backup og meta

Katarsis, Pelepasan Emosi dengan Kegiatan Positif

Katarsis, Pelepasan Emosi dengan Kegiatan Positif

Senang, sedih, marah, dan kecewa merupakan emosi dasar yang Anda hadapi setiap harinya. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai ekspektasi, Anda mungkin merasa kecewa hingga stres. Saat Anda melepaskan berbagai emosi tersebut, itulah yang disebut katarsis.

Apa itu katarsis?

Secara kebahasaan, istilah katarsis berasal dari bahasa Yunani “katharsis” yang berarti “pemurnian” atau “pembersihan”.

Istilah ini banyak digunakan dalam dunia literasi. Contohnya, tokoh utama di dalam novel kerap kali mengalami katarsis emosional yang mengarah pada perubahan positif dalam kehidupan. 

Proses ini melibatkan komponen emosional, yaitu perasaan kuat yang tokoh alami, bagaimana ia mengekspresikannya, dan mengambil pelajaran dari proses tersebut.

Sederhananya, katarsis atau catharsis dalam bahasa Inggris adalah proses pelepasan emosi. 

Dalam teori psikoanalitik, pelepasan emosi berkaitan dengan kebutuhan seseorang untuk meredakan konflik yang sedang dihadapinya. 

Sebagai contoh, Anda mengalami stres karena bertengkar dengan pasangan sehingga timbullah perasaan frustrasi dan ketegangan.

Daripada melampiaskan emosi dengan cara yang tidak tepat, akan lebih baik jika Anda melepaskannya dengan cara sehat, misalnya berolahraga atau liburan untuk mengurangi stres.

Cara menerapkan katarsis dalam kehidupan sehari-hari

curhat masalah pernikahan pada teman dan keluarga

Tujuan katarsis dalam kehidupan adalah membantu seseorang untuk memperoleh rasa damai dan ketenangan, serta membantunya melewati peristiwa buruk dan menyedihkan.

Biasanya, proses ini hadir saat Anda stres akibat putus dengan pasangan, mengidap penyakit kronis, maupun kehilangan orang yang disayangi.

Berikut ini beberapa contoh katarsis dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin Anda lakukan.

1. Curhat dengan orang-orang terdekat

Saat merasa stres dan frustrasi, kebanyakan dari Anda mungkin pernah mencurahkan segala isi hati dengan sahabat, pasangan, maupun keluarga.

Selain membuat hati lebih lega, curhat juga membantu Anda memandang masalah dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan, bisa saja Anda menemukan solusi dari masalah tersebut.

2. Konseling psikologi

Jika sesi curhat tidak menyelesaikan masalah, jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog.

Sesi konseling psikologi ini sebenarnya mempunyai konsep yang tidak berbeda jauh dengan mengobrol dengan orang terdekat Anda.

Namun, psikolog memiliki kemampuan dan pengalaman untuk menggali akar masalah Anda. Mereka juga memiliki keahlian untuk mengajari Anda cara menghadapi masalah.

3. Mendengarkan musik kesukaan

Saat merasa sedih, stres, atau kesal, apa yang akan Anda lakukan? Menangis dan membanting barang saat marah? Mulai sekarang, cobalah untuk mendengarkan musik kesukaan Anda.

Banyak musik dari berbagai genre yang mampu membantu Anda mengekspresikan emosi serta membuat hati Anda menjadi lebih lega.

Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience (2015) menyebutkan bahwa mendengarkan musik sedih bisa membangkitkan emosi positif, seperti katarsis dan empati.

4. Melakukan aktivitas seni

Contoh lain dari katarsis adalah menyanyikan lagu dan melakukan berbagai aktivitas seni, seperti melukis, menggambar, mewarnai, atau membuat kolase. 

Penerapan konsep seni untuk orang yang mengalami masalah kejiwaan umum disebut sebagai terapi seni. Bahkan, terapi ini terbukti efektif untuk mengatasi stres pada pengidap kanker.

5. Olahraga

olahraga untuk diabetesi penderita diabetes

Anda juga bisa melakukan catharsis melalui aktivitas fisik, seperti olahraga. Manfaat olahraga untuk suasana hati ialah meningkatkan hormon endorfin yang membuat Anda bahagia.

Jika Anda bosan dengan jogging atau yoga, cobalah olahraga yang membuat Anda berteriak untuk melepaskan emosi, seperti bulu tangkis, tenis, muay thai, atau pound fit.

6. Membersihkan rumah

Sama halnya dengan olahraga, bersih-bersih rumah juga merupakan pilihan aktivitas fisik untuk melepaskan hormon bahagia, seperti endorfin, dopamin, dan serotonin. 

Anda bisa meluapkan rasa kecewa, sedih, dan marah dengan bersemangat saat membersihkan perabotan rumah. Hal ini tentu membantu membuat perasaan Anda lebih lega.

7. Menghabiskan waktu di alam

Melakukan katarsis dengan cara menghabiskan waktu di alam bebas dapat memberikan ketenangan, menyembuhkan beban emosional, dan memperbaharui energi dalam tubuh Anda.

Sebuah studi pada Frontiers in Psychology (2019) menyebutkan bahwa menghabiskan 20–30 menit di alam, misalnya untuk berjalan kaki di taman atau trekking, dapat menurunkan kadar hormon stres.

Perkembangan katarsis dalam dunia psikologi

Josef Breuer, kawan dari Bapak Psikoanalisis, Sigmund Freud, mengembangkan istilah katarsis dalam teknik terapeutik untuk mengatasi histeria.

Histeria merupakan kondisi emosional berlebihan yang bisa membuat seseorang mengalami halusinasi, kehilangan sensasi, kecemasan, dan perilaku yang sangat emosional.

Sebelumnya, para ahli menganggap histeria sebagai gangguan mental yang panduannya ditulis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).

Akan tetapi pada 1980-an, histeria dihapus dari DSM dan masuk ke dalam kategori gejala gangguan disosiatif (dissociative disorder).

Terapi katarsis saat ini terbukti efektif untuk membantu mengatasi gejala gangguan kecemasan. Selama terapi, pasien akan berada di bawah hipnosis.

Terapis akan meminta pasien mengekspresikan perasaan terpendam tersebut. Dengan begitu, pasien dapat mengalami kelegaan dari perasaan yang membebaninya.

Pada orang yang mengalami gangguan kecemasan, terapi ini dapat membantu pasien untuk belajar melepaskan diri dari perasaan cemas yang berlebihan.

Kesimpulan

  • Katarsis adalah pelepasan emosi yang terpendam, misalnya rasa sedih, marah, dan kecewa.
  • Proses ini bisa terjadi melalui berbagai aktivitas, termasuk curhat, mendengarkan musik, menghabiskan waktu di alam bebas, hingga konseling dengan psikolog.
  • Dalam perkembangannya, katarsis diterapkan dalam terapi psikologi guna membantu mengatasi penyakit mental, seperti gangguan disosiatif dan gangguan kecemasan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Catharsis. (2015). GoodTherapy. Retrieved December 5, 2023, from https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/catharsis

Exercise and stress: Get moving to manage stress. (2022). Mayo Clinic. Retrieved December 5, 2023, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/exercise-and-stress/art-20044469

Art therapy. (2022). Cancer Research UK. Retrieved December 5, 2023, from https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/treatment/complementary-alternative-therapies/individual-therapies/art-therapy

Young, H. (2020). The “Incorrect” Truth of Catharsis. New York University. Retrieved December 5, 2023, from https://confluence.gallatin.nyu.edu/sections/creative-nonfiction/the-incorrect-truth-of-catharsis

Hunter, M. R., Gillespie, B. W., & Chen, S. Y. (2019). Urban nature experiences reduce stress in the context of daily life based on salivary biomarkers. Frontiers in Psychology, 10. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00722

Sandhu, P. (2015). Step Aside, Freud: Josef Breuer Is the True Father of Modern Psychotherapy. Scientific American. Retrieved December 5, 2023, from https://blogs.scientificamerican.com/mind-guest-blog/step-aside-freud-josef-breuer-is-the-true-father-of-modern-psychotherapy/

Toussaint, L., Nguyen, Q. A., Roettger, C., Dixon, K., Offenbächer, M., Kohls, N., Hirsch, J., & Sirois, F. (2021). Effectiveness of progressive muscle relaxation, deep breathing, and guided imagery in promoting psychological and physiological states of relaxation. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2021, 1-8. https://doi.org/10.1155/2021/5924040

Sachs, M. E., Damasio, A., & Habibi, A. (2015). The pleasures of sad music: A systematic review. Frontiers in Human Neuroscience, 9. https://doi.org/10.3389/fnhum.2015.00404

Childs, E., & De Wit, H. (2014). Regular exercise is associated with emotional resilience to acute stress in healthy adults. Frontiers in Physiology, 5. https://doi.org/10.3389/fphys.2014.00161

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

17/12/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Pasangan Suka Marah-Marah dan Emosian? Mungkin 4 Hal Ini Penyebabnya

11 Cara Jitu Mengusir Rasa Sedih dan Galau Dalam Hati


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 17/12/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan