Ada beberapa orang yang memiliki obsesi berlebihan terhadap orang lain sehingga dirinya ingin mengontrol kehidupan orang tersebut. Kondisi ini disebut obsessive love disorder. Kenali ciri-ciri, penyebab, hingga cara mengatasinya di bawah ini.
Apa itu obsessive love disorder?
Obsessive love disorder atau juga dikenal sebagai penyakit OLD adalah kondisi psikologis saat seseorang terobsesi dalam mencintai orang lain.
Obsesi ini melibatkan keinginan kuat untuk mengendalikan atau mempunyai orang yang dicintai sepenuhnya sehingga sering kali mengorbankan kebahagiaan orang tersebut.
Pada dasarnya, cinta yang sehat melibatkan rasa saling menghormati dan memahami di antara dua individu yang menjalin hubungan asmara.
Hal tersebut berbeda dengan cinta obsesif yang biasanya bersifat posesif dan penuh kecemburuan.
Walau kriterianya tidak dijelaskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), OLD sering kali berkaitan dengan gangguan mental lain.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Tanda dan gejala obsessive love disorder
Penting untuk memahami perbedaan cinta dan obsesi agar Anda dapat mengenali tanda-tanda obsessive love disorder.
Cinta yang sehat melibatkan rasa saling mendukung antarindividu. Sementara itu, obsesi mengedepankan kepentingan pribadi untuk mengendalikan dan menguasai orang lain.
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan oleh orang-orang dengan OLD.
- Ingin terus-menerus mengetahui aktivitas dari orang yang diobsesikan.
- Perasaan cemburu berlebihan pada orang tersebut, bahkan tanpa alasan yang jelas.
- Keinginan untuk mengontrol orang yang diobsesikan, contohnya menentukan apa yang mereka lakukan atau siapa yang mereka temui.
- Perilaku posesif, termasuk mengawasi media sosial atau mencoba memutus hubungan orang tersebut dengan teman atau keluarganya.
- Kesulitan untuk menerima penolakan atau permintaan untuk menyudahi hubungan dari orang tersebut.
- Perasaan rendah diri, terutama saat cinta tidak dibalas oleh orang tersebut.
- Ketergantungan untuk mendapatkan validasi dari orang tersebut secara terus-menerus.
- Tidak mampu membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain karena terobsesi terhadap satu orang saja.
Penyebab obsessive love disorder
Tidak diketahui penyebab pasti dari penyakit OLD. Namun, kondisi psikologis ini kerap dikaitkan dengan gangguan mental berikut ini.
1. Gangguan obsesif kompulsif
Orang-orang dengan gangguan obsesif kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD) bisa memiliki pola pikir obsesif yang sulit untuk dikendalikan.
Mereka mungkin terobsesi untuk mendapatkan cinta dan perhatian dari pasangannya. Selain itu, mereka akan merasa cemas bila ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai keinginannya.
2. Gangguan kepribadian ambang
Gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD) membuat seseorang mengalami perubahan emosi yang ekstrem sehingga bisa menimbulkan penyakit OLD.
Pengidap BPD kerap merasa kesusahan untuk mempertahankan hubungan yang stabil. Mereka pun cenderung bergantung secara emosional pada pasangannya.
3. Gangguan stres pascatrauma
Gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) mungkin juga menjadi akar permasalahan dari obsessive love disorder.
Ketakutan akan kehilangan atau pengkhianatan dari hubungan sebelumnya dapat menimbulkan keinginan kuat untuk memiliki dan memegang kendali terhadap pasangan.
4. Gangguan keterikatan
Gangguan keterikatan atau attachment disorder yang berkembang sejak masa kecil berpotensi memengaruhi cara seseorang dalam menjalin hubungan.
Pengidap gangguan ini kerap merasa tidak nyaman, takut ditinggalkan, dan cenderung menjadi obsesif terhadap pasangannya untuk menghindari perasaan kehilangan.
5. Erotomania
Erotomania adalah gangguan mental yang membuat seseorang percaya bahwa ada orang lain yang mencintainya, padahal hal ini tidak pernah terjadi.
Gangguan ini akan memicu perilaku terkait obsessive love disorder, misalnya terus-menerus mengirim pesan atau memantau media sosial orang lain yang dianggap mencintainya.
Diagnosis obsessive love disorder
Apabila diri Anda, pasangan Anda, atau orang terdekat Anda menunjukkan ciri-ciri yang dicurigai sebagai OLD, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau psikiater.
Meski kondisi psikologis ini tidak disebutkan kriterianya pada DSM-V, psikolog atau psikiater dapat melakukan evaluasi berdasarkan gejala dan pola perilaku pasien.
Psikolog dan psikiater juga dapat melakukan wawancara dan pemeriksaan riwayat medis pasien bila diperlukan.
Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan apakah terdapat gangguan mental yang mungkin menyebabkan perilaku tersebut, seperti gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Cara mengatasi obsessive love disorder
Penanganan bertujuan untuk membantu pasien mengelola obsesinya dan membangun hubungan yang lebih sehat, terutama dengan orang yang dicintainya.
Ada dua cara mengatasi obsessive love disorder, yakni melalui pemberian obat-obatan dan terapi psikologi.
1. Obat-obatan
Psikiater dapat meresepkan obat-obatan untuk mengelola gejala gangguan mental yang terkait dengan obsessive love disorder.
Berikut adalah beberapa jenis obat yang mungkin diresepkan.
- Antidepresan, seperti sertraline dan fluoxetine.
- Anticemas, seperti alprazolam dan lorazepam.
- Antipsikotik, seperti risperidone dan olanzapine.
- Penstabil mood, seperti lithium dan valproate.
Kinerja obat-obatan tersebut mungkin baru akan terlihat dalam beberapa minggu. Dokter mungkin juga akan meresepkan berbagai jenis obat hingga menemukan yang cocok untuk Anda.
2. Terapi psikologi
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah jenis terapi psikologi atau psikoterapi yang bisa dilakukan untuk menangani obsessive love disorder.
Pada terapi ini, Anda akan diajarkan cara untuk mengenali dan mengubah pola pikir yang tidak sehat, kemudian belajar mengelola emosi dalam membangun hubungan.
Terapi ini juga membantu Anda untuk memahami perbedaan cinta dan obsesi sehingga Anda mampu membangun hubungan yang lebih baik di kemudian hari.
Pencegahan obsessive love disorder
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah OLD adalah sebagai berikut.
- Berlatih untuk mengembangkan rasa percaya diri dan harga diri dengan cara yang sehat.
- Pelajari keterampilan komunikasi yang baik dalam hubungan.
- Lakukan hobi atau aktivitas yang Anda sukai untuk menjaga keseimbangan hidup.
- Bicarakan perasaan Anda secara terbuka dengan pasangan atau teman terdekat.
Jika Anda merasa memiliki pola pikir obsesif, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau psikiater untuk mencegah perilaku negatif ini berkembang lebih lanjut.
Kesimpulan
- Obsessive love disorder atau OLD adalah kondisi psikologis ketika seseorang terobsesi mencintai orang lain hingga ingin mengendalikan kehidupan mereka sepenuhnya.
- Kondisi psikologis ini sering berkaitan dengan gangguan mental lain, seperti gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan gangguan kepribadian ambang (BPD).
- Penanganan OLD melibatkan pemberian obat-obatan dan psikoterapi untuk membantu pasien mengelola obsesinya serta membangun hubungan yang lebih sehat.