backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Kepribadian Neurotik

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 31/01/2022

    Mengenal Kepribadian Neurotik

    Sedih, marah, kecewa, dan cemas adalah emosi yang wajar dirasakan oleh manusia. Sebab, hidup memang tak selalu baik-baik saja, terkadang ada masalah yang membuat emosi negatif tersebut muncul. Namun, bila Anda mulai merasakan kecenderungan emosi negatif setiap saat, ini bisa jadi tanda bahwa Anda memiliki kepribadian neurotik.

    Apa itu kepribadian neurotik?

    Kepribadian neurotik atau neurotisisme merujuk pada seseorang yang memiliki kecenderungan terhadap emosi negatif, seperti kemarahan, kecemasan, dan keraguan diri yang tidak stabil.

    Sementara istilah neurosis merujuk pada kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak mampu menyelesaikan suatu konflik (tidak sadar). Munculnya kecemasan yang dipengaruhi oleh berbagai mekanisme pertahanan diri sehingga muncul gejala lain yang mengganggu.

    Dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), gangguan neurotik termasuk gangguan mental yang tidak ada dasar penyakit organik penyebabnya, dan tanpa ada gangguan realitas seperti halusinasi.

    Neurotisisme termasuk ke dalam kepribadian Big Five yang merupakan lima dimensi dasar dari sebuah kepribadian. Teori Big Five dideskripsikan dengan singkatan OCEAN yang terdiri dari:

  • openness, 
  • conscientiousness, 
  • extraversion,
  • agreeableness, dan
  • neuroticism.
  • Orang-orang yang mengalami kepribadian neurotik cenderung lebih sulit untuk menenangkan diri kala merasakan amarah atau khawatir dengan sesuatu.

    Mereka memiliki kemampuan yang buruk dalam merespons stres. Misalnya, mereka menafsirkan situasi yang sebenarnya biasa saja sebagai ancaman, atau mereka kerap merasa tidak akan ada jalan keluar dari masalah yang sedang mereka hadapi.

    Tanda seseorang yang memiliki kepribadian neurotik

    Berikut adalah ciri-ciri yang umum dialami oleh orang-orang yang mengidap neurotisisme:

    • Mudah cemas
    • Mudah tersinggung
    • Stabilitas emosional yang buruk
    • Sering merasa ragu pada diri sendiri
    • Perasaan sadar diri atau malu
    • Kerap merasa sedih, murung, atau bahkan depresi
    • Mudah kesal dan kesulitan saat menanganinya
    • Suasana hati yang bisa berubah secara drastis
    • Kesulitan atau minimnya daya juang untuk bangkit kembali setelah dilanda masalah atau musibah
    • Memiliki kekhawatiran akan banyak hal
    • Kecenderungan untuk melihat masalah kecil sebagai sesuatu yang besar
    • Mudah cemburu atau iri dengan orang lain
    • Sering merasa bersalah atas hal-hal kecil

    Rata-rata, gejala neurotisisme dapat berkurang setelah seseorang memasuki usia dewasa. Beberapa peristiwa kehidupan seperti menjalin hubungan asmara dengan orang lain atau memasuki fase hidup yang baru juga bisa menurunkan neurotisisme.

    Bagaimana pengaruh kepribadian neurotik pada kehidupan sehari-hari?

    Ada kalanya, kepribadian neurotik memberikan dampak yang positif. Perasaan menyesal dan bersalah dapat membantu seseorang untuk belajar dari kesalahan dan mengubah perilaku di masa depan.

    Misalnya, orang tersebut mendapatkan nilai yang jelek di sekolah, selanjutnya ia akan lebih giat belajar agar hasil negatif tersebut tidak terulang.

    Sayangnya bila tidak terkendali, neurotisisme lebih banyak memberikan dampak yang negatif. Terlalu larut dalam perasaan bersalah dan kesedihan bisa saja berakibat pada kegagalan.

    Sebagai contoh, alih-alih belajar dari kesalahan dan memperbaikinya, individu tersebut malah terus-terusan membiarkan perasaan bersalah dan enggan untuk memulai kembali pekerjaannya.

    Hal ini tentu dapat berujung pada kinerja yang buruk. Masalah yang tadinya bisa diatasi malah berkembang menjadi masalah yang lebih serius.

    Kepribadian neurotik juga bisa memberikan dampak pada hubungan Anda dengan orang lain. Orang-orang dengan kepribadian ini cenderung sering mengeluh, bersikap kritis terhadap perilaku orang lain, dan menumbuhkan masalah kepercayaan.

    Bahkan secara tak sadar, Anda bisa menularkan kekhawatiran berlebihan ini pada orang lain. Tak jarang Anda juga jadi terlibat pada pertengkaran yang seharusnya tak perlu terjadi.

    Faktanya, orang-orang yang memiliki kondisi ini berisiko lebih tinggi terhadap gangguan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan.

    Sebuah penelitian kecil di tahun 2013 bahkan menunjukkan bahwa sebagian besar kasus gangguan mental erat kaitannya dengan tingkat neurotisisme yang lebih tinggi.

    Tak hanya itu, dampaknya juga bisa berpengaruh pada kondisi fisik Anda. Hampir serupa dengan stres, emosi negatif yang berlebihan akan membuat tubuh Anda lebih rentan terhadap penyakit seperti masalah jantung, gangguan kekebalan tubuh, atau masalah pencernaan.

    Bagaimana cara mengatasi kepribadian neurotik?

    Neurotisisme pada situasi yang normal sangatlah dibutuhkan untuk menjaga kestabilan emosional seseorang. Bila sudah menjadi kecenderungan, maka ada beberapa cara untuk mengendalikannya.

    Pertama, terapkan mindfulness dengan lebih menaruh perhatian pada hal-hal yang sedang berlangsung. Misalnya bila Anda sedang berkutat pada satu tugas, maka pusatkan konsentrasi Anda ke tugas tersebut.

    Jangan terlalu khawatir akan hasil ke depannya. Bila emosi negatif kembali muncul, coba pikirkan kembali hal-hal apa yang menjadi pemicunya. Lalu, pikirkanlah strategi yang bisa Anda lakukan untuk menghadapinya.

    Ketika emosi mulai menguasai, tariklah napas dalam-dalam untuk sejenak. Meski sepele, menarik napas bisa membantu Anda menenangkan diri.

    Cara lain yang tak kalah penting adalah melatih penerimaan diri. Ingat bahwa terkadang ada beberapa situasi yang tidak dapat terkendali. Jika pada akhirnya Anda menemui kegagalan, Anda tidak akan terus-terusan menyalahkan diri sendiri akan sesuatu yang telah terjadi.

    Jika Anda masih kesulitan untuk mengendalikan neurotisisme walau telah melakukan cara-cara di atas, Anda bisa mencari pertolongan kepada psikolog atau psikiater.

    Psikolog nantinya dapat memberikan terapi untuk membantu mengelola kondisi Anda, salah satunya melalui cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini bermanfaat untuk melatih Anda pola pikir serta menyusun strategi guna menghadapi masalah.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 31/01/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan