Anak tidak mau makan sama sekali merupakan kondisi yang kerap terjadi. Bahkan, kini, kondisi ini sudah memiliki istilah khusus, yaitu gerakan tutup mulut (GTM). Meski GTM adalah kondisi yang umum, ada kalanya orangtua tetap perlu waspada.
Untuk memahami apa itu GTM lebih lanjut, simak ulasannya di bawah ini.
Apa yang dimaksud dengan GTM?
GTM adalah kepanjangan dari gerakan tutup mulut. Kondisi ini terjadi ketika anak menolak untuk makan.
GTM bisa dialami oleh anak-anak di semua usia, bahkan balita juga bisa susah makan. Meski sering dianggap sebagai hal yang umum terjadi, kondisi sulit makan pada anak ini tidak selalu sama.
Ada beberapa anak dengan GTM yang hanya memilih makanan yang mau mereka makan. Ia cenderung tidak mau makan makanan yang tidak sesuai dengan seleranya.
Pada kondisi ini, nafsu makan anak biasanya akan kembali saat disuguhkan makanan yang ia sukai atau ketika ia sudah merasa lapar.
Namun, ada juga anak yang tidak mau makan sama sekali, bahkan saat diberi makanan kesukaannya.
Kondisi ini bisa menandakan adanya masalah yang lebih serius pada anak, seperti penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.
Kondisi ini adalah penyebab GTM pada anak
Cukup sulit untuk menebak dan mengatur kebiasaan makan anak. Anak-anak terkadang bisa makan terus-menerus dalam sehari, tetapi ia juga bisa tidak mau makan sama sekali.
Untuk beberapa waktu, anak mungkin sedang ingin makan makanan yang sama. Namun setelahnya, anak bisa saja tidak ingin makan makanan itu lagi.
Porsi yang mampu dimakan juga berbeda-beda pada tiap anak. Tidak semua anak bisa makan sebanyak anak lainnya.
Maka dari itu, ada baiknya Anda mencari tahu penyebab pasti kenapa anak Anda sulit makan atau mengalami GTM.
Berikut ini adalah beberapa penyebab GTM pada anak.
1. Memilih-milih makanan
Kebiasaan memilih-milih makanan atau picky eater bisa menjadi penyebab anak mengalami GTM.
Anak mungkin lebih memilih untuk makan makanan lain dibanding yang Anda berikan. Akibatnya, anak bisa tidak mau makan hingga ia dapat makanan yang diinginkan.
Sebagai contoh, Anak-anak cenderung suka makanan yang manis. Jadi, saat Anda menyajikan sayuran, anak Anda mungkin kurang tertarik untuk memakannya karena tidak terasa manis.
Anak juga mungkin tidak suka dengan tekstur makanannya saat dipegang atau dimakan. Ini karena pancaindra anak masih berkembang. Tekstur yang terasa asing bisa membuat anak merasa tidak nyaman.
2. Takut mencoba makanan baru
Selain hanya ingin makan makanan yang disukai, anak juga bisa merasa takut untuk mecoba makanan baru (neophobia).
Ini bisa menjadi penyebab anak tidak mau makan dan mengalami GTM saat disajikan makanan yang belum pernah ia makan.
3. Sudah merasa kenyang
Anak memiliki kemampuan yang baik dalam mengukur apa yang sedang dibutuhkan oleh tubuh. Maka dari itu, anak umumnya mengetahui kapan mereka merasa cukup atau masih kenyang.
Bukan hanya dari makanan, anak juga bisa merasa kenyang setelah minum susu. Pada kondisi ini, anak biasanya akan menolak saat diberikan makanan.
Susu mengandung jumlah kalori yang sama banyak dengan makanan. Maka dari itu, minum susu juga bisa membuat anak kenyang, sehingga ia tidak lapar dan tidak mau makan.
Dr. Gellner dari Health University of Utah
Anak juga cenderung akan menyisakan makanannya jika porsi yang diberikan terlalu banyak. Sebagai contoh, porsi makan anak usia 2 tahun pasti berbeda dari porsi makan anak usia 5 tahun.
Sebaiknya, jangan paksa anak untuk makan atau menghabiskan makanannya jika ia memang sudah atau masih kenyang. Anak biasanya akan meminta makanan dengan sendirinya saat ia sudah merasa lapar.
4. Kehilangan nafsu makan
Anak mungkin mengalami GTM karena sedang kehilangan nafsu makan.
Sama seperti orang dewasa, Anak juga bisa kehilangan nafsu makan saat sedang sakit. Namun, anak mungkin tidak menyadari atau memberi tahu Anda saat ia sedang merasa sakit.
Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan pada anak, di antaranya:
- sembelit,
- demam,
- sakit tenggorokan,
- tumbuh gigi,
- infeksi virus,
- esofagitis eosinofilik, dan
- sensitivitas makanan, seperti penyakit celiac.
5. Kelelahan
Masih sama dengan orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa terlalu lelah untuk makan. Akibatnya, ia bisa mengalami GTM dan memilih untuk langsung beristirahat, misal dengan tidur.
6. Avoidant Restrictive Food Intake Disorder
Avoidant Restrictive Food Intake Disorder (ARFID) adalah salah satu jenis gangguan makan pada anak yang bisa terjadi.
Meski memiliki gejala yang mirip dengan picky eater, ARFID bisa menjadi kondisi yang lebih serius.
ARFID bukan terjadi karena ada rasa tidak percaya diri terhadap tubuh, tetapi umumnya karena anak merasa cemas atau takut untuk mengonsumsi makanan tersebut, misal takut tersedak.
Pada kondisi ini, anak akan sangat membatasi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Akibatnya, anak dengan kondisi ini bisa kekurangan asupan kalori hingga berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang.
Diperkirakan, 5% dari total anak-anak dan remaja mengalami kondisi ini. Beberapa faktor pemicunya yaitu sebagai berikut.
- Merasa makanan kurang menarik.
- Mudah merasa kenyang.
- Hanya menyukai rasa tertentu.
- Gangguan lambung atau pencernaan, seperti penyakit celiac dan radang usus.
- Trauma, misal mengalami tersedak makanan tertentu.
Tips mengatasi GTM pada anak
Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi anak susah makan dan GTM.
1. Batasi gangguan saat makan
Saat sedang makan, akan lebih mudah bagi anak untuk mau menghabiskan makanannya jika tidak ada yang mengambil perhatiannya dari makanan.
Maka dari itu, sebaiknya hindari hal yang bisa mengganggu konsentrasi anak saat makan, seperti menggunakan smartphone atau menonton televisi. Jika terlalu fokus pada hal lain, anak bisa kehilangan keinginannya untuk makan.
Sebaiknya, jadikan waktu makan sebagai cara untuk bisa menghabiskan waktu bersama dengan anak sambil berbincang.
2. Sajikan porsi yang cukup untuk anak
Terkadang, yang menjadi masalah bukan karena anak tidak mau makan sama sekali, tetapi karena anak sudah merasa kenyang dan tidak mampu menghabiskan makanan yang Anda sajikan.
Ingat, porsi makan anak umumnya lebih sedikit dibandingkan orang dewasa. Jika Anda memberikan porsi yang terlalu banyak pada anak, ia mungkin tidak mau menghabiskannya.
Sebaiknya, sesuaikan porsi yang Anda berikan dengan kemampuan anak dalam menghabiskan makanan.
3. Jangan atur waktu makan dan tidur berdekatan
Sebaiknya, jangan mengatur jadwal makan anak berdekatan dengan waktu tidurnya.
Jika sudah mengantuk dan lelah, anak mungkin tidak akan tertarik untuk makan karena lebih memilih untuk langsung tidur.
Akibatnya, anak bisa sering melewatkan waktu makan tersebut.
4. Jangan memarahi anak untuk makan
Meski anak tidak mau makan, sebaiknya Anda tidak memarahinya. Jika menangis atau marah, anak bisa menjadi lebih sulit untuk diajak makan.
Jadi sebaiknya, saat mengajak anak untuk makan, lakukan secara perlahan tanpa terlalu memberi tekanan pada anak.
5. Ajak anak untuk menyiapkan makanan bersama
Meski terkadang anak lebih memilih untuk makan makanan yang sama, menyajikan makanan tersebut terus-menerus bisa membuat anak merasa bosan.
Untuk itu, Anda bisa menanyakan kepada anak terlebih dahulu makanan yang sedang ingin ia makan.
Anda juga bisa mengajak anak untuk berbelanja atau memasak makanan tersebut bersama agar ia lebih tertarik untuk memakannya.
6. Hindari memberi terlalu banyak camilan
Jika terlalu sering makan camilan, anak mungkin sudah merasa kenyang saat tiba waktu makan. Akibatnya, anak bisa tidak mau makan makanan pokok dan hanya mau makan camilan.
Jadi, sebaiknya batasi jumlah camilan yang boleh dimakan oleh anak agar anak masih merasa lapar saat waktu makan tiba.
7. Pahami kebiasaan makan anak
Kebiasaan makan pada masing-masing anak bisa berbeda.
Beberapa anak mungkin perlu lebih banyak makanan pada waktu tertentu, sedangkan yang lainnya tidak.
Sebagai contoh, jika anak Anda makan lebih banyak saat sarapan atau makan siang, ia mungkin butuh makanan yang lebih sedikit ketika makan malam.
Apakah GTM berbahaya bagi anak?
Adalah hal yang normal bagi orangtua untuk merasa khawatir terhadap kondisi anak saat ia sedang sulit makan dan GTM.
Apalagi, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembangnya. Namun, nyatanya, hal ini tidak akan selalu berdampak buruk pada anak.
Melansir dari Family Doctor, dengan menentukan makanan yang mereka suka dan tidak, anak sedang belajar untuk lebih mandiri terhadap dirinya sendiri.
Lalu, kapan orangtua harus khawatir jika anak GTM? Pada umumnya, selama anak masih aktif bergerak dan berat badannya tetap naik secara normal, maka Anda tidak perlu merasa khawatir.
Pada kondisi ini, anak-anak sedang belajar mengendalikan kehidupannya, yang salah satu aspeknya adalah kebiasaan makan.
Orangtua bisa membantu anak dengan membiarkan mereka memilih makanan yang sedang ingin dimakan. Ini berlaku untuk semua kasus GTM pada anak, termasuk bayi.
Meski begitu, bukan berarti orangtua membebaskan anak untuk selalu menentukan makanannya.
Sebagai orangtua, Anda tetap harus memperhatikan asupan gizi anak. Jadi, tetap sajikan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak Anda.
Namun, jika anak sangat sulit makan hingga mengalami GTM yang cukup parah, maka sebaiknya konsultasikan kondisi tersebut dengan dokter anak Anda.
[embed-health-tool-vaccination-tool]