Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

8 Jenis Trauma Psikologis yang Bisa Menyebabkan Masalah Mental

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/10/2021

    8 Jenis Trauma Psikologis yang Bisa Menyebabkan Masalah Mental

    Trauma bukan hanya bisa terjadi pada fisik, tapi juga psikologis. Seseorang yang mengalami trauma psikologis, memiliki kemungkinan besar mengidap gangguan kecemasan, depresi, maupun PTSD (post trauma stress disorder). Gangguan psikologis ini dapat membuat pengidapnya kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari. Apa saja jenis dari trauma psikologis?

    Jenis trauma psikologis yang perlu Anda tahu

    Trauma psikologis adalah kondisi akibat peristiwa yang membuat seseorang tidak merasa aman dan tidak berdaya. Pengalaman traumatis tersebut kerap membuat pengidapnya harus berjuang keras mengontrol emosi dan ingatan yang buruk, serta kecemasan yang sulit untuk dihilangkan.

    Kondisi ini dapat membuatnya kewalahan menghadapi situasi-situasi tertentu yang bisa memicu trauma, perasaan terisolasi disertai sulitnya percaya pada orang lain. Tanpa penanganan yang tepat, peristiwa traumatis bisa menyebabkan stres dan cemas berkepanjangan hingga berakhir pada sejumlah masalah mental.

    Secara umum, trauma terbagi menjadi 3, yakni:

    • Trauma akut yang merupakan hasil dati satu peristiwa stres atau berbahaya.
    • Trauma kronis yakni paparan berulang dan berkepanjangan terhadap peristiwa yang sangat menegangkan.
    • Trauma kompleks yaitu hasil dari paparan beberapa peristiwa traumatis.

    Selain klasifikasi di atas, berdasarkan The National Child Traumatik Stress Network, ada beberapa jenis trauma psikologis yang bisa dihadapi seseorang.

    1. Bullying

    Perundungan (bullying) adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan kerugian sosial, emosional, fisik, dan psikologis pada seseorang yang dianggap lemah. Tindakan ini biasanya terjadi berulang kali dan bisa menghambat seseorang untuk dapat menikmati kehidupan, pembelajaran, serta lingkungan kerja yang aman dan bebas stres.

    Bullying tidak hanya berupa kekerasan fisik, seperti memukul, menendang, atau mendorong. Tindak perundungan juga bisa berupa kekerasan verbal seperti memanggil dengan sebutan yang buruk, menggoda, mengancam, mengejek, atau memberikan komentar yang tidak pantas.

    Perundungan kerap dilakukan dengan menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, mengirim konten negatif yang berbahaya, atau sengaja mengunggah gambar dan teks jahat secara daring ke media sosial.

    Jenis trauma psikologis ini dapat memengaruhi citra seseorang terhadap dirinya sehingga membuat korban menarik diri dari lingkungan atau sekolah. Dalam jangka panjang, bullying bisa memicu terjadinya depresi, penyalahgunaan obat-obatan, perilaku menyakiti diri sendiri, dan percobaan bunuh diri.

    2. Kekerasan oleh suatu komunitas

    Tindakan kekerasan dalam komunitas maksudnnya adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain atau kelompok yang tidak memiliki hubungan dekat dengan korban. Contoh tindakan kekerasan oleh komunitas meliputi korban tawuran, terlibat dalam situasi penembakan di tempat umum, perang, perampokan, atau serangan teroris.

    Meskipun kondisi ini bisa diantisipasi, kekerasan komunitas dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Akibatnya, hal ini bisa menyebabkan seseorang merasa ketakutan luar biasa sehingga menganggap dunia tidaklah aman.

    Orang dengan pengalaman traumatis ini bisa mengalami gangguan kecemasan, serangan panik, atau PTSD.

    3. Trauma kompleks

    kekerasan dalam rumah tangga

    Jenis trauma psikologis selanjutnya adalah trauma kompleks yang umumnya disebabkan oleh beberapa peristiwa traumatis yang terjadi di masa lalu. Contoh peristiwa traumatis tersebut misalnya pelecehan seksual atau pengabaian yang mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang.

    Trauma yang terjadi di masa kecil ini bisa mengganggu banyak aspek perkembangan anak. Pada kebanyakan kasus, anak yang tumbuh dengan pengalaman traumatis seperti ini sangat sensitif dengan perasaan orang lain, dan cenderung menahan diri untuk tidak marah atau menangis.

    Perilaku ini sayangnya membuat mereka kerap kali tertekan, mudah stres, dan akhirnya meningkatkan risiko masalah mental di masa remaja atau dewasa.

    4. Trauma bencana alam

    Bencana alam seperti angin topan, gempa bumi, kebakaran hutan, tsunami, banjir, atau peristiwa bencana lainnya bisa menyebabkan seseorang mangalami trauma karena kehilangan orang yang dicintai, kesulitan ekonomi, cedera atau kecacatan fisik, dan dampak buruk lainnya.

    Peristiwa ini tentu meninggalkan bekas yang dalam yang akhirnya berkembang menjadi gangguan kecemasan atau serangan panik, jika berada di situasi-situasi yang menegangkan.

    [embed-community-18]

    5. Penganiayaan (kekerasan fisik)

    Jenis trauma psikologis lain yang umum terjadi adalah penganiayaan atau kekerasan fisik. Pengalaman traumatis ini bisa didapatkan seseorang dari orang-orang terekat, seperti orangtua, anggota keluarga, atau pengasuh.

    Tindakan kekerasan ini selain menimbulkan trauma psikologis juga menyebabkan bekas luka, rasa sakit parah, patah tulang, bahkan cedera lainnya. Pada masa dewasa, jenis trauma ini juga bisa terjadi misalnya ketika mengalami kekerasan dalam pacaran atau kekerasan dalam rumah tangga.

    6. Trauma pengobatan

    komplikasi perikarditis

    Stres traumatis karena pengobatan semasa kecil bisa memicu respons psikologis dan fisiologis seseorang terhadap rasa sakit, cedera, penyakit serius, atau prosedur medis tertentu.

    Perasaan stres, panik, dan tertekan bisa saja muncul ketika mengunjungi rumah sakit, melihat petugas medis menggunakan pakaian bedah, atau berada di tempat terang yang mengingatkan dirinya pada ruang bedah. Hal ini sangat mungkin terjadi ketika seseorang menjalani pengobatan jangka panjang yang efek samping atau prosesnya mengganggu kenyamanan dan keamanan si pasien.

    7. Pelecehan seksual

    Pengalaman yang kerap meninggalkan trauma ;ainnya adalah menjadi korban pelecehan seksual.

    Tindakan pelecehan tidak terbatas pada upaya menyentuh tubuh korban, tapi juga beberapa perilaku voyeurisme (mencoba melihat tubuh telanjang korban) atau eksibisionisme (mengekspos korban dengan hal-hak yang berbau pornografi). Meski sering terjadi pada perempuan, pelecehan seksual juga bisa menyerang laki-laki.

    8. Trauma duka cita

    Menerima kepergian seseorang yang disayangi bukan hal yang mudah, terlebih jika hal ini dialami oleh anak-anak. Konsep kematian yang abstrak sulit untuk dimengerti oleh mereka, apalagi jika kematian terjadi secara tiba-tiba, seperti kecelakaan dan anak melihat peristiwa tragis tersebut. Hal ini tentu akan meninggalkan kenangan yang buruk, dan sangat mungkin menjadi masalah mental di kemudian hari.

    Disclaimer

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/10/2021

    Iklan

    Apakah artikel ini membantu?

    Iklan
    Iklan