backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

8 Penyebab Anak Berkeringat Saat Tidur yang Tidak Normal

Ditinjau oleh dr. Dewi Andini, Sp.A · Kesehatan anak · KMNC Green Lake City


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 24/11/2023

    8 Penyebab Anak Berkeringat Saat Tidur yang Tidak Normal

    Tubuh anak berkeringat merupakan hal yang wajar jika ia bergerak secara aktif, misalnya setelah berlari-lari, berjalan jauh, atau berolahraga. Tubuh anak juga akan berkeringat lebih banyak apabila suhu sekitarnya panas. Namun, bagaimana jika anak berkeringat saat tidur?

    Tubuh anak dapat berkeringat saat tidur apabila kondisi lingkungannya panas atau pengap. Meski begitu, berkeringat berlebih saat tidur juga dapat menjadi sebuah gejala dari penyakit, sehingga harus diwaspadai.

    Penyebab anak berkeringat saat tidur yang tidak normal

    gangguan tidur pada anak

    Anak bisa sering berkeringat saat tidur, termasuk di bagian kepala, karena beberapa alasan yang berbeda. Ini termasuk sebagai suatu gejala dari penyakit tertentu yang perlu diwaspadai.

    Berikut beberapa penyakit yang bisa menyebabkan berkeringat berlebih saat tidur pada anak.

    1. Infeksi

    Tanda dari infeksi pada anak adalah gejala demam, yaitu peningkatan suhu tubuh di atas 37,5º Celsius.

    Akibat infeksi, anak juga bisa mengalami gejala lain sesuai sistem organ yang terkena, seperti batuk, pilek, muntah, atau diare.

    Saat terjadi demam, tubuh akan meningkatkan aktivitas kelenjar keringat untuk membantu menurunkan suhu tubuh, sehingga terjadi berkeringat pada tubuh anak.

    Pada kondisi ini, pastikan anak minum air putih dengan rutin dan dapat diberikan obat penurun demam seperti parasetamol.

    2. Tuberkulosis

    Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih sangat sering terjadi di Indonesia.

    Penularan TB pada anak dapat terjadi melalui droplet yang mengandung kuman TB dari orang dewasa penderita TB yang berada di lingkungan dekat dengan anak, seperti rumah.

    Orang dewasa penderita TB biasanya mengalami batuk lama lebih dari 3 minggu. Namun pada anak, gejala yang terjadi biasanya tidak spesifik seperti demam, penurunan berat badan atau peningkatan berat badan inadekuat, serta berkeringat di malam hari.

    Oleh karena itu, waspadai anak terkena infeksi TB apabila ada orang dewasa di sekitar anak yang mengalami batuk lama dan anak mengalami gejala seperti di atas. 

    3. Penyakit jantung bawaan (PJB)

    PJB merupakan kelainan bawaan lahir tersering dan menjadi penyebab kematian bayi yang utama di seluruh dunia dengan tingkat kejadian antara 4 hingga 50 kasus tiap 1.000 kelahiran hidup.

    PJB terbagi menjadi dua jenis, yaitu sianotik dan asianotik, dengan gejala yang bervariasi tergantung tingkat keparahan kelainannya.

    Gejala yang dapat terjadi antara lain kebiruan pada kulit, bibir, atau kuku (sianosis), sesak napas, gagal tumbuh, dan kelelahan yang menyertai minum susu (minum terputus-putus) disertai keringat berlebih.

    Studi yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in cardiovascular medicine menunjukkan bahwa keringat yang berlebih merupakan gejala yang sering dikeluhkan pada pasien dengan PJB.

    Ini termasuk pada pasien asianotik (bising jantung 93,5% dan berkeringat 80,6%) maupun sianotik (berkeringat 95,3%, biru 84,4%, gagal tumbuh 81,3%). 

    4. Hiperhidrosis primer

    Hiperhidrosis merupakan kondisi berlebihnya aktivitas kelenjar keringat pada anak, sehingga anak dapat berkeringat berlebih, termasuk saat tidur.

    Keringat ini biasanya muncul pada ketiak, telapak tangan, atau telapak kaki, walaupun tidak beraktivitas berat atau di tempat yang panas.

    Kondisi ini biasanya timbul pada usia remaja dan menyebabkan perasaan malu, cemas, dan rendahnya kepercayaan diri sehingga memengaruhi aktivitas sosial sehari-hari.

    Berbeda dengan penyebab lainnya, penyakit ini tidak menimbulkan gejala sistemik lain pada anak, seperti penurunan berat badan, demam, atau batuk. Umumnya, penyakit ini dikaitkan dengan riwayat pada keluarga.

    Untuk mengatasinya, dokter dapat memberikan terapi berupa antiperspiran topikal, antikolinergik oral, injeksi toksin botulinum, hingga tindakan bedah. Hal ini harus dikonsultasikan dengan dokter spesialis.

    5. Night terror atau teror tidur

    Teror tidur merupakan kondisi di mana anak secara tiba-tiba terbangun dari tidur disertai perilaku yang menunjukkan anak sangat ketakutan, seperti berteriak, menangis, atau gelisah.

    Hal ini sering disertai gejala yang terkait dengan saraf otonom, seperti berkeringat, berdebar, dan wajah bersemu merah. Anak pun biasanya sulit ditenangkan dan lupa dengan mimpi yang baru dialami.

    Teror tidur merupakan salah satu jenis gangguan perilaku tidur yang umum terjadi pada anak atau parasomnia.

    Untuk mengatasinya, dokter akan bekerja sama dengan orangtua untuk menciptakan rutinitas tidur dan jadwal bangun dari tidur anak yang konsisten. 

    6. Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)

    OSAS merupakan suatu sindrom klinis atau kumpulan gejala akibat adanya sumbatan pada saluran napas bagian atas yang menyebabkan henti napas atau berkurangnya aliran napas saat tidur.

    Akibat kondisi ini, anak biasanya sering mendengkur. Kondisi kekurangan oksigen dalam darah (hipoksemia) pun membuat anak keringetan berlebih saat tidur malam.

    Anak yang mengalami OSAS mengalami kualitas tidur yang buruk, sehingga seringkali terlihat mengantuk saat aktivitas sehari-hari. Ia pun mengalami kesulitan belajar, sehingga bisa terjadi penurunan prestasi akademik. 

    Perubahan perilaku menjadi hiperaktif, mudah marah, serta gagal tumbuh juga sering dilaporkan berhubungan dengan OSAS.

    Anak yang berisiko mengalami obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) adalah anak yang memiliki kondisi berikut.

    • Pembesaran kelenjar tonsil (amandel) dan adenoid.
    • Memiliki penyakit yang berhubungan dengan alergi, seperti rhinitis alergi, asma, dan sinusitis.
    • Obesitas. 

    7. Penggunaan obat-obatan

    Obat-obatan tertentu bisa menyebabkan efek samping berupa bertambahnya keringat, termasuk pada anak. Obat yang dapat menyebabkan gejala tersebut antara lain:

    • antikolinesterase (obat untuk penyakit neurologis),
    • antidepresan,
    • obat nyeri (analgetik opioid),
    • antibiotik,
    • antivirus,
    • obat hormon, atau
    • steroid.

    Bila gejala yang dialami ringan, obat dapat diteruskan sesuai aturan pakai sebelumnya.

    Namun bila gejala yang dialami sangat mengganggu dan berlangsung dalam waktu yang lama, sebaiknya periksakan anak Anda kembali ke dokter yang meresepkan obat tersebut. 

    Dokter akan melakukan pengaturan dosis atau penggantian jenis obat bila diperlukan. Pasalnya bila dibiarkan, keringat berlebih dapat mengakibatkan dehidrasi dan gangguan aktivitas sehari-hari.

    8. Keganasan atau kanker

    Pada kasus yang sangat jarang, berkeringat saat tidur juga bisa terjadi sebagai salah satu gejala kanker, termasuk pada anak.

    Bertambahnya keringat dapat terjadi akibat kondisi infeksi yang menyertai kanker, peningkatan inflamasi karena adanya sel kanker pada tubuh anak, atau akibat obat yang dikonsumsi setelah terdiagnosis kanker.

    Jenis kanker yang menunjukkan gejala keringat malam selama lebih dari 3 bulan antara lain leukemia dan limfoma.

    Gejala sistemik lain yang dapat terjadi pada anak dengan kanker antara lain mudah lelah, pucat, penurunan berat badan, dan mual.

    Kenapa anak kecil kalau tidur berkeringat?

    Normalnya ini karena balita dan anak-anak memiliki kelenjar keringat yang lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa karena ukuran tubuh yang lebih kecil. Anak-anak juga belum terbiasa belajar mengatur suhu tubuh seperti orang dewasa, sehingga tubuhnya lebih mudah berkeringat tanpa sebab, termasuk saat sedang tidur.

    Cara mengatasi anak berkeringat saat tidur

    penyebab anak susah tidur

    Secara umum, kondisi lingkungan merupakan hal yang sangat memengaruhi berkeringatnya anak saat tidur. Jadi, pastikan suhu kamar anak saat tidur sejuk dengan ventilasi udara yang memadai.

    Anak pun sebaiknya memakai pakaian tidur yang menyerap keringat serta tidak berlapis atau terlalu tebal. Selimut pun tidak harus digunakan.

    Terapkan pula rutinitas sebelum tidur yang menenangkan seperti mencuci kaki, menggosok, gigi, dan membacakan buku cerita.

    Berikan lingkungan kamar tidur yang gelap, hening, dan tanpa distraksi untuk memastikan proses tidur anak berlangsung dengan baik.

    Jika cara-cara di atas sudah dilakukukan tapi anak tetap berkeringat secara berlebihan atau terus-menerus, Anda sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter spesialis anak untuk memastikan adanya masalah kesehatan yang mungkin mendasarinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau oleh

    dr. Dewi Andini, Sp.A

    Kesehatan anak · KMNC Green Lake City


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 24/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan