Meminta waktu untuk sendiri saat menghadapi konflik dengan orang lain memang wajar. Namun, jika Anda mendiamkan orang lain tanpa mau berkomunikasi, ini dapat disebut sebagai silent treatment.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika
Meminta waktu untuk sendiri saat menghadapi konflik dengan orang lain memang wajar. Namun, jika Anda mendiamkan orang lain tanpa mau berkomunikasi, ini dapat disebut sebagai silent treatment.
Pernahkah Anda melakukannya atau mendapatkan perlakuan ini dari orang lain? Apa dampaknya bagi hubungan dan kesehatan mental? Simak selengkapnya.
Silent treatment adalah sikap seseorang untuk memilih diam ketika berhadapan dengan konflik. Tidak selalu dalam hubungan asmara, tindakan ini juga bisa diterima dari teman, keluarga, bahkan rekan kerja.
Tindakan silent treatment bisa diambil seseorang ketika kewalahan menghadapi masalah dan akan mereda seiring ketegangan berlalu.
Namun, tindakan ini juga bisa berubah menjadi kekerasan emosional saat digunakan untuk memanipulasi atau mengontrol orang lain.
Bagi yang menerima perlakuan ini, mereka mungkin akan merasa dihukum dan dihantui pertanyaan atas kesalahan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari perilaku ini.
Tidak hanya menghindari pembicaraan secara langsung, silent treatment juga bisa berupa mengabaikan pesan atau tidak mengangkat telepon dengan sengaja.
Contoh lainnya dari silent treatment yaitu pengabaian langsung, misalnya saat usulan Anda diabaikan dalam diskusi.
Mereka yang melakukan tindakan ini mungkin menganggap Anda tidak ada di sana.
Tidak hanya pada orang dewasa, perilaku ini juga bisa diterima oleh anak-anak. Contohnya saat orang tua mendiamkan anaknya yang baru saja melakukan kesalahan.
Alih-alih mendisiplinkan anak, ini mungkin akan memberikan dampak negatif yang lebih besar karena emosi anak-anak masih belum stabil.
Secara garis besar, tindakan mendiamkan ini merupakan respons akan suatu konflik atau perasaan terluka. Namun, motivasinya dapat bervariasi.
Bagi beberapa orang, sikap ini diambil untuk menghindari konflik karena mereka tidak tahu bagaimana merespons sesuatu. Situasi ini seharusnya akan cepat mereda setelah semuanya terkendali.
Selain itu, silent treatment juga bisa dipilih ketika seseorang ingin memberi hukuman, baik kepada pasangan, rekan kerja, anak, atau yang lainnya.
Dengan begini, mereka berharap seseorang yang menerima perlakuannya menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan meminta maaf. Tindakan inilah yang bisa berubah menjadi kekerasan emosional.
Banyak orang memilih untuk mendiamkan pasangannya saat ada masalah karena ini dianggap sebagai bentuk hukuman yang paling tidak berbahaya.
Pasalnya, tindakan silent treatment tidak melibatkan kekerasan fisik atau verbal.
Pada kenyataannya, dampak silent treatment tidak kalah berbahaya. Tindakan ini bahkan bisa memberikan dampak secara emosional yang terkadang tidak terlihat langsung, seperti meningkatnya risiko masalah psikologis.
Apa pun alasan seseorang mendiamkan Anda tanpa alasan, ini pasti memberikan dampak negatif bagi hubungan dan orang yang menerimanya.
Beberapa dampak silent treatment yang paling umum antara lain:
Saat seseorang menerima perlakuan ini terus menerus, bukan tidak mungkin mereka mempertanyakan nilai dan harga dirinya. Hal ini kemudian bisa menyebabkan stres hingga depresi.
Tidak hanya berdampak pada sisi psikologis, perlakuan ini juga dapat memberikan dampak secara fisik.
Sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Frontiers in Evolutionary Neuroscience menemukan bahwa korteks cingulate anterior, bagian otak yang mencatat rasa sakit, bekerja lebih keras saat mendapatkan silent treatment.
Salah satu dampak secara fisik yang dapat dilihat jelas yakni perubahan berat badan, gangguan tidur, dan peningkatan tekanan darah.
Stres berkepanjangan bisa membuat tubuh mengalami peradangan. Hal ini kemudian bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, salah satunya penyakit kardiovaskular.
Dalam sebuah hubungan, dampak silent treatment yang terus dibiarkan dapat mengarahkan ke hubungan yang tidak bahagia atau bahkan toksik.
Menghadapi teman, orang tua, atau pasangan yang diam saat marah memang membutuhkan kesabaran ekstra.
Agar permasalahan tidak semakin berlarut-larut, coba lakukan cara berikut.
Silent treatment sering kali dipilih seseorang saat berkutat dengan pikirannya sendiri. Jika hal ini terjadi, berilah waktu sejenak untuk mereka berdamai dengan dirinya sendiri.
Namun, perilaku ini tidak seharusnya berlangsung berhari-hari dan membuat Anda merasa bersalah hingga menyebabkan rendah diri.
Mendiamkan pasangan saat ada masalah merupakan salah satu bentuk perilaku pasif-agresif untuk membuat seseorang merasa bersalah.
Jika hal ini terjadi, cobalah sedikit menengok ke belakang dan cari tahu hal yang mendasarinya.
Anda perlu menurunkan ego saat melakukannya meskipun kesalahan ini mungkin tidak sepenuhnya milik Anda. Setelah itu, cobalah untuk minta maaf dengan tulus.
Saat permasalahan ini perlahan berhasil diatasi, buatlah kesepakatan dengan pasangan tentang bagaimana cara menangani konflik serupa ke depannya.
Pastikan bahwa kesepakatan ini diterima kedua belah pihak dan lakukan diskusi saat emosi sudah stabil.
Jika komunikasi sudah terputus selama beberapa hari, tidak ada salahnya Anda jujur atas apa yang Anda rasakan. Beri tahu pasangan jika Anda merasa tidak nyaman dengan atmosfer yang ada.
Jelaskan juga bagaimana perilaku ini melukai perasaan Anda dan membuat Anda semakin bingung menyelesaikan permasalahan.
Jika Anda sudah berusaha memperbaiki komunikasi dan melakukan cara-cara di atas tetapi tidak membuahkan hasil, mungkin ini waktunya Anda fokus dengan diri sendiri.
Pada hubungan asmara, tidak ada salahnya menggunakan momen ini untuk mempertimbangkan keberlanjutan hubungan Anda.
Sementara itu, jika Anda mendapatkan perilaku ini di dunia kerja, Anda dapat mendiskusikann jalan keluarnya dengan atasan.
Jika Anda kebingungan dalam menghadapi silent treatment atau kondisi mental Anda sudah terpengaruh, cobalah melakukan konseling ke psikolog.
Apabila memungkinkan, ajaklah pasangan Anda untuk konsultasi bersama.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar