11 Reaksi Psikologis yang Anda Lakukan dalam Situasi Negatif

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    11 Reaksi Psikologis yang Anda Lakukan dalam Situasi Negatif

    Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam melindungi diri. Ada yang melampiaskan emosi pada orang-orang terdekatnya, tapi ada juga yang justru menyibukkan diri dengan bekerja supaya bisa melupakan kegalauannya. Disebut sebagai mekanisme pertahanan diri, kira-kira cara mana yang biasanya Anda pakai saat sedang stres atau dirundung masalah?

    Ayo, cari tahu jawabannya di bawah ini.

    Mekanisme pertahanan diri dari sudut pandang psikologi

    hormon stres

    Dalam menjalani hidup, setiap orang pasti menemui berbagai masalah. Mulai dari masalah yang cukup sepele seperti stres karena jalanan macet hingga masalah besar seperti perceraian atau kehilangan sosok yang dicintai.

    Berbagai kesulitan yang harus Anda hadapi tersebut mungkin membuat pikiran Anda kewalahan.

    Sama seperti tubuh yang akan bereaksi untuk melindungi diri saat berada dalam bahaya, jiwa Anda juga memiliki sistem khusus untuk mempertahankan diri.

    Secara tidak sadar, Anda akan langsung membangun mekanisme defensif supaya hidup Anda tidak terganggu dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

    Mekanisme pertahanan diri pertama kali dikembangkan oleh sepasang ayah dan anak asal Austria yang namanya cukup harum dalam ranah psikologi. Kedua orang tersebut adalah Sigmund Freud dan Anna Freud.

    Menurut ayah dan anak ini, saat Anda menghadapi situasi yang sulit atau tidak nyaman, pikiran Anda membutuhkan cara tertentu untuk melepaskan diri dari emosi yang muncul.

    Hal ini terjadi karena secara naluriah manusia selalu menghindari perasaan yang negatif, seperti sedih, marah, kecewa, malu, dan takut.

    Selain itu, Anda juga dituntut untuk tidak meluapkan emosi negatif dalam masyarakat dan lingkungan sosial.

    Pada saat inilah pikiran Anda akan membentuk mekanisme pertahanan diri. Mekanisme defensif ini berfungsi untuk menghalau perasaan supaya kejadian dan pengalaman yang tidak menyenangkan jadi terasa lebih baik.

    Pikiran Anda akan mengaktifkan mode pertahanan diri ini secara otomatis, yang berarti di luar kesadaran dan kendali Anda.

    Namun, emosi tersebut tidak benar-benar hilang dari benak Anda. Anda hanya bisa menekan atau mengesampingkannya.

    Oleh sebab itu, mekanisme pertahanan diri bukanlah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah, melainkan semata-mata reaksi alami jiwa terhadap masalah.

    Berbagai jenis reaksi psikologis untuk pertahanan diri

    kenapa saya masih jomblo

    Sejak mekanisme pertahanan diri dikembangkan oleh Sigmund Freud dan putrinya, sudah banyak ahli lain yang turut menyumbang teori untuk melengkapi berbagai jenis pertahanan diri.

    Berikut adalah macam-macam mekanisme pertahanan diri yang paling banyak ditemui dan dipelajari.

    1. Penyangkalan (denial)

    Orang yang melakukan penyangkalan tahu bahwa apa yang ia lakukan salah atau merugikan, tetapi ia menggunakan berbagai alasan supaya hal tersebut bisa diterima.

    Salah satu contohnya terlihat pada masalah kecanduan rokok. Daripada mengakui kebiasaan tersebut dan berhenti merokok, ia justru menyangkal dengan berpikir, “Ah, saya kan hanya merokok kalau sedang stres berat saja.”

    2. Represi

    Saat seseorang merasa bahwa situasi atau konflik tertentu sudah berada di luar kendalinya, ia justru memilih untuk melupakan atau tak mau mengakuinya sama sekali.

    Contoh dari represi yaitu saat Anda kehilangan sosok yang sangat dekat dengan Anda. Alih-alih menerima kenyataan dan menerima kesepian, Anda justru menganggap bahwa orang tersebut masih hidup.

    3. Regresi

    ciri-ciri orang kesepian

    Mekanisme pertahanan diri ini ditandai dengan mundurnya kondisi psikologi seseorang kembali ke masa-masa kecilnya dahulu. Saat merasa gugup karena takut ditegur atasan, Anda mungkin malah menangis terisak-isak seperti anak kecil.

    Atau jika Anda mengalami depresi usai putus cinta, Anda tak mau keluar kamar untuk pergi ke kampus atau kantor sama sekali. Anda hanya mau meringkuk seharian di tempat tidur sambil memeluk boneka kesayangan Anda.

    4. Proyeksi

    Untuk mempertahankan diri dari perasaan, pikiran, atau emosi yang sulit Anda terima, Anda justru memproyeksikan perasaan tersebut pada orang lain.

    Sebagai contoh, Anda sebenarnya belum benar-benar yakin dengan kekasih Anda, tapi Anda takut meninggalkannya.

    Alih-alih menghadapinya, Anda justru memproyeksikan keraguan ini pada sahabat Anda dengan menuduhnya tidak mendukung hubungan Anda dengan kekasih.

    5. Rasionalisasi

    Mencoba merasionalisasikan pikiran, perkataan, atau perbuatan yang Anda tahu sebenarnya salah juga termasuk salah satu dari macam-macam mekanisme pertahanan diri.

    Contohnya, Anda selalu datang terlambat ke kantor dan akhirnya ditegur oleh atasan. Untuk menghindari rasa bersalah atau malu, Anda beralasan bahwa rumah Anda jauh dari kantor dan selalu terjebak macet.

    Padahal, Anda sebenarnya bisa saja berangkat lebih pagi dari biasanya supaya tidak terlambat.

    6. Sublimasi

    Tidak berkeringat saat olahraga

    Sublimasi terjadi saat Anda melampiaskan emosi negatif pada hal-hal yang positif.

    Sebagai gambaran, Anda baru saja bertengkar hebat dengan pasangan. Untuk melepaskan amarah dan kekesalan, Anda mencari kegiatan yang berguna seperti berolahraga atau memotong rumput.

    Meski kesannya positif, Anda sebenarnya hanya “haus” untuk meluapkan perasaan ingin menghancurkan atau merusak sesuatu. Jenis mekanisme pertahanan diri ini cukup sering ditemui dalam masyarakat.

    7. Pengalihan (displacement)

    Berbeda dengan sublimasi ketika Anda mencari pelampiasan emosi yang bersifat positif, pengalihan justru membuat Anda mencari objek yang bisa menjadi sasaran luapan emosi negatif Anda.

    Contohnya saat Anda gagal memenuhi target kerja. Anda pulang ke rumah dengan membawa kekecewaan tersebut dan jadi bertindak kasar seperti membanting pintu, membentak pasangan atau anggota keluarga, atau menyetir kendaraan ugal-ugalan.

    8. Introyeksi

    Introyeksi, atau juga disebut identifikasi, merupakan mekanisme defensif ketika seseorang mengambil perilaku, sifat, atau perkataan orang lain untuk ditanamkan pada diri sendiri.

    Ambil contoh ketika Anda gagal menjadi juara pada suatu perlombaan. Ada seseorang yang bilang bahwa Anda tak cukup berbakat atau hal itu bukanlah keahlian Anda.

    Tanpa disadari, Anda mengamini perkataan tersebut dan tak lagi melakukannya.

    9. Formasi reaksi

    Orang-orang yang melakukan mekanisme pertahanan ini cenderung melakukan tindakan yang berlawanan dengan apa yang dirasakan.

    Biasanya, formasi reaksi dilakukan ketika seseorang bertemu orang lain yang tidak disukainya. Agar diterima dalam pergaulan, ia tetap memperlakukan orang tersebut dengan sangat baik walau terpaksa.

    10. Penghindaran

    Bagi Anda yang tidak suka konflik, mungkin penghindaran sering kali menjadi cara Anda untuk melindungi perasaan sendiri.

    Pada mekanisme penghindaran, seseorang menolak untuk menghadapi objek dan situasi yang tidak menyenangkan.

    Ketimbang membicarakannya dengan orang lain, ia akan menghindarinya sama sekali sehingga ia tidak harus berurusan dengan masalah tersebut.

    11. Identifikasi dengan agresor

    Identifikasi dengan agresor melibatkan adopsi perilaku dari seseorang yang lebih kuat atau berkuasa demi melindungi diri. Sebagai contoh, seorang korban perisakan (bullying) malah meniru perilaku orang yang menyakitinya.

    Pada akhirnya, si agresor (orang yang melakukan bullying) mulai merasakan hubungan emosional dengan korban yang mengarah pada perasaan empati.

    Beberapa mekanisme pertahanan diri di atas memang bisa memberikan efek yang positif bagi kesehatan mental. Meski demikian, tindakan ini bisa menimbulkan masalah bila terus digunakan secara berlebihan.

    Bila Anda merasa kesulitan ketika menghadapi kejadian yang tidak diinginkan, mintalah bantuan pada orang-orang terdekat atau konsultasi ke psikolog.

    Konsultasi dapat membantu Anda untuk menemukan cara yang lebih baik dalam mengatasi kesulitan.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Klinik Chika Medika


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Iklan
    Iklan
    Iklan