Sikap defensif sering kali menjadi tantangan dalam berkomunikasi. Meski kemunculannya merupakan suatu bentuk pertahanan diri, sikap defensif sangat berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sosial Anda. Mengapa demikian?
Apa itu defensif?
Sikap defensif merupakan respons manusiawi seseorang terhadap situasi yang membuatnya merasa diserang, dikritik, atau disalahkan.
Respons ini menjadi salah satu mekanisme pertahanan diri yang muncul sebagai cara melindungi diri dari perasaan bersalah.
Seseorang yang menunjukkan sikap defensif cenderung menolak kritik untuk mengindari emosi yang membuatnya tidak nyaman.
Beberapa emosi tersebut mungkin berbentuk rasa malu, sakit hati, bersalah, marah, atau sedih.
Penyebab sikap defensif
Sikap defensif sering kali berakar dari banyak faktor yang membentuk cara seseorang berinteraksi dengan dunia. Berikut adalah beberapa faktor yang membuat seseorang berperilaku defensif.
1. Mengalami trauma atau pelecehan
Sikap defensif dapat muncul sebagai reaksi terhadap pengalaman traumatis atau pelecehan pada masa kanak-kanak.
Ini mungkin menjadi mekanisme pertahanan seseorang untuk merasa lebih kuat dan melindungi dirinya dari perasaan tidak aman.
2. Kesulitan dalam berkomunikasi secara asertif
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara asertif atau kecemasan sosial juga dapat mendorong sikap defensif.
Orang yang merasa sulit untuk menyampaikan pendapat atau perasaan mereka dengan tegas mungkin cenderung bersikap seperti ini.
3. Pengaruh lingkungan
Mekanisme pertahanan ini juga dapat dipelajari dari lingkungan sekitar, terutama dari orangtua atau pasangan.
Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang menganggap sikap ini sebagai respons yang wajar, ia mungkin mengadopsi perilaku ini.
4. Cenderung suka menyembunyikan kebenaran
Sikap defensif juga dapat muncul ketika seseorang mencoba menyembunyikan kebenaran atau berbohong.
Respons ini berfungsi sebagai upaya untuk melindungi diri sendiri dari fakta yang sesungguhnya.
5. Kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan
Seseorang mungkin juga melakukan mekanisme pertahanan ini jika merasa tidak mampu mengikuti perubahan.
Respons ini juga bisa muncul ketika seseorang menghadapi kritik terkait dengan aspek diri yang sulit diubah.
6. Gejala gangguan kesehatan mental
Pada beberapa kasus, sikap defensif dapat menjadi gejala dari masalah kesehatan mental, seperti gangguan kepribadian atau gangguan makan.
Ini menunjukkan bahwa respons tersebut dapat berkaitan dengan masalah psikologis yang lebih besar.
Jenis sikap defensif
Ketika berhadapan dengan situasi yang menantang, seseorang mungkin mengadopsi berbagai jenis mekanisme pertahanan diri.
Terlepas dari apakah tindakan ini dilakukan secara sadar ataupun tidak, manusia melakukannya untuk melindungi diri dari perasaan tidak nyaman.
Berikut adalah beberapa jenis sikap pertahanan diri yang mungkin pernah Anda jumpai pada diri seseorang.
1. Merendahkan orang lain
Perilaku merendahkan orang lain biasanya dilakukan dengan cara menyerang karakter seseorang untuk merendahkan mereka.
Respons ini sering kali muncul ketika seseorang tidak mau menghadapi kritik atau penolakan dengan cara yang positif.
2. Mengungkit masa lalu
Orang dengan sikap defensif ternyata juga sering mengungkit masa lalu. Mereka senang mengingatkan orang lain tentang kesalahan atau tindakan buruk yang mereka lakukan di masa lalu.
Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mengalihkan perhatian orang lain dari kritik yang diterimanya saat ini.
3. Silent treatment
Silent treatment terjadi ketika seseorang memilih untuk tidak berbicara dengan orang lain sebagai bentuk balasan terhadap kritik atau perbedaan pendapat.
Perilaku ini dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan interpersonal.
4. Gaslighting
Gaslighting adalah taktik untuk membuat orang lain meragukan kewarasan atau ingatan mereka. Cara ini biasanya disertai dengan penyangkalan atau kebohongan tentang peristiwa tertentu.
Jadi, meskipun Anda sudah mengatakan hal yang sebenarnya, ia akan membuat Anda meragukan kembali hal tersebut.
5. Menyalahkan orang lain
Dalam upaya untuk menghindari tanggung jawab, seseorang mungkin menyalahkan orang lain atau mengalihkan kesalahan atas tindakan atau keputusan mereka.
Ini adalah caranya untuk melindungi diri dari emosi negatif dan mungkin rasa malu atas kesalahannya.
6. Playing victim
Orang yang melakukan playing victim mungkin akan setuju dengan kritik yang diterimanya. Lalu, ia akan menyalahkan dirinya sendiri untuk mendapatkan simpati.
Dengan begitu, ia bisa mengubah situasi, dari orang yang bersalah menjadi korban.
Cara mengatasi sikap defensif
Sikap defensif bisa menjadi tantangan. Namun, dengan kesadaran dan upaya yang tepat, Anda dapat mengatasi kecenderungan tersebut.
Berikut beberapa langkah yang dapat membantu Anda mengatasi sikap ini.
1. Menyadari dan mengakui bahwa Anda sedang berlaku defensif
Langkah awal yang perlu Anda lakukan adalah menyadari kapan sikap pertahanan diri muncul. Catat apa yang Anda rasakan dan ingat kembali bagaimana reaksi Anda terhadap orang lain.
Setelah itu, Akui dan terima perasaan Anda tanpa menghakimi diri sendiri. Validasi yang Anda lakukan akan membantu mengurangi intensitas emosi dan membuka ruang untuk respons yang lebih sehat.
2. Jangan bertindak ketika emosi
Meskipun merasa defensif, Anda tidak harus bertindak sesuai dengan perasaan tersebut.
Beri diri Anda kesempatan untuk mengevaluasi emosi tersebut sebelum mengambil tindakan. Hindari reaksi impulsif dan pertimbangkan dampak dari respons Anda.
3. Antisipasi kapan Anda mungkin berlaku defensif
Kenali apa saja situasi atau siapa saja yang mungkin memicu sikap pertahanan diri Anda.
Dengan mengantisipasinya, Anda dapat merencanakan tanggapan yang lebih baik. Persiapkan diri Anda untuk tetap tenang dan terkontrol dalam situasi tersebut.
4. Menemui terapis
Jika sikap defensif Anda sulit diatasi, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor.
Mereka dapat memberikan wawasan dan strategi yang lebih mendalam untuk mengelola pola perilaku ini.
5. Mulai bertanggung jawab
Saat merasa disakiti atau dikritik, coba ambil tanggung jawab atas bagian Anda dalam situasi tersebut.
Mengakui kesalahan atau kekurangan dapat meredakan ketegangan dan memulai proses penyelesaian.
Menerapkan langkah-langkah ini memerlukan kesabaran dan konsistensi. Proses perubahan mungkin tidak instan, tetapi dengan tekad dan usaha, Anda dapat membangun respons defensif yang lebih sehat dan terbuka.
Kesimpulan
- Sikap defensif merupakan respons manusiawi seseorang terhadap situasi yang membuatnya merasa diserang, dikritik, atau disalahkan.
- Sikap ini bisa timbul akibat trauma, kesulitan dalam berkomunikasi secara asertif, pengaruh lingkungan, hingga gangguan mental.
- Anda bisa menguranginya dengan melakukan refleksi diri, belajar memenuhi tanggung jawab, dan berkonsultasi kepada seorang psikolog jika perlu.