backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

5 Jenis Terapi Perilaku untuk Anak dengan Autisme

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 10/09/2021

    5 Jenis Terapi Perilaku untuk Anak dengan Autisme

    Salah satu jenis terapi yang dapat meringankan gejala autis adalah terapi perilaku atau biasa disebut dengan terapi ABA (Applied Behaviour Analysis). Terapi perilaku untuk anak autis bertujuan agar mereka bisa mendapatkan keterampilan khusus, seperti membaca dan kegiatan lainnya. 

    Terdapat berbagai jenis terapi ABA yang mungkin Anda belum ketahui. Supaya tidak bingung, mari kenali apa saja macam-macam terapi yang meningkatkan kemampuan sosial dan akademik anak autis ini. 

    Jenis terapi perilaku untuk anak autis

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terapi perilaku anak autis lebih sering menggunakan program terapi ABA

    Terapi ABA merupakan jenis terapi untuk penderita autisme yang menggunakan metode penghargaan dan bertujuan agar mereka mendapatkan keterampilan baru.

    Metode ini perlu dilakukan bersama orangtua dan pengasuh anak tersebut dari waktu ke waktu agar mereka mengetahui bagaimana prosesnya. 

    Tujuannya bermacam-macam, seperti melatih kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, hingga merawat diri.

    Bahkan, seperti yang dilansir dari laman Autism Speaks, terapi ABA sudah membantu anak yang menyandang autisme sejak 1960-an. 

    Ini dia beberapa jenis terapi perilaku untuk anak autis:

    1. Terapi perilaku kognitif

    Sumber: NYU Langone

    Terapi perilaku kognitif atau lebih biasa dikenal dengan sebutan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) adalah salah satu jenis terapi perilaku yang digunakan pada anak dengan autisme.

    Jenis terapi yang satu ini lebih mengutamakan cara berbicara anak agar mereka bisa mengelola masalah dengan mengubah pola pikir dan perilaku mereka.

    Tujuan dari terapi ini untuk membantu orang agar mereka bisa lebih memperhatikan dan paham bagaimana pikiran, perilaku, dan emosi ternyata saling memengaruhi.

    Bahkan, CBT juga membantu anak mempelajari cara berpikir baru ketika keluar dari masalah yang sedang dihadapi. 

    Di dalam terapi ini, para terapis biasanya membongkar masalah menjadi beberapa bagian yang tidak menyenangkan terkait pikiran dan cara anak keluar dari masalah tersebut.

    Kemudian, terapis akan mengajarkan anak untuk mengganti perasaan, perilaku, dan pikiran tersebut menjadi hal yang lebih bermanfaat. 

    Misalnya, ketika anak sedang dilanda masalah seputar pekerjaan rumahnya, ada beberapa anak yang cenderung mengabaikan tugas mereka dengan alasan tidak mampu.

    Di sinilah terapis membantu anak agar mereka mau mengubah pola pikir dan perilaku tersebut dengan mengubah anggapan tugas sekolah itu menyenangkan. 

    Bahkan, seperti yang dilansir dari laman Research Autism, CBT dapat membantu mengurangi gejala kecemasan pada anak autisme yang masih duduk di sekolah dasar.

    Maka itu, terapi perilaku kognitif cukup populer digunakan untuk meringankan gejala autisme pada anak.

    2. Discrete trial training (DTT)

    Sumber: ABA Therapy

    Selain CBT jenis terapi perilaku untuk anak autis lainnya adalah discrete trial training (DTT).

    DTT merupakan metode yang memecah keterampilan anak menjadi beberapa jenis. Secara garis besar, para terapis akan mengajarkan suatu keterampilan yang paling dasar.

    Biasanya, dalam metode ini digunakan barang-barang yang dekat dengan kehidupannya untuk jadi perantara bahan ajar.

    Misalnya, ketika ingin megajarkan warna merah, terapis akan meminta anak menunjuk ke benda yang berwarna merah di dekatnya.

    Jika berhasil, terapis akan menghargai perilaku mereka dengan memberikan permen atau mainan. 

    Setelah itu, anak akan melanjutkan pelajarannya dengan belajar tentang warna kuning, memperkuat kemampuan tersebut, dan menanyakan tentang kedua warna tersebut. 

    Jika anak selesai mempelajari semua macam warna yang diberikan, terapis akan meminta anak untuk menyebutkan nama warna yang sudah dipelajari. 

    Ada beberapa kemampuan yang bisa diperoleh dari DTT ini, seperti:

    • Keterampilan berbicara dan bahasa yang diperlukan ketika berbicara dengan orang lain
    • Kemampuan menulis
    • Merawat diri sendiri, seperti berpakaian atau memakai alat makan

    Terapi perilaku untuk anak autis yang satu ini perlu dilakukan berkali-kali hingga mereka bisa menguasai keterampilan tersebut.

    Dengan menggunakan hadiah sebagai penghargaan, anak akan merasa lebih dihargai dan membuatnya terus teringat tentang apa yang sudah dipelajari. 

    3. Early Intensive Behavioral Intervention (EIBI)

    Sumber: Jimmy ESL

    Terapi perilaku untuk anak autis yang satu ini lebih sering digunakan oleh anak berusia di bawah lima tahun.

    EIBI merupakan metode yang sangat terstruktur dan ada beberapa komponen dasar yang mewakili terapi ini, seperti partisipasi orangtua dan anggota keluarga lainnya.

    Menurut sebuah penelitian dari Journal of Psychiatry EIBI cukup efektif untuk anak penyandang autisme.

    Perilaku dasar seperti minta susu atau memberitahu orangtua bahwa mereka mendengar sesuatu adalah kemampuan yang diperoleh dari EIBI.

    Sangat dasar memang, namun prinisip EIBI dinilai cukup efektif. Pasalnya, hal ini menunjukkan bahwa anak dengan autisme yang menjalani program EIBI kemampuannya berkembang dari sebelumnya. 

    4. Pivotal Response Treatment (PRT)

    Sumber: Carizon

    PRT merupakan terapi perilaku untuk anak autis yang mengajarkan mereka belajar berdasarkan tujuan dari perilaku yang telah mereka lakukan.

    Pada saat perilaku tersebut berubah hal ini tentu akan memengaruhi kemampuan lainnya. 

    Misalnya, mengajarkan anak bermain monopoli tidak sekadar untuk bersenang-senang saja. Dari monopoli anak dapat memahami bagaimana berinteraksi dengan orang lain, berhitung, dan cara keluar dari sebuah masalah. 

    Dengan bermain monopoli atau permainan lainnya, anak bisa mulai menguasai kemampuan dasar untuk dipakai dalam kehidupan nyata. 

    Di dalam metode ini ada beberapa cara yang umumnya dilakukan para terapis ketika mengajarkan anak sebuah keterampilan baru melalui sebuah permainan, yaitu:

    • Menggunakan metode pengulangan secara berurutan. 
    • Membuat anak memilih, antara apa yang mereka inginkan dan butuhkan. 
    • Mempelajari aturan dari sebuah permainan yang bisa digunakan dalam keseharian. 

    Metode yang menggunakan mainan untuk memperoleh kemampuan dasar ini terbilang cukup efektif. Namun, karena efek autisme terhadap setiap anak berbeda-beda.

    Maka itu, ketika menjalani terapi ini, orangtua dan pengasuhnya pun perlu bersabar karena mengubah perilaku mereka tidak semudah membalikkan telapak tangan.

    Setidaknya, waktu yang Anda korbankan akan membuahkan hasil agar anak bisa beraktivitas normal. 

    5. Verbal Behavior Intervention (VBI)

    orangtua dengan anak

    Dari namanya saja sudah verbal, berarti terapi perilaku untuk anak autis yang satu ini lebih mengutamakan komunikasi dan bahasa.

    Metode ini dilakukan dengan mengajak anak belajar bahasa melalui kata-kata yang sesuai dengan apa yang ingin mereka sampaikan. 

    Perlu diketahui bahwa kata-kata yang diajarkan dalam VBI bukan termasuk kata benda, seperti kucing, mobil, dan gelas.

    Melainkan mereka diberitahu tujuan penggunaan sebuah kata dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

    Dalam VBI diperkenalkan metode bahasa yang dibagi menjadi beberapa jenis kata, yaitu:

    • Kata meminta, misalnya “kue” untuk meminta kue. 
    • Kata yang bisa menarik perhatian orang lain, seperti “kereta api” untuk memperlihatkan kereta api. 
    • Kata yang digunakan untuk menjawab pertanyaan, seperti alamat rumah atau sekolah. 
    • Kata-kata yang diulang atau memakai tanda seru. Misalnya, “kue?” atau “kue!” memiliki arti yang berbeda. 

    Cara kerja terapi ini dimulai dengan mengajarkan kata-kata meminta sebagai kemampuan bahasa yang paling dasar. Setelah itu, terapis akan mengulang kata tersebut dan memberikan barang yang diminta kepada anak. 

    Lalu, kata tersebut digunakan kembali dalam makna yang sama agar anak lebih mengerti apa maksudnya. 

    Pada awalnya, mungkin anak akan cenderung meminta sesuatu dengan cara apapun tanpa berbicara sepatah kata, seperti menunjuk.

    Dengan berkomunikasi, anak akan mengetahui bahwa mereka akan mendapatkan hasil yang positif. 

    Selain itu, terapis juga membantu anak agar mereka bisa berkomunikasi menggunakan kata sesuai dengan maksudnya. 

    Setelah mengetahui apa saja jenis terapi perilaku untuk anak autis, pilihlah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak agar mereka bisa memperoleh kemampuan baru.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 10/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan