backup og meta

Pentingnya Manajemen Laktasi agar Menyusui Berjalan Lancar

Pentingnya Manajemen Laktasi agar Menyusui Berjalan Lancar

Bagi ibu menyusui, perjalanan memberikan ASI untuk buah hati tentu bukan hal yang mudah. Beberapa tantangan menyusui seperti produksi ASI yang tidak cukup atau jadwal menyusui yang padat sering kali menjadi kekhawatiran tersendiri. Inilah mengapa manajemen laktasi sangat penting untuk dipahami. 

Dengan perencanaan dan strategi yang tepat, Ibu bisa memastikan kebutuhan ASI anak tetap terpenuhi, sekaligus menjaga kesehatannya sendiri. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan manajemen laktasi dan bagaimana cara melakukannya? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa itu manajemen laktasi?

Manajemen laktasi adalah serangkaian langkah dan strategi untuk memastikan proses menyusui berjalan optimal.

Ini mencakup persiapan sejak kehamilan, pemahaman produksi ASI, teknik menyusui yang benar, serta cara mengatasi tantangan selama menyusui.

Melansir dari World Health Organization, ASI mengandung nutrisi lengkap yang mendukung tumbuh kembang bayi, meningkatkan daya tahan tubuh, serta melindungi dari infeksi dan penyakit kronis di masa depan. 

Selain itu, ASI berperan dalam perkembangan otak dan memperkuat ikatan emosional ibu dan bayi.

Tujuan manajemen laktasi yang tepat adalah untuk memastikan ibu dapat menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama dan melanjutkan hingga dua tahun. 

Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan juga berperan penting dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Manajemen laktasi sejak kehamilan

Penyakit pada ibu hamil

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan persiapan laktasi sebaiknya dimulai sejak masa kehamilan agar Ibu siap secara fisik dan mental. 

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memahami anatomi payudara.

Payudara terdiri dari alveoli, yaitu kantong penghasil ASI, duktus laktiferus sebagai saluran ASI, dan sinus laktiferus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ASI. 

Produksi ASI sendiri dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin.

Selain itu, menjaga kesehatan payudara juga penting, seperti membersihkan area payudara dengan air hangat dan menghindari penggunaan sabun berlebihan agar kulit tidak kering.

Meningkatkan pengetahuan tentang menyusui juga dapat membantu Ibu lebih siap. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti kelas laktasi atau berkonsultasi kepada dokter laktasi.

Selain itu, menjaga pola makan sehat selama kehamilan juga berperan penting dalam persiapan laktasi.

Konsumsi makanan bergizi seperti protein, lemak sehat, sayuran hijau, serta mengonsumsi air putih yang cukup dapat mendukung produksi ASI yang optimal. 

Persiapan laktasi saat melahirkan

ruptur perineum

Mekanisme laktasi saat persalinan juga memainkan peran penting dalam keberhasilan menyusui.

Salah satu langkah yang perlu diperhatikan adalah inisiasi menyusu dini (IMD), di mana bayi sebaiknya langsung diletakkan di dada ibu setelah lahir untuk merangsang produksi ASI. 

Kontak kulit dengan kulit ini dapat mempercepat keluarnya hormon oksitosin yang berperan penting dalam let-down reflex, yang membantu pengeluaran ASI. 

Selain itu, menyusui sesuai permintaan bayi sangat disarankan, karena semakin sering bayi menyusu, semakin banyak ASI yang diproduksi. 

Tidak perlu membatasi waktu menyusui selama bayi masih ingin mengisap, karena hal ini dapat mendukung induksi laktasi yang lebih efektif.

Posisi menyusui yang benar juga sangat penting. Bayi harus mengisap dengan pelekatan yang baik agar ASI keluar maksimal. 

Selain itu, posisi yang nyaman bagi ibu dan bayi membantu mengurangi nyeri saat menyusui. 

Dengan memperhatikan langkah-langkah ini, proses laktasi dapat dimulai dengan lancar dan mendukung keberhasilan menyusui dalam jangka panjang.

Manajemen laktasi dalam proses menyusui

cara menyusui yang benar

Setelah persalinan, Ibu perlu terus mengelola produksi ASI dan menghadapi berbagai tantangan yang mungkin terjadi. 

Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang merangsang produksinya, sedangkan oksitosin membantu refleks let-down agar ASI keluar dengan lancar.

Produksi ASI akan meningkat jika bayi sering menyusu dan payudara dikosongkan secara efektif. 

Namun, beberapa tantangan dalam menyusui mungkin muncul. Misalnya, puting lecet yang terjadi jika pelekatan menyusui bayi tidak benar.

Hal ini bisa diatasi dengan memastikan pelekatan yang baik dan menggunakan salep lanolin pada puting payudara bila diperlukan.

Jika payudara bengkak, menyusui bayi lebih sering atau melakukan pijatan payudara dapat membantu mengurangi pembengkakan. 

Sementara bila ASI terasa kurang lancar, Ibu bisa melakukan relaksasi, pijat laktasi, dan memastikan asupan cairan yang cukup. 

Menyusui di malam hari juga memiliki manfaat, karena hormon prolaktin lebih tinggi pada malam hari, yang membantu mempertahankan produksi ASI. 

Tidak hanya itu, bayi yang sering menyusu pada waktu ini cenderung memiliki pertumbuhan yang optimal.

Tips mempersiapkan manajemen laktasi

rekomendasi bantal menyusui

Agar proses manajemen laktasi berjalan dengan lancar, Ibu bisa mengikuti beberapa tips berikut ini.

1. Asupan makanan ibu

Ibu menyusui perlu mengonsumsi makanan bergizi yang mencakup kebutuhan zat gizi makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral).

Pastikan untuk cukup minum air, sekitar 8—10 gelas per hari, dan konsumsi makanan yang dapat mendukung produksi ASI. 

Selain itu, pastikan untuk menghindari konsumsi kafein dan minuman beralkohol karena keduanya dapat memengaruhi kualitas ASI

2. Pastikan pelekatan yang baik

Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat menyusui adalah pelekatan bayi yang baik. Posisi mulut bayi harus membuka lebar dan bibir bawah terbalik. 

Bayi harus dapat mengisap lebih banyak bagian areola, bukan hanya puting, untuk memastikan ASI mengalir dengan lancar.

3. Perhatikan jadwal menyusui

Hal yang perlu diperhatikan guna memastikan manajemen laktasi berjalan dengan lancar adalah memperhatikan jadwal menyusui si Kecil. 

Jadwal menyusui bayi bervariasi tergantung usia. Bayi baru lahir hingga usia 1 bulan disarankan menyusui setiap 2–3 jam, sekitar 8–12 kali sehari. 

Pada usia 1–3 bulan, frekuensinya bisa berkurang menjadi 7–9 kali sehari, dengan interval 3–4 jam. Bayi usia 3–6 bulan menyusui sekitar 6–8 kali sehari, dan pada usia 6–12 bulan sekitar 4—6 kali. 

4. Perhatikan tanda kecukupan ASI

Memperhatikan tanda kecukupan ASI penting dilakukan guna memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup. 

Tanda-tanda ini termasuk bayi tampak puas setelah menyusu, berat badan bayi naik sesuai grafik pertumbuhan, jumlah popok basah sekitar 6–8 kali sehari, dan bayi terlihat aktif serta ceria.

Selain itu, bayi yang mendapatkan ASI yang cukup akan jarang rewel dan tidur dengan nyenyak setelah menyusui.

5. Berkonsultasi kepada ahli laktasi

Berkonsultasilah kepada ahli laktasi jika Ibu mengalami kesulitan dalam menyusui atau merasa khawatir tentang produksi ASI. 

Ahli laktasi dapat memberikan dukungan dan saran yang tepat terkait posisi menyusui, frekuensi, dan cara meningkatkan produksi ASI

Itu beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai cara manajemen laktasi sejak awal kehamilan buah hati. 

Dengan mekanisme laktasi sejak dini, proses menyusui si Kecil bisa lebih lancar untuk mendukung proses tumbuh kembangnya.

Kesimpulan

  • Manajemen laktasi merupakan langkah penting bagi ibu menyusui untuk memastikan kelancaran proses menyusui dan kecukupan ASI bagi anak. 
  • Dengan memahami mekanisme produksi ASI, teknik menyusui yang benar, serta cara mengatasi tantangan selama menyusui, Ibu dapat memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan melanjutkan hingga dua tahun. 
  • Persiapan sejak kehamilan, inisiasi menyusu dini saat persalinan, serta manajemen laktasi yang baik selama menyusui akan membantu ibu menghadapi berbagai kendala, seperti puting lecet, payudara bengkak, atau ASI kurang lancar.

[embed-health-tool-baby-poop-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Manajemen Laktasi. (n.d.). Retrieved 31 January 2025, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/manajemen-laktasi

Breastfeeding. (n.d.). Retrieved 31 January 2025, from https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_1

Breastfeeding. (N.d.). Retrieved 31 January 2025, from https://www.nhs.uk/start-for-life/baby/feeding-your-baby/breastfeeding/

Hamidah, S., & Inayah, Z. (n.d.). Improved Baby Lactation Management and Stimulation for Family Welfare Empowerment (FWE). Retrieved 31 January 2025, from https://jqph.org/index.php/JQPH/article/view/289

Eker, A., & Aslan, E. (2024). Effect of Lactation Management Model on Breastfeeding Process After Cesarean: A Prospective Randomized Controlled Study. Reproductive sciences (Thousand Oaks, Calif.), 31(4), 1108–1116. Retrieved 31 January 2025, from https://doi.org/10.1007/s43032-023-01409-3

Dueñas-Espín, I., León Cáceres, Á., Álava, A., Ayala, J., Figueroa, K., Loor, V., Loor, W., Menéndez, M., Menéndez, D., Moreira, E., Segovia, R., & Vinces, J. (2021). Breastfeeding education, early skin-to-skin contact and other strong determinants of exclusive breastfeeding in an urban population: a prospective study. BMJ open, 11(3), e041625. Retrieved 31 January 2025, from https://doi.org/10.1136/bmjopen-2020-041625

Breastfeeding education for increased breastfeeding duration. (n.d.). Retrieved 31 January 2025, from https://www.who.int/tools/elena/interventions/breastfeeding-education

Versi Terbaru

07/02/2025

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Aisya Fikritama, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

10 Buah untuk Ibu Menyusui agar Kualitas ASI Terjaga

Ibu Menyusui Makan Pedas, Apakah Aman untuk Bayinya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Aisya Fikritama, Sp.A

Kesehatan anak · RS UNS Solo


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 5 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan