Tekstur ASI encer kadang menjadi masalah yang dikhawatirkan para ibu menyusui. Para ibu khawatir ASI yang tampak cair ini tidak mengandung cukup nutrisi yang dibutuhkan si Kecil, termasuk untuk kekebalan tubuh dan perkembangannya nanti.
Lantas, kenapa ASI bisa encer? Apakah normal atau tidak? Ketahui jawaban lengkapnya melalui ulasan di bawah ini.
Apakah ASI encer normal dan bagus?
ASI yang terlihat encer mungkin tidak selalu menjadi masalah. Beberapa wanita menghasilkan ASI yang lebih encer daripada yang lain, dan itu bisa jadi adalah hal yang normal.
Namun, konsistensi ASI, baik encer atau kental, bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan nilai nutrisinya.
Kandungan nutrisi dalam ASI tergantung pada berbagai faktor, termasuk pola makan ibu, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor lain.
Melansir American Pregnancy Association, setelah melahirkan, sebenarnya ada tiga tahap utama proses produksi ASI, yaitu yang pertama kolostrum, lalu ASI transisi, dan terakhir ASI matang.
Nah, ASI yang teksturnya tidak kental ini biasanya terdapat di tahapan kolostrum, yang sebenarnya menjadi vaksin alami bagi bayi dan sangat aman dikonsumsi oleh bayi.
Tidak hanya itu, ini juga mengandung sejumlah besar antibodi secretory immunoglobulin A (IgA), yang baik bagi bayi yang baru lahir.
ASI kolostrum ini berwarna kekuningan, mengandung kadar laktosanya tinggi, dan lemaknya rendah sehingga mudah dicerna.
Apa penyebab ASI encer?
Sebenarnya, penyebab ASI encer atau tidak kental adalah kandungan lemak yang rendah. Perlu diketahui, pada dasarnya, ada dua jenis tekstur ASI.
Pertama, ASI yang encer (foremilk) dan kedua adalah ASI yang teksturnya kental (hindmilk). Keduanya wajar dan bisa terjadi kapan saja pada semua ibu menyusui.
Kedua tekstur ASI ini (foremilk dan hindmilk) sebenarnya dipengaruhi oleh banyaknya lemak. Jadi, encer atau tidaknya ASI sangat dipengaruhi oleh kandungan gizi atau lemak dalam ASI.
Biasanya, saat awal menyusui, ASI di payudara masih banyak. ASI yang keluar pada awal menyusui ini (foremilk) biasanya mengandung lemak yang lebih rendah, sehingga teksturnya lebih encer tetapi gizinya banyak.
Semakin lama Ibu menyusui dan semakin sedikit ASI yang dikeluarkan, semakin tinggi kandungan lemaknya serta mengandung banyak kalori.
Banyaknya kandungan lemak pada ASI yang keluar di akhir menyusui ini (hindmilk) memiliki tekstur yang semakin kental.
Bagaimana cara mengatasi ASI yang encer?
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sebenarnya ASI yang tampak cair dan tidak kental adalah hal yang normal, terutama di awal masa menyusui.
Namun, bila Ibu ingin membuat ASI lebih kental, ada beberapa cara yang dapat Ibu lakukan. Berikut adalah tipsnya.
1. Menambahkan asupan kalori
Saat sedang menyusui, Anda disarankan untuk menambah asupan kalori, 300—400 kalori tambahan per harinya.
Asupan kalori tersebut dapat memberi ibu menyusui tambahan energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk memproduksi susu.
Untuk mendapatkan kalori ekstra, sebaiknya pilih makanan yang kaya akan nutrisi, seperti sepotong roti gandum dengan satu sendok makan selai kacang, pisang, atau bahkan apel.
2. Meningkatkan frekuensi menyusui
Untuk membuat ASI lebih kental, Ibu dapat menyusui si Kecil lebih sering.
Cara ini dapat membantu merangsang produksi ASI jadi lebih banyak dan lebih kental. Cobalah untuk menyusui bayi setiap kali bayi merasa lapar.
3. Menyusui dengan posisi yang tepat
Selain meningkatkan frekuensi menyusui, posisi menyusui juga memainkan peran penting dalam produksi jumlah ASI.
Oleh karena itu, pastikan posisi menyusui bayi yang benar agar produksi ASI-nya pun meningkat.
4. Menghindari penggunaan botol dan dot
Memberi makan bayi dengan botol atau dot bisa membuatnya lebih malas untuk mengisap ASI dari payudara Ibu, yang akhirnya dapat mengurangi produksi ASI.
Oleh karena itu, cobalah untuk menunda penggunaan botol dan dot sebanyak mungkin, terutama di awal periode menyusui.
5. Mengonsumsi cukup cairan
Cara selanjutnya yang dapat membantu mengatasi ASI yang cair adalah dengan memastikan untuk mendapatkan cukup air setiap harinya, yaitu 2 – 3 liter per hari, guna menghindari tubuh mengalami dehidrasi.
Hal ini karena saat tubuh mengalami dehidrasi, maka produksi ASI pun akan terganggu, termasuk menjadi lebih encer.
Selain itu, hindari beberapa minuman yang dapat memengaruhi kualitas ASI, seperti minuman beralkohol, hingga minuman berkafein, seperti kopi.
6. Mencukupi kebutuhan tidur
Mencukupi kebutuhan tidur dapat berkontribusi pada keseimbangan hormon dan kesehatan umum, yang pada gilirannya dapat berdampak positif pada produksi ASI.
Saat tubuh Ibu tidur dengan cukup, hormon-hormon seperti prolaktin, yang membantu meningkatkan produksi ASI, bisa bekerja secara optimal.
7. Mengelola stres dengan baik
Stres yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon, termasuk hormon-hormon yang terlibat dalam produksi ASI seperti hormon prolaktin.
Oleh karena itu, mengelola stres dengan baik dapat membantu meningkatkan produksi ASI, sehingga ASi tidak encer.
8. Mengonsumsi makanan bergizi
Agar ASI tidak encer, sebaiknya konsumsi makanan yang bergizi. Ini karena nutrisi saat menyusui yang masuk ke tubuh Ibu secara langsung memengaruhi kualitas ASI yang diproduksi.
Jadi, pastikan Ibu mengonsumsi makanan bergizi yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, serta vitamin dan mineral agar dapat memperbaiki produksi ASI.
Beberapa pilihan makanan yang dapat dikonsumsi, seperti daging tanpa lemak, telur, produk susu, kacang-kacangan, buah-buahan, hingga makanan laut yang rendah merkuri.
Yang perlu diingat adalah encer atau kentalnya ASI biasanya bisa terjadi kapan saja dan ini sebenarnya hal yang normal. Apalagi, kualitas nutrisi ASI tidak dipengaruhi oleh tekstur ASI.
Namun, bila Ibu merasa khawatir dengan kondisi ASI cair atau tidak kental, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter atau ahli laktasi.
Kesimpulan
- ASI encer adalah hal yang normal terutama di awal proses menyusui.
- Kandungan nutrisi dalam ASI tidak dipengaruhi oleh tekstur ASI.
- Penyebab ASI tidak kental adalah kandungan lemak yang rendah.
- Untuk mengatasi ASI encer dapat dilakukan beberapa cara seperti meningkatkan frekuensi menyusui, posisi menyusui yang tepat, mengonsumsi makanan bergizi, hingga mengelola stres dengan baik.
[embed-health-tool-vaccination-tool]