Sejak mekanisme pertahanan diri dikembangkan oleh Sigmund Freud dan putrinya, sudah banyak ahli lain yang turut menyumbang teori untuk melengkapi berbagai jenis pertahanan diri.
Berikut adalah macam-macam mekanisme pertahanan diri yang paling banyak ditemui dan dipelajari.
1. Penyangkalan (denial)
Orang yang melakukan penyangkalan tahu bahwa apa yang ia lakukan salah atau merugikan, tetapi ia menggunakan berbagai alasan supaya hal tersebut bisa diterima.
Salah satu contohnya terlihat pada masalah kecanduan rokok. Daripada mengakui kebiasaan tersebut dan berhenti merokok, ia justru menyangkal dengan berpikir, “Ah, saya kan hanya merokok kalau sedang stres berat saja.”
2. Represi
Saat seseorang merasa bahwa situasi atau konflik tertentu sudah berada di luar kendalinya, ia justru memilih untuk melupakan atau tak mau mengakuinya sama sekali.
Contoh dari represi yaitu saat Anda kehilangan sosok yang sangat dekat dengan Anda. Alih-alih menerima kenyataan dan menerima kesepian, Anda justru menganggap bahwa orang tersebut masih hidup.
3. Regresi

Mekanisme pertahanan diri ini ditandai dengan mundurnya kondisi psikologi seseorang kembali ke masa-masa kecilnya dahulu. Saat merasa gugup karena takut ditegur atasan, Anda mungkin malah menangis terisak-isak seperti anak kecil.
Atau jika Anda mengalami depresi usai putus cinta, Anda tak mau keluar kamar untuk pergi ke kampus atau kantor sama sekali. Anda hanya mau meringkuk seharian di tempat tidur sambil memeluk boneka kesayangan Anda.
4. Proyeksi
Untuk mempertahankan diri dari perasaan, pikiran, atau emosi yang sulit Anda terima, Anda justru memproyeksikan perasaan tersebut pada orang lain.
Sebagai contoh, Anda sebenarnya belum benar-benar yakin dengan kekasih Anda, tapi Anda takut meninggalkannya.
Alih-alih menghadapinya, Anda justru memproyeksikan keraguan ini pada sahabat Anda dengan menuduhnya tidak mendukung hubungan Anda dengan kekasih.
5. Rasionalisasi
Mencoba merasionalisasikan pikiran, perkataan, atau perbuatan yang Anda tahu sebenarnya salah juga termasuk salah satu dari macam-macam mekanisme pertahanan diri.
Contohnya, Anda selalu datang terlambat ke kantor dan akhirnya ditegur oleh atasan. Untuk menghindari rasa bersalah atau malu, Anda beralasan bahwa rumah Anda jauh dari kantor dan selalu terjebak macet.
Padahal, Anda sebenarnya bisa saja berangkat lebih pagi dari biasanya supaya tidak terlambat.
6. Sublimasi

Sublimasi terjadi saat Anda melampiaskan emosi negatif pada hal-hal yang positif.
Sebagai gambaran, Anda baru saja bertengkar hebat dengan pasangan. Untuk melepaskan amarah dan kekesalan, Anda mencari kegiatan yang berguna seperti berolahraga atau memotong rumput.
Meski kesannya positif, Anda sebenarnya hanya “haus” untuk meluapkan perasaan ingin menghancurkan atau merusak sesuatu. Jenis mekanisme pertahanan diri ini cukup sering ditemui dalam masyarakat.
7. Pengalihan (displacement)
Berbeda dengan sublimasi ketika Anda mencari pelampiasan emosi yang bersifat positif, pengalihan justru membuat Anda mencari objek yang bisa menjadi sasaran luapan emosi negatif Anda.
Contohnya saat Anda gagal memenuhi target kerja. Anda pulang ke rumah dengan membawa kekecewaan tersebut dan jadi bertindak kasar seperti membanting pintu, membentak pasangan atau anggota keluarga, atau menyetir kendaraan ugal-ugalan.
8. Introyeksi
Introyeksi, atau juga disebut identifikasi, merupakan mekanisme defensif ketika seseorang mengambil perilaku, sifat, atau perkataan orang lain untuk ditanamkan pada diri sendiri.
Ambil contoh ketika Anda gagal menjadi juara pada suatu perlombaan. Ada seseorang yang bilang bahwa Anda tak cukup berbakat atau hal itu bukanlah keahlian Anda.
Tanpa disadari, Anda mengamini perkataan tersebut dan tak lagi melakukannya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar