backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

4 Manfaat Food Diary, Bantu Jaga Pola Makan Harian

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 05/02/2024

4 Manfaat Food Diary, Bantu Jaga Pola Makan Harian

Salah satu cara menjalani pola hidup yang sehat adalah dengan memperhatikan pola makan. Anda dapat menilai apakah pola makan sehari-hari Anda sudah mengikuti aturan sehat, atau sebaiknya, dengan membuat food diary. Apa itu? Simak ulasannya di bawah ini. 

Apa itu food diary?

Food diary adalah catatan yang digunakan untuk merekam dan melacak semua jenis makanan atau minuman yang Anda konsumsi sehari-hari 

Dengan mencatat asupan makanan, Anda dapat mengetahui asupan nutrisi harian serta sensitivitas atau alergi makanan yang Anda miliki.

Catatan Anda biasanya berisi daftar makanan yang dikonsumsi, porsi makan, serta watu Anda mengonsumsi makanan tersebut. 

Kebiasaan mencatat asupan harian alias food journaling dapat membantu Anda atau dokter untuk memahami pola makan Anda setiap harinya.

Food journaling sangat membantu orang dengan kondisi yang mengharuskan dirinya untuk memilah dan memilih asupan dengan cermat, seperti pengidap irritable bowel syndrome (IBS), penyakit ginjal, divertikulitis, dan intoleransi makanan. 

Manfaat food diary

Ada berbagai manfaat yang bisa Anda peroleh dengan rutin menulis food diary. Berikut ini manfaatnya. 

1.  Menjaga pola makan

Rutin mencatat asupan sehari-hari akan membantu Anda menjaga pola makan yang sehat setiap harinya.

Dari catatan harian, Anda bisa melihat apakah pilihan makanan Anda sudah cukup bernutrisi untuk tubuh atau malah bernilai gizi rendah. 

Manfaat food diary sebagai acuan menjaga pola makan sehat sangat penting untuk pasien penyakit ginjal.

Anda yang memiliki penyakit ginjal sebaiknya mengurangi asupan protein atau makanan tinggi garam untuk mengontrol tekanan darah. Nah, catatan harian membantu Anda untuk menakar kelebihan asupan protein dan garam.

Manfaat food journaling untuk pasien penyakit ginjal bahkan ditunjukkan sebuah studi dalam jurnal Hawaii International Conference. Kebiasaan ini membantu pasien penyakit ginjal untuk mematuhi aturan pola makan selama pengobatan. 

2. Menurunkan berat badan

efek penurunan berat badan secara drastis

Untuk menurunkan berat badan, Anda perlu mengurangi asupan kalori setiap harinya. Namun, sering kali Anda lupa memperhatikan banyaknya asupan kalori dari makanan.

Nah, food journaling membantu Anda mencatat jumlah kalori dari setiap jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap harinya.

Jika mencatat langsung rasanya kurang praktis, Anda bisa menggunakan aplikasi diet yang bisa secara otomatis menghitung jumlah kalori setiap makanan dan total kalori harian.

Catatan harian Anda akan memperlihatkan apakah kalori dari makanan sudah melebihi jumlah kalori harian yang Anda targetkan di awal.

Cara seperti ini ternyata membantu menurunkan berat badan secara signifikan, seperti yang disebutkan sebuah studi dalam jurnal Obesity.

3. Mencegah emotional eating

Saat mengalami stres, sebagian orang sering kali mencoba mengalihkannya dengan makan banyak atau mengonsumsi makanan tidak sehat, misalnya tinggi gula, garam, dan lemak.

Hal ini disebut dengan emotional eating. Jika menjadi kebiasaan yang berlangsung terus-menerus, Anda berisiko mengalami kenaikan berat badan.

Salah satu cara untuk mencegah dan menghentikan emotional eating adalah dengan menulis food diary.

Jadi, Anda tidak hanya mencatat jenis dan kalori asupan harian saja, tapi juga pengalaman Anda setiap harinya ketika berkomitmen menerapkan pola makan sehat.

Metode ini dapat membantu mengidentifikasi apakah Anda makan karena lapar atau sebagai bentuk pengalihan diri dari stres. 

4. Mengetahui alergi atau intoleransi makanan

Food journaling juga membantu Anda mengetahui potensi alergi atau intoleransi makanan yang Anda miliki. 

Dalam food diary, Anda sebaiknya juga mencatat berbagai respons tubuh terhadap makanan yang dikonsumsi.

Ambil contoh, jika merasakan gatal setelah mengonsumsi ikan, udang, atau kerang, ini bisa menjadi pertanda Anda mengalami alergi seafood.

Selain itu, food diary dapat membantu Anda mengidentifikasi apakah Anda memiliki intoleransi makanan, yakni kondisi saat tubuh tidak bisa mencerna zat tertentu di dalam makanan. 

Satu contoh umumnya adalah intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa (gula susu). Kondisi ini terjadi ketika Anda minum susu lalu mengalami sakit perut, kembung, bahkan diare.

Cara membuat food diary

cara membuat food diary

Membuat food diary tidaklah sulit. Anda dapat mencatatnya di dalam sebuah buku atau menggunakan aplikasi online yang bisa diunduh pada smartphone Anda.

Mengutip Harvard Health, berikut ini beberapa hal yang perlu Anda tulis dalam food diary.

  • Apa yang Anda makan? Tuliskan jenis makanan atau minuman yang Anda konsumsi sehari-hari serta cara mengolahnya, seperti dibakar, digoreng, dipanggang, atau direbus. 
  • Berapa banyak porsinya? Catat juga seberapa banyak porsi makanan yang Anda konsumsi sehari. Jika memungkinkan, Anda bisa menimbangnya dengan alat timbangan.
  • Kapan Anda makan? Tuliskan juga kapan waktu makan Anda, misalnya sarapan, siang hari, atau tengah malam. Hal ini penting untuk mengetahui pola makan Anda.

Pastikan juga untuk menyesuaikannya catatan dengan tujuan Anda. Jika tujuan Anda ingin mengurangi asupan kalori, tuliskan jumlah kalori dari makanan yang Anda konsumsi setiap harinya. 

Bila  ingin mengidentifikasi alergi, tuliskan juga gejala yang muncul setelah Anda mengonsumsi makanan tertentu. Anda juga bisa membedakan perasaan Anda saat makan, seperti senang, cemas, stres, atau lelah. 

Catatan akhir


Menulis food diary penting untuk mengidentifikasi makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Agar hasilnya lebih akurat, catat makanan yang dikonsumsi segera setelah makan. Jangan menunggu hingga hari berakhir karena ingatan Anda mungkin kurang akurat. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 05/02/2024

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan