Tahukah Anda bahwa depresi terdiri dari beberapa jenis? Salah satu jenis depresi yang paling umum dan cukup parah gejalanya adalah gangguan depresi mayor.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tahukah Anda bahwa depresi terdiri dari beberapa jenis? Salah satu jenis depresi yang paling umum dan cukup parah gejalanya adalah gangguan depresi mayor.
Ketahui tanda dan gejala, penyebab, serta perawatan yang tepat untuk masalah kesehatan mental ini melalui uraian berikut.
Gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) adalah suatu masalah mental yang ditandai dengan perasaan sedih dan kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari.
Kondisi yang juga disebut depresi klinis ini juga dapat menyebabkan gangguan tidur, perubahan berat badan secara drastis, hingga pikiran dan keinginan bunuh diri.
Gejala yang intens tersebut ada setidaknya selama dua minggu. Hal ini tentu menimbulkan masalah pada kehidupan sosial, pekerjaan, hingga kesejahteraan hidup pengidapnya.
Salah satu jenis depresi yang juga dikenal sebagai depresi berat ini dapat memengaruhi orang-orang pada usia berapa pun, termasuk anak-anak dan orang dewasa.
Depresi berat memengaruhi 5–17% orang pada suatu waktu dalam hidupnya. Wanita berisiko dua kali lebih besar daripada pria untuk mengalaminya.
Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) menjelaskan bahwa gangguan depresi mayor terbagi ke dalam subtipe yang spesifik seperti berikut ini.
Gejala gangguan depresi mayor bisa berkisar dari ringan hingga berat. Namun, gejala tersebut akan berlangsung hampir sepanjang hari dan setiap hari, setidaknya selama dua minggu.
Dikutip dari DSM-5, berikut ini beberapa tanda dan gejala depresi klinis yang perlu diperhatikan.
Belum diketahui pasti penyebab dari depresi klinis. Namun, kombinasi faktor genetik, biologis, dan lingkungan diduga berperan dalam berkembangnya gangguan ini.
Orang yang memiliki riwayat keluarga depresi klinis tiga kali lebih mungkin untuk mengalami gangguan mental ini. Namun, Anda juga bisa mengalami MDD tanpa riwayat keluarga.
Ketidakseimbangan neurotransmiter atau bahan kimia dalam otak, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin, diduga berperan dalam perkembangan MDD.
Berbagai senyawa tersebut terlibat dalam pengaturan suasana hati, tidur, nafsu makan, dan rasa sakit.
Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, termasuk kematian orang yang dicintai, perceraian, kehilangan pekerjaan, hingga penyakit fisik dapat meningkatkan risiko major depressive disorder.
Trauma masa kecil akibat kekerasan fisik atau seksual juga berkaitan dengan perkembangan gangguan mental ini di kemudian hari.
Diagnosis umumnya dimulai dengan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium untuk mengesampingkan masalah kesehatan fisik yang bisa memicu gejala menyerupai depresi.
Dokter akan bekerja sama dengan ahli kesehatan mental, seperti psikolog dan psikiater, dalam mendiagnosis gejala gangguan depresi mayor.
Menurut DSM-5, seseorang harus memiliki lima atau lebih gejala MDD seperti di atas. Dua dari lima gejala harus termasuk perasaan sedih dan hilangnya minat pada aktivitas sehari-hari.
Gejala-gejala tersebut juga harus berlangsung setiap hari, hampir sepanjang hari, serta selama setidaknya dua minggu atau lebih.
Ahli kesehatan mental juga memastikan bahwa orang tersebut tidak mengalami episode mania atau hipomania yang mungkin menandakan gangguan bipolar.
Dikutip dari Cleveland Clinic, sekitar 5–10% pengidap jenis depresi ini mengalami gangguan bipolar.
Tergantung tingkat keparahan gangguan yang Anda alami, dokter dan ahli kesehatan mental dapat merekomendasikan beberapa perawatan seperti berikut ini.
Dokter dapat meresepkan satu atau beberapa kombinasi obat antidepresan untuk mengontrol gejala gangguan depresi mayor (MDD) yang Anda alami.
Secara umum, butuh waktu sekitar 2–4 minggu sebelum obat antidepresan oral menunjukkan hasilnya. Jika gejala tersebut tidak berkurang, dokter bisa meresepkan esketamin.
Esketamin atau esketamine hydrochloride merupakan obat semprot hidung (nasal spray) yang dapat diberikan pada pasien yang resisten terhadap obat antidepresan oral.
Terapi psikologis atau psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal (IPT), bisa menjadi metode pengobatan yang efektif untuk depresi klinis.
CBT dapat membantu Anda mengenali dan secara bertahap mengubah pikiran atau perilaku negatif yang menyebabkan timbulnya gejala depresi.
Sementara itu, IPT akan membantu membangun kembali serta meningkatkan hubungan Anda dengan orang lain, seperti keluarga, sahabat, maupun rekan kerja.
Terapi stimulasi otak akan dilakukan pada kasus depresi klinis yang parah ketika pasien tidak mampu meresepons obat dan psikoterapi dengan baik.
Salah satu bentuk terapi yang umumnya dilakukan yakni terapi elektrokonvulsif (ECT). Prosedur ini melibatkan pemberian arus listrik singkat ke otak saat Anda berada di bawah pengaruh obat bius.
Tidak ada cara pasti untuk mencegah depresi. Namun, Anda dapat mengurangi risiko dari gangguan mental ini dengan melakukan pola hidup sehat seperti berikut.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai gangguan depresi mayor, konsultasikanlah dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan informasi terbaik.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar