backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Bisakah Melihat Kepribadian Orang Lain dari Cara Bicaranya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Bisakah Melihat Kepribadian Orang Lain dari Cara Bicaranya?

    Gaya dan cara bicara setiap orang tentu berbeda-beda. Karena hal ini, ada banyak orang yang percaya bahwa sebenarnya kepribadian seseorang dapat terlihat dari cara bicara.

    Lalu, benarkah pendapat tersebut? Simak pembahasannya di bawah ini.

    Ragam cara melihat kepribadian dari cara bicara

    Pada dasarnya, pembentukan kepribadian mulai terjadi sejak masa kanak-kanak. Kepribadian seseorang berkembang secara bertahap dan terpengaruh oleh faktor dari lingkungan sekitarnya.

    Sebagian besar orang baru bisa mengetahui kepribadian orang lain setelah ia berkenalan dan melakukan interaksi lebih mendalam dengan orang tersebut.

    Namun, ada pula beberapa orang yang bisa melihat kepribadian dan karakter seseorang lewat cara bicaranya, bahkan ketika pertama kali bertemu. 

    Berikut ini merupakan beberapa tipe kepribadian dari cara bicara yang terbukti melalui studi ilmiah.

    1. Berbicara cepat

    kepribadian ekstrovert

    Preston Ni, seorang trainer komunikasi mengatakan bahwa orang dengan kepribadian extrovert memiliki potensi lebih tinggi untuk berbicara cepat, seperti dikutip dari Psychological Today.

    Mereka berusaha untuk berbicara secepat pikirannya. Hal ini membuat para ekstrover cenderung “berpikir saat berbicara” daripada “berpikir sebelum berbicara”.

    Akan tetapi, cara berbicara yang cepat juga bisa timbul karena trauma pada masa kanak-kanak. 

    Memiliki orangtua atau saudara kandung yang cerewet terkadang dapat menimbulkan perasaan tertekan. Akhirnya, Anda juga berbicara cepat supaya bisa mendapatkan perhatian.

    2. Berbicara lambat

    Tipe kepribadian dari orang dengan cara bicara yang lambat yaitu lebih santai dan teliti.

    Mereka cenderung memproses informasi dengan lebih hati-hati dibandingkan dengan orang-orang yang bicaranya lebih cepat.

    Studi yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Physiology Education (2022) juga menemukan orang yang berbicara cepat cenderung menambahkan jeda, seperti “ah” atau “em“.

    Penggunaan jeda berlebihan bisa mengurangi kredibilitas pembicara. Hal ini pun bisa merusak pemahaman terhadap isi pesan yang hendak disampaikan pada penerima.

    3. Berbicara ceplas-ceplos

    Orang yang berbicara ceplas-ceplos alias blak-blakan lebih sering bersikap jujur dan terbuka. Ia akan menyampaikan semuanya apa adanya dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

    Hanya saja, mereka cenderung langsung mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Mereka kadang tidak peduli apakah perkataannya itu menyakiti perasaan orang lain atau tidak.

    Kepribadian dari cara bicara orang yang ceplas-ceplos juga dianggap tidak bisa menjaga rahasia. Akibatnya, kebanyakan orang memilih untuk menjaga jarak dengan mereka. 

    4. Berbicara dengan suara pelan

    melihat kepribadian seseorang introvert dari cara bicara

    Para peneliti dari University of Groningen, Belanda, menyebutkan bahwa depresi dan gangguan kecemasan bisa mengubah orang yang ekstrover menjadi lebih pendiam.

    Orang dengan kepribadian introvert pun biasanya berbicara dengan suara pelan, tetapi tidak semua orang introver seperti ini.

    Ada pula orang-orang yang bersuara pelan karena tidak merasa yakin dengan apa yang dikatakannya. Dengan begitu, ia akan sengaja mengecilkan suara untuk menyembunyikannya.

    Berbicara dengan suara pelan kadang juga menjadi cara seseorang agar orang lain meninggalkan dirinya sendirian. Ia lebih suka waktu tenang sendirian daripada bersosialisasi dengan orang lain.

    5. Berbicara dengan nada rendah

    Dr. Julia Stern, peneliti dari University of Göttingen, Jerman, mengungkapkan bahwa suara dari seseorang bisa menimbulkan kesan yang besar dan berdampak bagi penerimanya.

    Penelitian ini menganalisis data pada lebih dari 2.000 partisipan yang mengisi kuisioner tentang kepribadian dan mengirimkan rekaman suara untuk diukur nadanya.

    Hasilnya, peneliti menemukan orang yang memiliki cara bicara dengan nada rendah cenderung punya kepribadian extrovert dan merasa lebih dominan.

    Tipe kepribadian dari cara bicara ini tidak hanya ditemukan pada pria, tetapi juga wanita.

    Kepribadian dari cara bicara bisa berubah

    Cara berbicara akan terbentuk saat anak sudah mulai bisa bicara. Bayi umumnya mulai bisa mendengar bahasa dari sang ibu atau orang lain di keluarganya.

    Akan tetapi, seiring bertambahnya usia dan ditambah adanya pengaruh dari lingkungan sekitar, cara bicara dan kepribadian seseorang mungkin bisa berubah.

    Studi dalam Journal of Personality and Social Psychology (2015) menyebutkan bahwa kepribadian seseorang bisa berubah setelah ia mengubah kebiasaan dan melakukannya secara berkelanjutan.

    Rata-rata, perubahan tersebut menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini dapat terjadi saat Anda menghadapi pengalaman bermakna dan perubahan dalam hidup.

    Selain itu, perubahan cara bicara juga bergantung pada siapa dan di mana seseorang berbicara. Ini karena manusia berbicara sambil menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. 

    Sebagai contoh, Anda mungkin akan merasa gugup dan berbicara dengan perlahan saat harus melakukan presentasi di hadapan banyak orang yang tidak dikenal.

    Namun, sebaliknya, Anda dapat berbicara dengan bebas dan mengungkapkan ekspresi dengan lancar saat bersantai bersama teman-teman.

    Kesimpulan

    • Setiap orang punya gaya dan cara berbicara tersendiri. Ini bisa dipengaruhi oleh kepribadian yang dimilikinya.
    • Beberapa studi mencoba mencari tahu apakah kita bisa melihat kepribadian seseorang dari cara ia bicara.
    • Meski begitu, pada dasarnya cara bicara dan kepribadian dapat berubah seiring waktu.
    • Hal ini mungkin terjadi karena adanya pengalaman bermakna dalam hidup atau perubahan kebiasaan untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan