Dalam tahap perkembangan bayi, tubuhnya akan mengalami berbagai perubahan seiring dengan pertambahan usia, termasuk bentuk kepala bayi. Namun, bentuk kepala bayi bisa berbeda-beda. Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk mengenali bentuk kepala bayi yang normal dan tidak normal. Ketahui selengkapnya di bawah ini.
Bentuk kepala bayi normal
Bentuk kepala bayi yang normal dapat berbeda-beda, tetapi secara umum memiliki ciri-ciri berikut.
1. Bentuk oval simetris
Melansir dari Mayo Clinic, ketika dilihat dari atas, kepala bayi seharusnya tampak oval dan simetris menyerupai bentuk telur.
Telinga harus berada pada ketinggian dan jarak yang sama dari bagian depan dan belakang kepala.
Sementara itu, dahi dan bagian belakang kepala harus rata, tanpa adanya tonjolan yang tidak biasa.
2. Fontanel (titik lunak)
Pada saat lahir, terdapat dua area lunak di bagian atas kepala bayi, yang disebut fontanel.
Fontanel ini memungkinkan tengkorak untuk berubah bentuk saat melalui jalan lahir dan memberikan ruang bagi otak bayi yang sedang tumbuh.
Area ini dapat tampak seperti tonjolan atau lekukan pada kulit kepala bayi dan mungkin berdenyut saat bayi menangis atau mengejan.
3. Perubahan bentuk kepala setelah lahir
Selama persalinan, tulang tengkorak bayi dapat bergeser dan tumpang tindih untuk mempermudah proses kelahiran.
Namun, kondisi tersebut bisa menyebabkan kepala bayi lonjong atau kerucut. Biasanya, bentuk kepala bayi ini akan kembali normal menjadi bulat dalam beberapa hari setelah lahir.
Bayi yang lahir melalui operasi caesar cenderung memiliki kepala yang lebih bulat saat lahir.
[embed-health-tool-baby-poop-tool]
Bentuk kepala bayi tidak normal
Bentuk kepala bayi yang tidak normal dapat berupa beberapa kondisi. Berikut penjelasan mengenai kondisi-kondisi tersebut.
1. Kepala peyang
Kepala peyang, yang juga dikenal sebagai flat head syndrome, terjadi akibat tekanan dari luar pada kepala bayi yang masih lunak, sering kali karena posisi tidur atau saat berada di kursi bayi.
Terdapat dua jenis kepala peyang, yaitu plagiocephaly dan brachycephaly. Plagiocephaly ditandai dengan asimetri kepala, sedangkan brachycephaly ditandai dengan kepala yang melebar dan datar di bagian belakang.
Kondisi ini biasanya memengaruhi penampilan, tapi tidak pada perkembangan otak.
2. Craniosynostosis
Craniosynostosis adalah kondisi di mana satu atau lebih sutura tengkorak menutup terlalu dini, sehingga menghambat pertumbuhan normal otak dan menyebabkan bentuk kepala yang tidak normal.
Jenis-jenis craniosynostosis meliputi berikut ini.
- Metopic synostosis. Penutupan dini sutura metopik menyebabkan dahi tampak seperti segitiga (trigonosefali) dan bagian belakang kepala melebar.
- Sagittal synostosis. Penutupan dini sutura sagital menyebabkan kepala memanjang dan sempit (dolichocephaly).
- Coronal synostosis. Penutupan dini sutura koronal menyebabkan asimetri pada wajah dan dahi.
3. Mikrosefalus
Mikrosefalus adalah kondisi di mana kepala bayi lebih kecil dari ukuran normal, sering kali karena otak tidak berkembang dengan baik selama kehamilan atau berhenti tumbuh setelah lahir.
Kondisi ini dapat terjadi sendiri atau bersama dengan cacat lahir lainnya dan dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan.
Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai bentuk kepala bayi, penting untuk berkonsultasi kepada dokter untuk pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
4. Makrosefali
Makrosefali adalah kondisi di mana ukuran kepala bayi lebih besar dari rata-rata.
Penyebabnya bervariasi, termasuk faktor genetik (makrosefali familial jinak), kelainan otak seperti megalensefali, penumpukan cairan di otak (hidrosefalus), atau kondisi genetik tertentu.
Gejala yang menyertai dapat mencakup keterlambatan perkembangan, fontanel menonjol, atau peningkatan tekanan intrakranial.
Penyebab bentuk kepala bayi tidak normal
Ada beberapa kebiasaan atau faktor yang bisa memicu bentuk kepala bayi tidak normal, di antaranya sebagai berikut.
1. Posisi tidur yang sama terus-menerus
Membaringkan bayi dengan posisi kepala yang sama secara terus-menerus, terutama dengan posisi telentang tanpa perubahan posisi, dapat menyebabkan area tertentu dari kepala mengalami tekanan berulang, yang mengakibatkan plagiocephaly.
Meskipun posisi tidur telentang dianjurkan untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), penting untuk mengubah posisi kepala saat bayi tidur.
2. Waktu tengkurap yang kurang
Kurangnya waktu tengkurap (tummy time) saat bayi terjaga dapat mengurangi kesempatan bagi bayi untuk mengurangi tekanan pada bagian belakang kepala.
Hal ini penting untuk perkembangan otot leher dan bahu serta mencegah kepala peyang.
3. Penggunaan peralatan bayi
Penggunaan peralatan seperti kursi mobil, ayunan, atau bouncer untuk waktu yang lama dapat menyebabkan tekanan berkelanjutan pada area tertentu dari kepala bayi.
Misalnya, kursi mobil memang diperlukan untuk mencegah kepala bayi terbentur saat sedang dalam perjalanan.
Namun, penggunaan dalam waktu yang terlalu lama juga berpotensi menyebabkan peyang pada kepala bayi.
4. Kebiasaan posisi kepala
Beberapa bayi mungkin memiliki kebiasaan untuk memutar kepala ke satu sisi karena tortikolis (kekakuan otot leher).
Kondisi ini dapat menyebabkan asimetri kepala atau bentuk kepala tidak rata jika tidak ditangani.
5. Kondisi genetik atau kelainan bawaan
Beberapa kondisi genetik atau kelainan bawaan dapat memengaruhi bentuk kepala bayi.
Misalnya, fibromatosis colli adalah tumor jinak langka pada otot leher yang dapat menyebabkan tortikolis (leher miring) dan asimetri kepala.
Kondisi ini biasanya terdeteksi dalam beberapa minggu pertama kehidupan.
Penanganan bentuk kepala bayi tidak normal
Penanganan bentuk kepala bayi yang tidak normal tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan.
- Perubahan posisi tidur. Mengubah posisi tidur bayi secara teratur untuk mengurangi tekanan pada area kepala yang datar. Misalnya, jika bagian belakang kanan kepala datar, posisikan bayi sehingga tekanan lebih banyak pada sisi kiri.
- Waktu tengkurap (tummy time). Ajak bayi untuk tengkurap lebih lama saat terbangun untuk membantu mengurangi tekanan pada bagian belakang kepala dan memperkuat otot leher serta bahu.
- Terapi fisik. Jika bayi memiliki kebiasaan untuk memutar kepala ke satu sisi atau mengalami tortikolis (kekakuan otot leher), terapi fisik dapat membantu meningkatkan rentang gerak dan simetri kepala.
- Helm korektif. Dalam kasus yang lebih parah atau jika perubahan posisi tidur tidak efektif, dapat digunakan helm khusus yang dirancang untuk membentuk kembali kepala bayi. Helm ini bekerja dengan memberikan tekanan lembut pada area tertentu untuk mendorong pertumbuhan ke arah yang diinginkan.
- Pembedahan. Pembedahan biasanya diperlukan untuk memperbaiki sutura tengkorak yang menutup terlalu dini, sehingga memungkinkan otak memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh dan memperbaiki bentuk kepala. Waktu dan jenis operasi akan tergantung pada sutura yang terdampak dan tingkat keparahan kondisi.
Jika dicurigai adanya kraniosinostosis atau bentuk kepala tidak normal lainnya, penting untuk berkonsultasi kepada spesialis bedah saraf atau kraniofasial untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kesimpulan
- Bentuk kepala bayi yang normal umumnya simetris, oval, dan dapat sedikit berubah setelah lahir akibat proses persalinan, tetapi akan kembali membulat seiring waktu.
- Sebaliknya, bentuk kepala yang tidak normal dapat disebabkan oleh faktor posisi (plagiocephaly), kelainan bawaan seperti kraniosinostosis, atau kondisi genetik seperti mikrosefalus.
- Kebiasaan seperti posisi tidur yang sama terus-menerus dan kurangnya waktu tengkurap dapat meningkatkan risiko kepala peyang.
- Penanganan meliputi perubahan posisi tidur, terapi fisik, penggunaan helm korektif, atau pembedahan untuk kasus yang lebih serius. Pemeriksaan oleh dokter sangat penting untuk menentukan perawatan yang sesuai.