Perkembangan kognitif merupakan suatu tugas tumbuh kembang anak yang sangat komprehensif. Perkembangan ini sangat penting karena berkaitan dengan kemampuan berfikir anak, seperti bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan masalah, memberi ide, dan kreativitas. Dukungan hebat orang tua tentunya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak usia 1-3 tahun agar ia menjadi anak hebat di masa depan.
Ketahui 3 Proses perkembangan kognitif anak
Perkembangan kognitif juga memiliki pengaruh terhadap kecerdasan lainnya, seperti mental, emosional, dan kemampuan berbahasa.
Pada aspek kognitif, anak diharapkan mampu untuk berfikir sehingga dapat melakukan suatu sebab-akibat.
Berdasarkan teori dari Jean Piaget, untuk meningkatkan kognitif anak setidaknya ada tiga proses yang perlu dilalui si kecil, berikut penjelasannya.
1. Asimilasi
Proses asimilasi berarti tahap anak dalam memasukan atau menerima. Artinya, pada proses ini anak akan mencoba hal baru sehingga informasi baru diterima.
Sebagai contoh, anak menyentuh, merobek, meremas benda yang ditemukannya kemudian dimasukan ke mulut. Mungkin terkesan berbahaya, padahal ini adalah proses asimilasi.
2. Akomodasi
Dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak, proses yang perlu anak lalui adalah akomodasi, yaitu mengubah struktur diri.
Ketika melihat beberapa objek, belum tentu anak mempunyai struktur penglihatan (diri) yang memadai, sehingga anak tersebut harus melakukan akomodasi.
Ambil contoh, seorang anak dapat memindahkan balok terbesar mainannya hanya dengan menggeser rintangan di depannya.
Nah, kemampuan menggeser rintangan untuk memindahkan balok itulah disebut akomodasi dengan mengubah sesuatu yang ada di hadapannya.
3. Organisasi
Pada proses terakhir, anak sudah bisa menggabungkan beberapa ide sekaligus sehingga terjadi sebuah sebab-akibat.
Sebagai contoh, saat anak menggunakan balance bike, ia sudah mampu menggabungkan beberapa ide yang terlintas di benaknya.
Idenya seperti memegang stang, menatap ke depan, dan menyeimbangkan diri di sepeda. Inilah yang disebut dengan organisasi.
Sebagai orang tua, ibu dan ayah berkewajiban membekali anak dengan mengeksplorasi kemampuan anak.
Hal ini dilakukan agar si kecil tahu dan paham mengenai lingkungan sekitarnya melalui panca indra yang dimiliki.
Pemahaman tersebut bisa menjadi bekal saat anak besar nanti dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Apa saja perkembangan kognitif anak usia dini?
Usia dini, adalah masa-masa anak mengeksplorasi hal-hal yang ada di dekatnya.
Ayah dan ibu perlu memahami dan mengetahui kemampuan kognitif anak, apakah sudah sesuai dengan usianya atau belum?
Nah, berikut ini perkembangan kognitif anak usia 1-3 tahun yang perlu ayah dan ibu perhatikan.
Usia 1 tahun: eksploratif
Pada usia ini, anak berkembang pesat setiap harinya dan tidak ada satu hari terlewat tanpa eksplorasi dan pembelajaran baru.
Pada usia 1 tahun, anak sudah memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa hal, mengutip dari Understood.
- Mengetahui fungsi objek yang sering digunakan setiap harinya, seperti telepon, sikat gigi, dan sendok.
- Mulai mengikuti arahan lawan bicara, seperti gerakan dadah, kiss bye, dan duduk.
- Mulai bermain dengan boneka, seperti menyuapi makanan.
- Dapat menunjukan di mana letak anggota tubuhnya, seperti mata, hidung, mulut, dan kuping
- Dapat menunjukkan gambar apa yang dikatakan lawan bicara di dalam buku.
- Mencoba melakukan suatu sebab akibat, misalnya melempar barang ke lantai.
Mengutip dari Center on the Developing Child Harvard University, dalam beberapa tahun pertama kehidupan bayi, lebih dari 1 juta koneksi saraf baru terbentuk setiap detik.
Pembentukkan saraf baru ini sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif dan otak anak usia 1 tahun.
Usia 2 tahun: imajinatif
Pada usia ini anak mulai terasah daya kreativitas dan imajinasinya. Ayah dan ibu akan melihat hal-hal baru yang belum pernah anak lakukan sebelumnya.
Di tahap ini si kecil berpikir dengan cara baru, keterampilan, mencari jalan keluar, dan anak menunjukkan kemandirian.
Mengutip dari Understood, usia 2 tahun, anak sudah mampu untuk melakukan hal-hal seru, seperti di bawah ini.
- Melakukan permainan yang lebih kompleks, seperti menganggap kardus yang ditemuinya adalah roket luar angkasa.
- Melakukan role play sebuah profesi, misalnya dokter atau kasir.
- Mengingat dan menceritakan ulang kejadian yang dilaluinya.
- Menyelesaikan 3-4 puzzle.
- Mengelompokkan mainan berdasarkan warna, besar, dan bentuk.
- Dapat mengerjakan dua perintah, misalnya “lepas kaos kaki dan masukan ke keranjang cucian”
Meski terkesan sederhana, hal-hal di atas sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Mengutip dari Harvard University, otak adalah organ yang saling berhubungan dengan bagian tubuh lain, sehingga koordinasi sangat penting.
Usia 3 tahun: mulai mandiri
Pada usia ini anak semakin berkembang begitu pula dengan kognitifnya. Ayah dan ibu akan melihat kemandirian anak untuk menyelesaikan tugas dan aktivitasnya.
Di usia 3 tahun, kemampuan anak sudah semakin meningkat, berikut uraiannya dikutip dari Understood.
- Menghitung angka hingga 10.
- Mulai memahami waktu seperti pagi, siang, sore, malam serta hari dalam satu pekan.
- Mengingat dan menceritakan kembali cerita kesukaannya.
- Mengikuti gambar yang diajarkan, misalnya lingkaran atau persegi.
- Dapat mengerjakan tiga perintah, misalnya “cuci tangan, sikat gigi, dan ganti baju tidur”.
Perkembangan kognitif dapat dikatakan sebagai kunci dari perkembangan lain, seperti sosial emosional dan bahasa.
Oleh karenanya, penting untuk ayah dan ibu terus memantau dan meningkatkan kognitif anak sehingga kecerdasan lainnya dapat ikut berkembang.
Bagaimana meningkatkan perkembangan kognitif anak usia 1-3 tahun?
Sebagai guru pertama untuk anak, ayah dan ibu perlu melatih dan meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Mengutip dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), berikut ini tips untuk perkembangan kognitif anak sesuai dengan usianya.
Usia 1 tahun
Pada usia satu tahun, ajarkan anak untuk mendapatkan yang dia inginkan dengan cara yang benar dan tepat.
Sebagai contoh, saat anak menarik buntut ekor kucing, ajarkan cara menggendong kucing dengan cara dipeluk.
Selain itu, orangtua bisa mengajarkan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya aktivitas mencuci tangan diajarkan dengan lagu.
Ketika anak mengikuti ajaran tersebut, berikan kata-kata positif dan ciuman sebagai hadiah dari pelajaran yang telah didapatkan.
Usia 2 tahun
Mengutip dari CDC, pada usia ini, anak berada pada fase puncak peningkatan fungsi kognitif.
Maka dari itu, orangtua perlu lebih proaktif dalam mengajak anak belajar berbicara, dan memecahkan masalah.
Ayah dan ibu bisa mulai dari membantu mengoreksi kata-kata anak, misalnya ia berkata “u sang”, katakan “adek mau pisang?”
Lewat cara ini, anak akan semakin terasah kemampuan bicaranya dan menambah kosakata baru.
Kemudian, ketika anak berebut mainan dengan temannya, ajarkan dengan sabar bagaimana untuk menyelesaikan masalah.
Ayah dan ibu bisa memberi penjelasan dengan baik dan saling bertukar mainan. Hal ini akan memberikan pelajaran berharga untuk anak di masa depan.
Pada usia ini, ayah dan ibu perlu membantu anak untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Mengutip dari CDC, dapat dimulai dengan menanyakan adegan selanjutnya saat sedang membacakan buku cerita sehingga membantu mengasah imajinasi dan kreativitas anak.
Selain itu untuk menambah daya kreativitasnya, orangtua bisa memberikan kertas dan krayon kemudian sediakan waktu untuk menggambar bersama.
Nutrisi yang cocok untuk perkembangan kognitif anak usia 1-3 tahun
Agar tumbuh menjadi anak yang cerdas dan hebat, ibu dan ayah tentunya perlu memperhatikan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
Pemberian makanan sehat dan bergizi perlu menjadi fokus utama dalam meningkatkan kognitif anak.
Berikut ini beberapa kandungan yang perlu diperhatikan dan bisa meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Zat besi berperan penting dalam menjaga anak tetap fokus, tidak mudah sakit, dan tidak mudah lelah.
Tahukah Anda, satu dari tiga anak di bawah usia 5 tahun rentan terkena anemia yang dapat mengganggu perkembangan otaknya?
Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan prestasi belajar anak jika tidak segera diatasi.
Untuk itu, bantu optimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan berikan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C untuk bantu mencegah anemia defisiensi zat besi dan dukung perkembangan otaknya.
Memberikan susu yang membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak, ayah dan ibu telah mendukung potensi si kecil untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang hebat.
[embed-health-tool-vaccination-tool]