mereda.
[embed-health-tool-vaccination-tool]