Mengenal Agitasi, Saat Marah dan Gelisah Jadi Tanda Gangguan Mental

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 05/02/2021

    Mengenal Agitasi, Saat Marah dan Gelisah Jadi Tanda Gangguan Mental

    Perasaan marah atau jengkel memang umum terjadi pada setiap orang. Namun, pada kondisi tertentu, kemarahan ini bisa terjadi sangat parah atau yang biasa disebut dengan agitasi. Bila ini terjadi pada Anda, sebaiknya Anda waspada. Pasalnya, agitasi adalah kondisi yang bisa menjadi tanda dari gangguan mental tertentu. Untuk lebih mengetahuinya, simak ulasan lengkap mengenai agitasi di bawah ini.

    Apa itu agitasi?

    Agitasi adalah perasan jengkel, gelisah, mudah tersinggung, atau marah yang dialami seseorang. Kondisi ini umumnya dipicu oleh suatu situasi atau tekanan tertentu yang kerap terjadi di setiap kehidupan. Anda mungkin mengalami agitasi karena tekanan di kantor, sekolah, atau kondisi lainnya.

    Meski demikian, agitasi juga bisa muncul tanpa penyebab yang diketahui. Pada kondisi inilah, agitasi yang Anda alami perlu diwaspadai. Pasalnya, agitasi bisa menjadi tanda dari kondisi medis, termasuk gangguan kesehatan mental, tertentu yang bisa mengganggu kehidupan keseharian Anda.

    Tak jarang, kondisi ini juga kerap disertai dengan berbagai tanda lainnya. Ini termasuk gerakan tak biasa, berkata kasar, berperilaku buruk atau agresif, hingga kecenderungan melakukan kekerasan. Adapun gerakan tak biasa yang dimaksud bisa berupa meremas-remas tangan, mengepalkan tangan, kaki terseok-seok, mondar-mandir, maupun menarik rambut, kulit, atau pakaian.

    Tanda-tanda agitasi tersebut bisa datang secara tiba-tiba atau berkembang seiring waktu, untuk jangka waktu yang lama. Ini bisa berlangsung selama beberapa menit, minggu, atau bahkan hingga berbulan-bulan.

    Pada tahap pertama kemunculannya, seseorang mungkin hanya merasa mudah tersinggung, gelisah, atau jengkel. Kemudian, jika agitasi meningkat, ia mungkin mulai mondar-mandir, berkata kasar, mengepalkan tangannya, hingga mulai berperilaku agresif dan mengancam.

    Sementara itu, dilansir dari MedlinePlus, bila agitasi disertai dengan perubahan kewaspadaan, ini bisa menjadi tanda dari delirium. Adapun delirium umumnya disebabkan oleh kondisi medis tertentu yang harus segera diperiksakan ke dokter.

    Kondisi yang dapat menjadi penyebab agitasi

    penyebab depresi

    Agitasi disebabkan karena berbagai faktor. Berikut adalah berbagai penyebab agitasi yang mungkin terjadi:

    • Stres

    Stres merupakan penyebab yang paling umum dari agitasi. Kondisi ini bisa muncul karena berbagai faktor, seperti tekanan dari pekerjaan (seperti burnout syndrome), sekolah, masalah keuangan, masalah hubungan, atau kejadian tertentu yang menyebabkan trauma.

    • Ketidakseimbangan hormon

    Hormon yang tidak seimbang, seperti hormon tiroid, juga bisa menyebabkan agitasi. Ini termasuk tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) atau tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme). Ketidakseimbangan hormon ini dapat memberi efek pada fungsi otak, sehingga berbagai gejala neuropsikiatri, seperti perubahan mood (termasuk agitasi) dan kognitif, sering terjadi.

    • Autisme

    Penderita autisme memiliki masalah dengan keterampilan sosial, perilaku, ucapan, dan komunikasi nonverbal. Kondisi inilah yang kemudian bisa menyebabkan penderita autisme mudah marah atau mengalami agitasi.

    • Skizofrenia

    Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi, hingga memiliki pemikiran dan perilaku yang tidak teratur. Adapun kondisi ini kerap menimbulkan agitasi yang tidak terduga.

    • Gangguan kecemasan, depresi, dan bipolar disorder

    Gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar merupakan gangguan mental yang kerap memengaruhi suasana hati penderitanya. Selain kesedihan dan rasa cemas yang berlarut-larut serta kurangnya energi, ketiganya juga bisa menimbulkan perasaan mudah tersinggung dan marah atau agitasi.

    Selain faktor-faktor di atas, berikut adalah kondisi lainnya yang bisa menjadi penyebab dari agitasi:

    • Kecanduan alkohol atau penarikan alkohol.
    • Nyeri pada bagian tubuh tertentu atau demam.
    • Reaksi alergi.
    • Konsumsi kafein berlebihan.
    • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain, atau marijuana.
    • Infeksi, terutama pada lanjut usia.
    • Keracunan, seperti karbon monoksida.
    • Penggunaan obat-obatan, seperti amfetamin, teofilin, dan kortikosteroid.
    • Kekurangan vitamin B6.
    • Penyakit yang memengaruhi sistem saraf pusat, seperti tumor otak, demensia, penyakit Alzheimer, maupun cedera atau trauma di kepala.

    Bagaimana cara mengatasi agitasi?

    Agitasi adalah kondisi yang masih dapat dikontrol dengan berbagai pengobatan. Meski demikian, cara mengontrol atau mengatasi kondisi ini tergantung pada penyebab dari agitasi itu sendiri.

    Sebagai contoh, psikoterapi dan obat-obatan antidepresan kerap diberikan pada penderita gangguan kecemasan, dan bisa menjadi salah satu cara mengatasi gangguan bipolar. Adapun salah satu terapi yang ditawarkan biasanya berupa terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT).

    Sementara bila agitasi terjadi karena stres, Anda dapat melakukan cara tertentu yang cocok bagi Anda untuk menghilangkan stres. Sebagai contoh yoga, meditasi, atau teknik pernapasan. Adapun penyebab lain yang juga memerlukan cara-cara khusus tertentu. Konsultasikan dengan dokter untuk jenis perawatan yang tepat.

    Selain cara-cara yang khusus, agitasi juga bisa diatasi dengan cara umum lainnya. Berikut adalah beberapa cara yang umum untuk membantu mengatasi:

    • Ciptakan lingkungan yang tenang.
    • Kurangi pencahayaan di rumah pada siang hari dan malam hari.
    • Perbanyak istirahat dan tidur.
    • Konsumsi obat-obatan penenang, seperti benzodiazepin, baik oral maupun suntikan, terutama pada kondisi parah. Konsultasikan dengan dokter apakah Anda membutuhkan konsumsi obat ini atau tidak.

    Untuk menemukan jenis perawatan yang tepat, diagnosis dari dokter tentu sangat diperlukan. Oleh karena itu, Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda atau kerabat Anda mengalami agitasi parah pada waktu yang lama, tidak diketahui pemicunya, atau yang kerap diikuti dengan gejala lainnya. Pada kondisi yang parah, kondisi ini bisa menimbulkan kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri, orang lain, atau keinginan untuk bunuh diri.

    Mengapa agitasi dan depresi berkaitan?

    sakit kepala akibat marah

    Pengidap depresi seringkali digambarkan sebagai orang yang loyo, selalu bermuram durja, susah berkonsentrasi, dan tidak produktif. Namun, beberapa orang yang depresi bisa terus bersekolah, bekerja, bahkan tetap hangout dengan teman-temannya seperti biasa.

    Mereka berbuat demikian sebagai upaya untuk menutupi gejala depresi yang mereka miliki. Segelintir orang memilih untuk menyembunyikan depresinya dengan senyuman dan tawa atau kerap disebut dengan depresi terselubung.

    Di sisi lain, beberapa orang depresi justru cenderung akan menunjukkan perilaku negatif, seperti amarah, kecetusan, dan rasa frustrasi berlebihan. Ini adalah “tameng” atau sebagai bentuk pertahanan diri untuk menangkal pertanyaan-pertanyaan usil orang sekitar ketika suatu saat melihatnya tampak lebih murung dan sedih.

    Kondisi inilah yang disebut dengan depresi agitasi. Depresi agitasi adalah subtipe dari jenis depresi klinis alias depresi mayor (major depressive disorder/MDD). Selain marah dan kecemasan berlebih, depresi jenis ini juga dapat memunculkan gejala psikomotorik, seperti mondar-mandir, memainkan atau memilin-milin rambut, menggigit jari atau kuku, menggosokkan atau menggaruk kulit, berteriak, atau banyak bicara.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 05/02/2021

    Iklan
    Iklan
    Iklan