backup og meta

3 Manfaat Konsumsi Daging Ular dan Efek Sampingnya

KandunganManfaatAturan makanEfek samping

Di benua Asia dan Afrika, daging ular biasanya dikonsumsi sebagai obat tradisional atau afrodisiak (peningkat gairah seksual). Lantas, apa saja manfaat daging ular dan bagaimana aturan konsumsinya? 

Kandungan gizi daging ular

Meskipun terdengar tidak biasa, daging ular dipercaya memiliki sejumlah manfaat kesehatan karena kandungan nutrisinya yang cukup unik.

Selain itu, kandungan zat gizi ular sebenarnya berbeda-beda tergantung jenis ularnya. Namun, berikut ini berbagai kandungan zat gizi ular pada umumnya.

  • Lemak.
  • Kalsium.
  • Fosfor.
  • Natrium.
  • Magnesium.
  • Kalium.
  • Tembaga.
  • Zinc.
  • Zat besi.

Berbagai kandungan tersebut tertulis dalam salah satu penelitian dalam jurnal Plos One.

Manfaat daging ular

Manfaat mengonsumsi daging ular baru sebatas kepercayaan yang diyakini oleh orang-orang yang mengonsumsi jenis reptil ini. 

Belum ada penelitian yang memastikan manfaat mengonsumsi daging, darah, dan empedu ular. 

Namun, ada beberapa potensi manfaat dari kandungan gizi dan zat fitokimia yang terdapat dalam daging ular dan hewan reptilia.

1. Menjaga daya tahan tubuh

Hewan-hewan reptil seperti ular, kadal, dan kura-kura diyakini memiliki kandungan mineral seng yang tinggi.

Seng membantu komunikasi sel-sel imun tubuh sehingga dapat sistem kekebalan bekerja dengan baik.

Seng juga bertindak sebagai antioksidan di dalam tubuh, yang berarti membantu melindungi sel-sel dari kerusakan, peradangan, dan stres oksidatif.

Namun, sebaiknya konsumsi daging ular yang tidak berbisa, seperti ular jenis piton sanca. Pasalnya, daging ular yang berbisa berisiko meninggalkan residu bisa.

2. Melancarkan suplai oksigen

Bernapas lewat hidung atau dengan mulut

Riset dalam jurnal Meat Science menyebut bahwa hewan reptil mengandung zat besi heme yang lebih mudah diserap tubuh daripada jenis zat besi lainnya.

Hewan reptil juga dianggap kaya zat besi.

Zat besi sendiri berguna untuk membantu mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan lain di tubuh Anda.

Selain itu, zat besi berperan untuk membantu sel-sel bekerja dengan baik dalam memproduksi hormon.

Zat besi juga membantu proses perkembangan sel dan jaringan tubuh. 

3. Mengatasi peradangan dan infeksi bakteri

Sebuah ulasan dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (2021) menyebutkan empedu ular piton berpotensi menjadi antioksidan. 

Empedu ular piton mengandung asam empedu, garam empedu, protein, dan antioksidan berupa glutathione, vitamin E, dan melatonin. 

Kandungan tersebut berpotensi sebagai agen antiradang dan antibakteri.

Khasiat ini dapat meningkatkan kebugaran, mempercepat penyerapan vitamin, dan mengobati gejala batu empedu. 

Namun, diperlukan penelitian baik eksperimental maupun uji klinis untuk memastikan manfaat kandungan senyawa empedu ular sanca di Indonesia.

4. Menjaga kesehatan tulang

Daging ular diketahui mengandung kalsium yang bermanfaat untuk kesehatan tulang.

Kalsium merupakan mineral penting yang membantu memperkuat struktur tulang dan gigi, serta mencegah pengeroposan tulang seiring bertambahnya usia.

Kandungan kalsium dalam daging ular ini menjadikannya salah satu sumber alternatif yang potensial untuk menjaga kepadatan tulang.

Dengan konsumsi yang tepat, daging ular bisa menjadi tambahan asupan nutrisi alami yang mendukung kekuatan tulang dan kesehatan sistem rangka tubuh.

5. Baik untuk kesehatan jantung

Kalium dalam daging ular berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan, fungsi otot, dan kesehatan jantung.

Mineral ini membantu mengatur tekanan darah dengan menetralkan efek natrium berlebih, sehingga bisa menurunkan risiko hipertensi.

Selain itu, kalium juga mendukung kontraksi otot yang normal dan fungsi saraf yang optimal.

Kandungan kalium dalam daging ular menjadikannya sumber nutrisi yang bisa mendukung kestabilan fungsi tubuh, terutama sistem saraf dan kardiovaskular.

Aturan makan daging ular

Tidak diketahui dengan pasti bagaimana aturan makan daging ular yang benar dan aman untuk kesehatan. 

Sebagian daging ular, seperti jenis piton sanca, memang dianggap aman dikonsumsi dalam jumlah tertentu. 

Meskipun begitu, konsumsi berlebihan atau dalam jangka panjang berisiko menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh. 

Jika Anda akan menyiapkan daging ular, olah dengan hati-hati karena ular dapat membawa berbagai jenis bakteri, virus, dan parasit.

Pastikan untuk mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah memegang ular, serta bersihkan semua peralatan yang Anda gunakan selama persiapan.

Banyak orang yang memasak daging ular merekomendasikan untuk membuang kulit, kepala, dan isi perutnya terlebih dahulu.

Merebus daging ular sebelum dimasak dapat membunuh bakteri berbahaya.

Apabila Anda tidak yakin bagaimana cara yang tepat mengolah daging ular jenis apapun, sebaiknya hindari untuk mengonsumsinya. 

Efek samping makan daging ular

bakteri penyebab keracunan makanan

Masih tertarik mencoba daging ular? Anda perlu tahu sejumlah efek samping ditimbulkan dari mengonsumsi daging ular berikut ini. 

1. Kontaminasi racun

Selalu ada bahaya mengonsumsi daging ular terutama dari daging ular yang kurang matang atau mentah. 

Makan daging ular yang tidak disiapkan dengan benar dapat mengakibatkan komplikasi medis yang serius.

Pasalnya, jaringan tulang ular cukup luas dan mengolah daging ular membutuhkan kemampuan khusus. 

Tulang dari banyak spesies ular masih bisa terkontaminasi racun bahkan setelah ular mati sekalipun. 

Hal ini membuat pengolahan daging ular oleh juru masak yang tidak berpengalaman cukup berbahaya.

2. Infeksi mikroba dan parasit

Memakan hewan reptil dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang serius sebagai akibat infeksi parasit, bakteri, dan virus. 

Menurut studi terbitan International Journal of Food Microbiology, berikut ini risiko infeksi yang bisa dialami dari makan daging ular. 

  • Trichinosis (infeksi parasit cacing).
  • Pentastomiasis (infeksi parasit).
  • Gnathostomiasis (infeksi cacing nematoda).
  • Sparganosis (infeksi cacing pita).

Infeksi tersebut biasanya disebabkan oleh bakteri penyebab keracunan makanan berikut ini. 

  • Salmonella (penyebab salmonellosis).
  • Shigella (penyebab infeksi saluran pencernaan).
  • Escherichia coli (penyebab infeksi saluran pencernaan akut).
  • Yersinia enterocolitica (penyebab limfadenitis dan gastroenteritis).
  • Campylobacter (penyebab keracunan makanan).
  • Clostridium (penyebab diare dan peradangan).
  • Staphylococcus aureus (penyebab infeksi saluran kemih dan kulit).

3. Kontaminasi logam berat

Konsumsi jangka panjang dan berlebihan daging, empedu, dan darah ular bisa mengakibatkan keracunan logam berat, seperti merkuri.

Pasalnya, ular merupakan hewan karnivora yang memakan hewan lain seperti, hewan pengerat, unggas, dan lainnya.

Hewan-hewan tersebut memakan tumbuhan dan meminum air yang mungkin juga terkontaminasi logam berat.

Oleh karena itu, daging hewan ini bisa mengandung logam berat.

Ringkasan

  • Kandungan zat gizi ular yaitu berupa lemak, kalsium, fosfor, seng, zat besi, dan magnesium.
  • Meski belum terbukti secara klinis, daging ular dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan suplai oksigen, serta mengatasi peradangan dan infeksi berkat kandungan mineral dan antioksidannya.
  • Namun, konsumsi daging ular tetap harus hati-hati karena berisiko menyebabkan kontaminasi racun, infeksi mikroba atau parasit, serta keracunan logam berat jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak diolah dengan benar.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Lim P. (2017). Asian herbals and aphrodisiacs used for managing ED. Translational andrology and urology6(2), 167–175. https://doi.org/10.21037/tau.2017.04.04

Vasaruchapong, T., Laoungbua, P., Tawan, T., & Chanhome, L. (2017). The survey of internal parasites of consumed – Siamese cobra (Naja kaouthia) in Thailand. Veterinary parasitology, regional studies and reports9, 88–92. https://doi.org/10.1016/j.vprsr.2017.06.005

Zulkarnain, Z, et al. (2021). Efficacy and safety in consuming python bile: a literature study. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. https://doi.org/10.1088/1755-1315/637/1/012019

Kölle, P., Böswald, L. F., Brenner, A., & Kienzle, E. (2022). Chemical composition of snakes. Plos one, 17(6), e0266850.

Administration. (2024). Snakes: The new, high-protein superfood. Retrieved 30 April 2025, from https://lighthouse.mq.edu.au/article/march-2024/snakes-the-new-high-protein-superfood

Mohamed Abd El-Aziz, T., Garcia Soares, A., & Stockand, J. D. (2019). Snake Venoms in Drug Discovery: Valuable Therapeutic Tools for Life Saving. Toxins11(10), 564. https://doi.org/10.3390/toxins11100564

Versi Terbaru

30/04/2025

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Annisa Nur Indah Setiawati


Artikel Terkait

5 Manfaat Daging Domba Biarpun Tinggi Kolesterol

10 Manfaat Daging Sapi, Daging Merah yang Kaya Protein


Ditinjau oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes. · Magister Kesehatan · None · Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Diperbarui 30/04/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan