Halusinasi pada lansia bisa menjadi tanda adanya perubahan kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan. Meski sering dikaitkan dengan gangguan jiwa, halusinasi pada orang usia lanjut tidak selalu berarti demikian. Dalam banyak kasus, kondisi ini muncul akibat faktor lain. Lantas, kenapa lansia suka halusinasi? Cari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa ciri-ciri halusinasi pada lansia?
Halusinasi sering dikaitkan dengan orang tua yang mengalami demensia.
Melansir dari situs Alzheimer’s, beberapa orang dengan demensia akan mengalami halusinasi dalam berbagai pancaindra, misalnya sebagai berikut.
- Halusinasi pendengaran (auditori). Lansia mungkin mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada, seperti langkah kaki, bisikan, atau bahkan seseorang memanggil namanya.
- Halusinasi penciuman (olfaktori). Mereka bisa mencium aroma yang tidak nyata, misalnya bau asap, parfum, atau makanan.
- Halusinasi peraba (taktil). Beberapa lansia merasakan sensasi fisik yang tidak ada, seperti disentuh, dicium, atau merasa ada serangga merayap di kulit mereka.
- Halusinasi pengecapan (gustatori). Bisa muncul rasa aneh di mulut, seperti rasa logam, meski tidak ada makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Halusinasi visual sangat umum terjadi pada orang tua dengan jenis demensia tertentu, seperti Lewy body dementia.
Halusinasi ini sering kali sangat jelas, detail, dan tampak nyata, seperti melihat orang asing atau hewan berada di dalam rumah.
Beberapa gejala halusinasi pada lansia lainnya yang mungkin dialami adalah:
- penurunan fungsi otak seiring bertambahnya usia,
- keyakinan yang tidak biasa,
- depresi atau kecemasan,
- masalah penglihatan atau pendengaran,
- perilaku paranoid atau agresif,
- kepercayaan pada konspirasi,
- kejang, hingga
- sakit kepala.
Apa penyebab halusinasi pada lansia?
Halusinasi pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah kesehatan fisik hingga gangguan mental lansia. Berikut beberapa penyebab umum yang perlu diketahui.
1. Alzheimer atau demensia
Halusinasi pada lansia bisa menjadi salah satu tanda awal dari penyakit Alzheimer atau jenis demensia lainnya.
Oleh karena itu, bila seorang lanjut usia mulai menunjukkan gejala halusinasi tanpa penyebab yang jelas, penting untuk memeriksakannya lebih lanjut.
2. Sindrom Charles Bonnet
Kondisi ini menyebabkan halusinasi visual, biasanya terjadi pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan berat atau kebutaan sebagian.
Meskipun penglihatan terganggu, otak tetap “membuat” gambaran visual, yang muncul sebagai halusinasi.
3. Kehilangan pasangan
Menurut situs American Mental Wellness Association, cukup banyak lansia yang mengalami halusinasi setelah kehilangan pasangan hidupnya.
Rasa duka yang mendalam bisa memicu sensasi seolah-olah orang yang telah tiada masih hadir.
4. Dehidrasi
Kurangnya asupan cairan bisa mengganggu fungsi otak dan menyebabkan kebingungan hingga halusinasi.
Dehidrasi pada lansia adalah masalah yang sering terjadi karena menurunnya rasa haus dan kemampuan tubuh menyerap cairan.
5. Efek samping obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat memicu halusinasi sebagai efek samping, termasuk obat untuk disfungsi ereksi, hipertensi, Parkinson, hingga beberapa jenis antibiotik.
Oleh karena itu, penting untuk memantau reaksi obat pada lansia, terutama jika mereka mengonsumsi banyak jenis obat sekaligus.
6. Delirium
Delirium, terutama yang terjadi akibat infeksi saluran kemih (ISK) atau setelah menjalani operasi, dapat menyebabkan kebingungan dan halusinasi.
Kondisi ini sering kali muncul secara tiba-tiba dan bisa berlangsung dalam waktu singkat.
7. Kondisi medis tertentu
Penyakit pada lansia seperti gagal ginjal, gagal hati, atau kanker otak dapat menyebabkan gangguan otak yang memicu halusinasi sebagai bagian dari gejala neurologis.
Penyalahgunaan alkohol, narkoba, dan gangguan kejiwaan lainnya seperti skizofrenia juga dapat menjadi pemicu halusinasi.
Namun, hal ini lebih jarang terjadi pada lansia. Lalu, bagaimana cara mengendalikan halusinasi pada lansia?
Bagaimana cara mengatasi halusinasi pada lansia?
Mengatasi halusinasi pada orang tua perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
Bila halusinasi disebabkan oleh kondisi sementara seperti demam tinggi, dehidrasi berat, atau infeksi, maka kondisi ini akan sembuh setelah kondisi yang mendasarinya diobati.
Namun, jika terjadi akibat gangguan kronis seperti demensia, Parkinson, atau gangguan kejiwaan, maka cara menghilangkan halusinasi pada lansia bisa melibatkan penggunaan obat-obatan dan terapi pendukung lainnya.
Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan halusinasi, serta membantu lansia merasa lebih tenang dan nyaman dalam kesehariannya.
Berikut adalah beberapa obat halusinasi pada lansia yang sering digunakan.
- Obat antipsikotik, baik generasi pertama maupun kedua, dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas halusinasi. Obat ini biasa diberikan pada lansia yang mengalami skizofrenia, gangguan bipolar, atau depresi berat dengan gejala psikotik.
- Terapi rTMS (repetitive transcranial magnetic stimulation) bisa digunakan jika halusinasi suara tidak membaik dengan obat. Terapi ini menggunakan gelombang magnetik untuk menstimulasi otak.
- Pada lansia dengan Alzheimer, Parkinson, atau dementia Lewy body, dokter mungkin akan memberikan acetylcholinesterase inhibitors. Obat ini membantu menjaga kadar zat kimia tertentu di otak agar fungsi berpikir dan persepsi tetap stabil, sehingga dapat mengurangi halusinasi dan delusi.
Meski bisa membuat keluarga merasa khawatir, halusinasi bukanlah akhir dari segalanya.
Dengan mengenali gejala sejak dini, mencari tahu penyebabnya, serta memberikan penanganan yang tepat, kualitas hidup lansia tetap bisa terjaga.
Dukungan emosional dari keluarga dan perawatan medis yang terarah akan sangat membantu lansia merasa lebih tenang, aman, dan dihargai dalam masa tuanya.
Kesimpulan
- Halusinasi pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti demensia, efek samping obat, kehilangan pasangan, hingga gangguan medis lain seperti delirium atau dehidrasi.
- Gejala halusinasi bisa melibatkan semua pancaindra, mulai dari pendengaran hingga penglihatan yang tampak sangat nyata.
- Penanganannya disesuaikan dengan penyebab, meliputi pengobatan medis seperti obat antipsikotik, acetylcholinesterase inhibitors untuk demensia, serta terapi rTMS bila diperlukan.
[embed-health-tool-bmi]