Anak yang suka mencuri adalah isu serius yang memerlukan perhatian dan pemahaman yang baik dari sudut psikologi. Pasalnya, perilaku mencuri bisa saja menjadi tanda bahwa terdapat gangguan psikologis pada anak.
Oleh karena itu, ulasan di bawah ini akan membahas lebih dalam mengenai penyebab, dampak psikologis, hingga solusi yang tepat untuk membantu mengatasi anak dengan perilaku yang suka mencuri.
Normalkah anak yang suka mencuri?
Mengutip dari Johns Hopkins Medicine, berbohong dan suka mencuri sebenarnya perilaku yang umum dan normal terjadi pada anak, tepatnya saat usia 5–8 tahun.
Ini terutama jika perilaku mencuri hanya dilakukan sesekali oleh si Kecil.
Hal ini terjadi karena anak pada rentang usia ini masih dalam tahap perkembangan dan belum sepenuhnya memahami konsep kepemilikan, hak, atau konsekuensi dari tindakan mencuri.
Mereka juga belum sepenuhnya memahami mana barang miliknya dan mana yang bukan.
Sebagian besar anak pada usia ini biasanya akan melakukan percobaan untuk mencuri mainan anak milik temannnya atau barang kecil dari toko tanpa benar-benar memahami apa konsekuensi dari tindakan tersebut.
Saat ini terjadi, orangtua perlu memberikan pelajaran kepada anak tentang etika, moralitas, serta hal-hal yang perlu dihindari dan tidak pantas untuk dilakukan.
Namun, jika sudah mengajarkan si Kecil tentang hal-hal tersebut tapi ia masih mengulangi kesalahannya, penting bagi orangtua untuk tidak mengabaikan perilaku ini.
Pasalnya, kebiasaan suka mencuri yang terus dilakukan anak ternyata bisa menjadi tanda masalah psikologi pada anak.
Oleh sebab itu, orangtua perlu mencari tahu apa penyebab anak mencuri dan mencari cara untuk mengatasi perilaku buruk yang dilakukan anak ini.
Berbagai penyebab anak mencuri
Anak yang suka melakukan perilaku buruk, seperti mencuri, memang perlu didisiplinkan dan dihadapi dengan tegas.
Namun, bukan berarti Anda harus langsung memarahinya, apalagi langsung melakukan tindakan kekerasan kepada anak.
Ada baiknya bagi orangtua mencari tahu terlebih dahulu apa penyebab yang mendasari anak melakukan tindakan pencurian tersebut.
Orangtua bisa tanyakan baik-baik kepada si Kecil kenapa ia mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan yang dapat menjadi penyebab anak suka mencuri yang ditinjau dari sisi psikologi.
1. Kurangnya rasa empati
Bagi anak-anak yang sudah memasuki sekolah dasar (usia 7–8 tahun), tindakan mencuri barang orang lain mungkin terjadi akibat kurangnya rasa empati dalam dirinya.
Akibatnya, mereka akan memiliki kesulitan untuk memahami atau merasakan perasaan orang lain, apabila ia melakukan tindakan buruk tersebut.
Anak yang kurang memiliki rasa empati cenderung tidak akan merasa bersalah dan tidak peduli tentang bagaimana tindakan mereka, seperti mencuri dapat berdampak pada orang lain.
Oleh karena itu, sebagai orangtua penting sekali untuk membangun rasa empati kepada si Kecil sedini mungkin. Hal ini tentunya dapat membantu anak membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
2. Belum bisa mengendalikan diri dengan baik
Melihat dari sisi psikologi, anak yang suka mencuri juga bisa disebabkan karena dirinya belum bisa mengendalikan dirinya dengan baik.
Mengapa demikian? Saat anak punya keinginan untuk memiliki sesuatu tapi tidak bisa terpenuhi, anak mungkin akan melakukan tindakan pencurian.
Hal ini terjadi karena mereka sebenarnya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mengendalikan dirinya.
Mereka cenderung berpikir bagaimana cara untuk memenuhi keinginan mereka tersebut. Alhasil, mereka melakukan hal tanpa berpikir risikonya, misal yang merugikan orang lain dan mendapatkan hukuman.
3. Mudah terpengaruh
Pengaruh teman sebaya menjadi penyebab lebih umum anak rentang usia 6–7 tahun melakukan tindakan pencurian.
Anak-anak ini terkadang memiliki pemikiran bahwa mencuri adalah tindakan keren dan tidak semua orang dapat melakukannya.
Mereka juga berpikir melakukan hal tersebut sangat menyenangkan, tanpa berpikir apa konsekuensi dari tindakan tersebut.
Tidak hanya itu, pengaruh teman-temannya yang tidak baik juga dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan pencurian.
4. Masalah mental atau perilaku
Beberapa anak yang menghadapi masalah emosional dan keluarga mungkin akan melakukan tindakan pencurian tanpa disadari.
Masalah emosional ini misalnya menghadapi kepergian orangtua atau bahkan perceraian kedua orangtuanya.
Masalah tersebut memang tak dipungkiri dapat menyebabkan stres, depresi, serta masalah perkembangan emosi lainnya pada anak.
Pada kondisi ini, pencurian biasanya dilakukan untuk melampiaskan emosi dan rasa stres yang dialami anak akibat masalah yang dihadapinya tersebut.
5. Memiliki kondisi medis tertentu
Kondisi medis tertentu, seperti kleptomania, juga bisa menjadi alasan psikologi kenapa anak suka mencuri.
Masalah kejiwaan ini dapat menimbulkan rasa cemas bila tidak melakukan tindakan mencuri dan akan timbul rasa lega setelah melakukannya.
Pada kebanyakan kasus pun, barang yang dicuri oleh anak kleptomania tidak penting dan tidak memiliki nilai jual yang besar.
Hal ini tentunya berbeda dengan pencurian yang dilakukan oleh perampok, pencopet, atau bahkan penjambret.
Perhatian!
Bagaimana cara mengatasi anak yang suka mencuri?
Pada dasarnya, anak yang memiliki kebiasaan buruk seperti mencuri sebaiknya jangan dibiarkan hingga ia beranjak dewasa.
Sebagai orangtua, Anda perlu mendisiplinkan anak agar ia tidak mengulangi tindakan buruk tersebut.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi kebiasaan anak yang suka mencuri.
1. Beri tahu anak bahwa tindakannya salah
Tindakan awal ketika Anda memergoki anak mencuri adalah menghentikannya. Dekati ia baik-baik dan beri tahu jika mencuri adalah perbuatan yang tidak baik dan merugikan orang lain.
Ajari anak untuk menggali empatinya lebih dalam. Artinya, anak harus belajar untuk merasakan bagaimana sedihnya jika benda yang ia punya diambil orang lain.
Jika ia mengelak telah mencuri, maka tekankan kejujuran. Anda harus menjadi contoh seorang yang jujur sehingga ia bisa meniru apa yang Anda lakukan.
Selalu berikan pujian di setiap kejujuran dan keberaniannya untuk membiasakan anak jujur.
2. Kembalikan barang yang dicuri dan ajak anak untuk meminta maaf
Setelah menjelaskan bahwa tindakannya itu salah, Anda harus meminta anak untuk mengembalikan barang yang sudah ia curi.
Jangan lupa meminta anak untuk menyampaikan perkataan maaf pada pemilik barang.
Kemudian, ajari anak Anda untuk menjaga mainannya dengan baik. Selalu minta izin ketika ingin meminjam atau meminta sesuatu dari orang lain.
Jelaskan bahwa anak harus menjaga barang yang dipinjamnya dengan baik dan mengembalikannya jika sudah selesai digunakan.