backup og meta

Serum Antidifteri (ADS)

Serum Antidifteri (ADS)

Difteri adalah penyakit akibat infeksi bakteri yang menyerang saluran pernapasan atas. Dalam pengobatan difteri, pemberian serum antidifteri perlu dilakukan agar infeksi tidak menimbulkan komplikasi serius. Simak dosis dan aturan pakainya berikut ini.

Golongan obat: antitoksin

Merek dagang serum antidifteri: BioADS, diphtheria antitoxin B.P, serum anti difteri (kuda) 20.000 IU

Apa itu serum antidifteri?

Serum antidifteri atau ADS adalah obat untuk mengatasi penyakit difteri yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Bakteri penyebab difteri menyerang saluran pernapasan. Di dalam tubuh, bakteri akan mengeluarkan zat beracun atau toksin yang berakibat fatal bila tidak segera ditangani.

Serum ini mengandung antibodi yang dikenal sebagai antitoksin difteri atau diphtheria antitoxin (DAT). Antitoksin terbuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap difteri.

Obat ini mampu menetralkan toksin Corynebacterium diptheriae di dalam aliran darah sehingga komplikasi seperti masalah pernapasan hingga kerusakan jantung dapat dicegah.

Serum ini termasuk dalam golongan obat keras. Pemberiannya harus dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis di fasilitas pelayanan kesehatan. 

Dosis serum antidifteri

suntik serum

Pemberian serum antidifteri (ADS) bertujuan untuk menetralkan toksin bakteri, bukan untuk mencegah infeksi seperti pada pemberian vaksin difteri.

Dikutip dari buku Pedoman dan Pengendalian Difteri (2017) oleh Kementerian Kesehatan RI, dosis serum umumnya sama untuk pasien anak-anak maupun orang dewasa.

Berikut ini adalah gambaran umum dosis serum ADS berdasarkan durasi dan lokasi munculnya gejala penyakit.

Tipe Difteri Dosis ADS (IU)
Difteri kulit 20.000
Difteri hidung 20.000
Difteri tonsil 40.000
Difteri faring 40.000
Difteri laring 40.000
Difteri nasofaringeal 60.000
Kombinasi tanpa melibatkan hidung/nasal 80.000
Difteri dengan pembengkakan leher (bullneck) 80.000–100.000
Terlambat berobat (>72 jam) 80.000–100.000

Antitoksin harus dicampurkan ke dalam 250–500 ml larutan saline normal, lalu diberikan perlahan selama 2–4 jam melalui pembuluh darah vena atau intravena (IV).

Pada kasus tertentu, dokter mungkin juga memberikan serum antidifteri melalui jalur suntikan otot atau intramuskular (IM).

Perhatian!

Pasien difteri yang berisiko mengalami reaksi alergi parah akibat suntikan serum hewan harus menjalani desensitisasi terlebih dulu. Caranya dengan memberikan serum dalam dosis kecil, lalu dosis ditingkatkan secara bertahap hingga tubuh pasien menoleransi serum tersebut.

Aturan pakai serum antidifteri

Pemberian serum antidifteri harus di bawah pengawasan dokter atau tenaga medis profesional.

Dokter akan memutuskan diagnosis difteri berdasarkan gejala pasien. Serum ini harus diberikan sesegera mungkin tanpa perlu pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis penyakitnya.

Pada kasus difteri ringan hingga sedang, antitoksin ini bisa diberikan melalui suntikan ke otot. Sementara pada kasus berat, serum ADS biasanya diberikan melalui cairan infus IV.

Dosis serum antidifteri untuk pasien anak-anak dan dewasa pada umumnya tidak berbeda. Dokter akan menyesuaikannya dengan gejala klinis yang muncul.

Dokter juga akan memberikan antibiotik guna melawan infeksi bakteri. Pengobatan difteri akan melibatkan perawatan suportif sesuai dengan kondisi pasien.

Pasien difteri juga haru menjalani isolasi sampai bakteri tidak lagi menular, yaitu 48 jam setelah pemberian antibiotik. Pasien mungkin juga membutuhkan rawat inap setelahnya.

Selalu ikuti panduan dokter atau tenaga medis selama menjalani tindakan ini. Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, segera konsultasikan dengan dokter Anda.

Efek samping serum antidifteri

syok anafilaksis

Sama seperti obat-obatan pada umumnya, serum ADS juga berisiko menimbulkan efek samping.

Serum dari plasma hewan dapat menimbulkan reaksi anafilaksis yang terjadi dalam beberapa menit setelah pemberian. Maka dari itu, dokter selalu menyediakan epinefrin selama perawatan.

Demam bisa muncul dalam 20 menit hingga satu jam setelah pemberian serum. Kondisi yang disebut serum sickness ini juga bisa terjadi dalam 7–10 hari setelahnya.

Segera hubungi dokter Anda bila merasakan gejala-gejala yang berkaitan dengan serum sickness, seperti:

  • meriang,
  • rasa tidak enak badan,
  • ruam dan kulit gatal,
  • nyeri pada persendian, 
  • sakit kepala,
  • mual dan muntah, 
  • kelelahan yang tidak biasa, dan
  • pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

Penting untuk dipahami bahwa tidak semua orang mengalami efek samping. Mungkin terdapat beberapa efek samping yang belum disebutkan pada daftar di atas.

Jika Anda merasa khawatir akan efek samping tertentu, segera konsultasikan dengan dokter Anda.

Peringatan dan perhatian saat pakai serum antidifteri

Meski ADS harus digunakan secepatnya, berikut beberapa hal penting yang perlu Anda lakukan sebelum menerima serum ini.

  • Memberi tahu dokter jika pernah mengalami reaksi alergi terhadap suntikan serum hewan sebelumnya.
  • Menceritakan riwayat kesehatan Anda selengkap-lengkapnya, termasuk jika ada gejala asma, urtikaria (biduran), atau tanda-tanda reaksi alergi lainnya.
  • Melakukan tes kulit (skin test) untuk mengetahui potensi efek samping serius sebelum pemberian serum.
  • Menginformasikan penggunaan obat resep, obat nonresep, vitamin, suplemen gizi, dan produk herbal kepada dokter.
  • Memberi tahu dokter bila sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui saat mendapatkan obat tersebut.

Diphtheria antitoxin harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2–8℃, tetapi jangan sampai dibekukan.

Apakah serum antidifteri aman untuk ibu hamil dan menyusui?

batuk saat hamil

Studi yang membahas keamanan serum ADS untuk ibu hamil dan menyusui sangat terbatas.

Namun, para ahli menganggap penggunaan serum antidifteri untuk mengobati infeksi bakteri Corynebacterium diptheriae selama kehamilan dan menyusui cukup aman dilakukan.

Penting untuk dicatat bahwa pemberian antitoksin difteri bisa memicu reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis. Maka dari itu, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter.

Pada dasarnya, pemberian serum tidak boleh ditunda bila pasien dicurigai mengalami difteri. 

Jika Anda sedang hamil, menyusui, atau berencana hamil, berkonsultasilah dengan dokter Anda untuk memahami manfaat dan risiko pemberian serum ini.

Interaksi serum antidifteri dengan obat lain

Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping serius. 

Serum antidifteri mengandung antibodi yang mungkin mengganggu efektivitas beberapa vaksin. Beri tahu dokter bila Anda pernah menerima vaksin dalam waktu tiga bulan ke belakang.

Selain itu, beberapa produk yang Anda gunakan, termasuk obat resep, obat nonresep, vitamin, suplemen, dan produk herbal, juga dapat menimbulkan interaksi dengan serum ADS.

Konsultasikan semua daftar produk yang Anda gunakan untuk mengetahui risiko interaksi yang mungkin timbul akibat penggunaan serum ini.

Kesimpulan

  • Difteri adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang saluran pernapasan atas.
  • Pengobatan infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae ini melibatkan penggunaan serum untuk mencegah komplikasi serius.
  • Serum antidifteri (ADS) mengandung antibodi yang menghalangi efek toksin bakteri difteri.
  • Obat ini hanya dapat diberikan oleh dokter maupun tenaga medis, baik melalui injeksi intramuskular (IM) maupun infus intravena (IV).

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Diphtheria – Diagnosis, Treatment, & Complications. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved June 23, 2023, from https://www.cdc.gov/diphtheria/about/diagnosis-treatment.html

Diphtheria Antitoxin (DAT). (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved June 23, 2023, from https://www.cdc.gov/diphtheria/dat.html

Use of Diphtheria Antitoxin (DAT) for Possible Diphtheria Cases. (2023). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved June 23, 2023, from https://www.cdc.gov/diphtheria/downloads/protocol.pdf

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Difteri (2017). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved June 23, 2023, from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2018/01/buku-pedoman-pencegahan-dan-penanggulangan-difteri.pdf

Serum Anti Difteri (BioADS). (n.d.). Biofarma. Retrieved June 23, 2023, from https://www.biofarma.co.id/id/our-product/detail/serum-anti-difteri-kuda

Diphtheria Antitoxin. (n.d.). MIMS Indonesia. Retrieved June 23, 2023, from https://www.mims.com/indonesia/drug/info/diphtheria%20antitoxin?mtype=generic

Versi Terbaru

17/07/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

5 Penyakit Berbahaya yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

Vaksin DT dan DPT, Apa Perbedaan Keduanya?


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Farmasi · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 17/07/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan