Anoreksia nervosa dan bulimia merupakan gangguan mental yang sama-sama berkaitan dengan perilaku makan. Kendati sering dikaitkan antara satu sama lain, terdapat perbedaan antara anoreksia dan bulimia dari segi gejala, penyebab, dan penanganannya.
Perbedaan definisi anoreksia dan bulimia
Pernah mendengar istilah anoreksia nervosa dan bulimia? Keduanya merupakan gangguan makan yang berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.
Anoreksia nervosa merupakan gangguan perilaku makan yang ditandai dengan ketakutan berlebih terhadap kenaikan berat badan.
Ketakutan ini membuat pengidapnya cenderung membatasi asupan makannya dengan cara melakukan diet yang sangat ketat.
Mereka bahkan membiarkan dirinya kelaparan karena sangat takut akan mengalami kenaikan berat badan jika makan.
Sementara itu, bulimia berbeda dengan anoreksia. Gangguan perilaku makan ini ditandai dengan perilaku makan berlebihan (binge eating) yang diikuti dengan “pembersihan” diri dari apa yang dimakannya.
“Pembersihan” diri ini biasanya dilakukan dengan purging, yakni memuntahkan makanan secara paksa. Selain purging, beberapa pengidap bulimia juga mengonsumsi obat pencahar atau diuretik, berpuasa, atau berolahraga secara berlebihan.
Orang dengan anoreksia belum tentu mengalami bulimia, begitu pun sebaliknya. Namun, terkadang ditemukan kasus pengidap anoreksia yang juga mengalai bulimia.
Demi mencegah kenaikan berat badan, pengidap anoreksia kerap memuntahkan makanannya. Kebiasaan memuntahkan makanan ini lama-kelamaan berkembang menjadi bulimia.
Perbedaan gejala anoreksia nervosa dan bulimia
Meski sama-sama merupakan gangguan makan, berikut perbedaan anoreksia nervosa dan bulimia jika dilihat dari gejalanya.
Tanda-tanda anoreksia
Pengidap anoreksia mengalami penurunan berat badan yang signifikan sebesar 15% atau lebih dari berat badan ideal sehingga tubuhnya terlihat sangat kurus.
Karena berat badannya yang sangat kurus, pengidap anoreksia bisanya mengalami amenore atau tidak mengalami periode menstruasi.
Selain ciri-ciri di atas, Anda juga bisa mengenali anoreksia nervosa dari berbagai gejala berikut ini.
- Hiperaktif dan cenderung melakukan olahraga yang berlebihan.
- Rambut rontok atau pertumbuhan rambut tubuh yang sangat halus.
- Denyut nadi rendah.
- Sensitif terhadap dingin.
- Gugup pada saat makan.
- Memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil.
- Mengisolasi diri dari keluarga dan teman-teman.
- Perfeksionis, cenderung untuk menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri.
- Mungkin kerap makan berlebihan (binge eating) dan melakukan purging, seperti melalui muntah yang dipaksakan.
Tanda-tanda bulimia
Beda dengan anoreksia nervosa, orang yang mengalami bulimia biasanya memiliki berat badan normal atau di atas normal. Bahkan, ada pengidap bulimia yang mengalami kelebihan berat badan.
Di samping berat badan yang berlebih, Anda juga bisa mengenali bulimia dengan berbagai tanda-tanda berikut ini.
- Takut tidak mampu untuk berhenti makan.
- Sering muntah.
- Menstruasi tidak teratur.
- Kelenjar dalam mulut bengkak.
- Berat badan naik-turun dengan cepat yang disebabkan oleh periode makan berlebihan dan kemudian puasa.
- Perilaku makan berlebihan (binge eating) dan kemudian membuang makanan yang sudah dimakan.
- Bengkak pada wajah (di bawah pipi), pecah pembuluh darah di mata, kerusakan gigi, kerusakan esofagus, dan perdarahan internal.
- Perfeksionis, cenderung untuk menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri.
- Upaya berulang untuk mengurangi berat badan dengan langkah-langkah yang berlebihan.
Orang yang mengalami anoreksia nervosa dan bulimia mungkin tidak menyadarinya. Bahkan, mungkin mereka menolak dikatakan memiliki gangguan perilaku makan.
Penyebab anoreksia nervosa dan bulimia
Dilansir dari Mayo Clinic, hingga saat ini, penyebab anoreksia nervosa tidak diketahui secara pasti. Seperti penyakit pada umumnya, diprediksi ini mungkin karena adanya kombinasi dari faktor lingkungan, biologis (genetik), dan psikologis.
Sama seperti anoreksia, penyebab pasti bulimia pun tidak diketahui. Namun, para peneliti meyakini bahwa beberapa faktor dapat berperan dalam kondisi ini. Faktornya seperti genetika, kesehatan emosional, dan diet.
Perbedaan komplikasi anoreksia dan bulimia
Anda akan memiliki sejumlah risiko kesehatan yang serius jika mengalami anoreksia atau bulimia. Namun, masalah kesehatan yang mungkin terjadi bisa berbeda. Berikut penjelasan lengkapnya.
Dampak kesehatan anoreksia
Karena gejala yang dialami oleh orang dengan anoreksia tidak sama, risiko kesehatan yang disebabkannya juga akan berbeda. Dampak kesehatan dari anoreksia di antaranya:
Dampak kesehatan bulimia
Seperti anoreksia, bulimia pun juga memiliki beberapa risiko kesehatan apabila berulang kali terjadi. Dampak kesehatan dari bulimia bisa berupa:
- gangguan pencernaan,
- ketidakseimbangan elektrolit,
- penyakit jantung,
- stres, dan
- kematian.
Penanganan anoreksia dan bulimia
Jika pengidap anoreksia menghindari makan saat merasa tertekan, orang-orang dengan bulimia justru makan berlebihan ketika menghadapi masalah atau sedang tertekan.
Namun, setelah periode makan besarnya itu, pengidap bulimia kemudian akan berusaha mengeluarkan kembali apa yang dimakannya.
Caranya bisa dengan memuntahkan paksa makanan yang sudah ditelan, menggunakan obat pencahar atau diuretik, puasa, atau melakukan olahraga secara berlebihan.
Bulimia ditandai dengan siklus diet teratur dari periode makan berlebih (binge eating) dan perilaku purging untuk mencegah kenaikan berat badan.
Sementara itu, orang-orang dengan anoreksia tidak selalu melakukan episode binge eating dan purging.
Ketika pengidap anoreksia juga melakukan binge eating dan purging secara teratur, mungkin ia juga mempunyai kecenderungan terhadap bulimia.