backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

10 Cara Mendisiplinkan Anak agar Patuh sejak Kecil

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 03/08/2023

    10 Cara Mendisiplinkan Anak agar Patuh sejak Kecil

    Seiring bertambahnya usia anak, Anda perlu menerapkan cara mendisiplinkan kesehariannya agar ia mampu belajar mengatur waktu. Kemampuan disiplin diri ini perlu dilatih sejak kecil agar segala sesuatu dapat berjalan dengan baik.

    Nah, bagaimana cara mendisiplinkan anak tanpa membuatnya merasa tertekan? Intip tips jitunya di bawah ini, ya!

    Cara mendisiplinkan anak yang tepat

    Anak-anak, khususnya di perkembangan usia 6—9 tahun, sedang dalam tahap mengenal aturan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

    Bahkan saat semakin besar, anak akan dihadapkan pada berbagai kegiatan, baik itu di rumah maupun sekolah.

    Jadi, bukan hanya memperhatikan perkembangan kognitif dan perkembangan fisik anak, Anda juga perlu mengajarkan anak cara mendisiplinkan diri sejak kecil.

    Mengajari cara mendisiplinkan anak penting agar semua kegiatannya dapat dilakukan dan diatur sebaik mungkin.

    Dengan begitu, antara kegiatan satu dengan yang lainnya tidak akan saling bentrok atau membuatnya keteteran.

    Mendisiplinkan anak secara tidak langsung juga mengajarkan anak untuk pandai mengatur waktu yang ia punya.

    Bila Anda tipe orangtua yang disiplin maupun santai, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendisiplinkan anak sejak dini.

    1. Buat jadwal kegiatan

    melatih anak mengorganisasikan sesuatu

    Supaya anak lebih disiplin dan pintar mengatur waktu, ajaklah ia untuk membuat jadwal kegiatan.

    Cara mendisiplinkan anak ini akan membantunya lebih terarah dalam menjalani kegiatan pada hari itu maupun beberapa hari ke depan.

    Awali dengan jadwal kegiatan sederhana, mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur.

    Lengkapi jadwal tersebut dengan keterangan waktu supaya anak paham kapan ia harus memulai aktivitas sebelum beralih ke aktivitas lainnya.

    Ajak anak untuk membuat jadwal kegiatan dengan alat tulis yang ia punya agar lebih menyenangkan. Kemudian, tempelkan jadwal di tempat yang mudah dilihat anak setiap hari.

    2. Menyediakan waktu luang

    Menerapkan cara mendisiplinkan anak bukan berarti memenuhi seluruh waktu di hari itu dengan setumpuk kegiatan.

    Saat membuat jadwal, pastikan ia juga menjadwalkan waktu luang atau waktu bebasnya.

    Waktu ini bisa dimanfaatkan anak untuk bermain sendiri, tidur, atau melakukan sesuatu yang ia sukai.

    Dengan begitu, anak tidak akan merasa terbebani dan terkekang mengikuti jadwal yang ia buat.

    3. Beri tahu apa yang sebaiknya anak lakukan

    Ketimbang bicara panjang lebar tentang hal-hal yang tidak seharusnya anak lakukan, lebih baik beri tahu apa yang boleh ia lakukan.

    Terkait belajar disiplin dan mengatur waktu, ajak anak untuk menandai kegiatan yang telah berhasil ia lakukan dengan coretan atau ceklis pada lembar jadwalnya.

    Jika si Kecil mulai melanggar jadwal, Anda boleh mengingatkannya dengan lembut. Misalnya katakan “Wah, sudah jam 4 sore, waktunya apa ya, Kak, sekarang?”

    Contoh lainnya, saat Anda melihat anak melompat-lompat di atas kasur, ingatkan mereka apa yang seharusnya dilakukan.

    Ketimbang mengatakan, “Jangan lompat-lompat di kasur dong, Kak.”, lebih baik ganti menjadi “Kak, kalau mau lompat-lompat di lantai saja sini pakai karpet, kasurnya ‘kan untuk tidur.”

    Mengatakan hal yang seharusnya anak lakukan biasanya lebih mudah ia tangkap dan ingat.

    4. Hindari membuat aturan terlalu ketat

    Bila cara mendisiplinkan anak yang Anda lakukan membuatnya merasa terlalu diatur karena keinginannya serba dilarang, ia malah jadi takut untuk mencoba hal baru.

    Pastikan cara dalam mendisiplinkan anak yang Anda terapkan tidak terlalu ketat. Tetapkan larangan hanya untuk hal-hal yang benar-benar penting disertai cara yang mudah dipahami anak.

    Ajari anak untuk mengontrol diri dengan baik sehingga ia bisa tetap memiliki kebebasan tapi tahu batasan.

    Ambil contohnya saat anak sudah menyelesaikan PR-nya dan ingin bermain video game, Anda bisa melonggarkan sedikit waktu untuk membiarkan anak bersantai sejenak.

    Namun, tetap katakan pada anak bahwa setelah waktu bermain video game selesai, ia harus melakukan kegiatan setelahnya, misal mandi sore.

    5. Sebaiknya jangan menceramahi anak panjang lebar

    mengkritik anak cara mendisiplinkan

    Terkadang, ada orangtua yang memilih cara mendisiplinkan anak melalui penjelasan panjang lebar dengan nada yang menyalahkan dan penuh tuntutan.

    Namun sebenarnya, ceramah yang kepanjangan akan membuat anak-anak bosan dan cenderung tidak menimbulkan efek jera.

    Jika ingin mendisiplinkan lewat kata-kata, katakan secara padat, singkat, dan jelas. Jangan lupa jelaskan apa perubahan yang Anda ingin dari anak atau perilaku apa yang tidak seharusnya ia lakukan.

    Hal ini biasanya akan jauh lebih mudah diingat dan dipatuhi anak. Jadi misalnya, anak membiarkan mainannya berantakan di ruang tengah.

    Daripada mengomel panjang lebar pada anak, cukup katakan, “Kak, sehabis main tanggung jawab Kakak ya untuk merapikan mainan sendiri. Yuk, bereskan supaya rapi lagi.”

    6. Penuhi kebutuhan nutrisinya

    Agar bisa mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan dalam cara mendisiplinkan anak, tentu ia perlu energi.

    Untuk itulah Anda perlu memastikan kebutuhan gizi anak sekolah tercukupi dengan baik, di samping terus mengajari cara mendisiplinkan diri.

    Siapkan makanan sehat untuk anak setiap hari, termasuk camilan sehat untuk anak dan bekal anak sekolah.

    Makanan yang sehat tidak hanya menyediakan energi, tapi juga membantu anak fokus saat melakukan kegiatannya.

    Bila perlu, berikan vitamin anak untuk menjaga imun tubuhnya selama belajar disiplin dalam mengatur waktu. Dengan begitu, ia dapat menyelesaikan jadwal yang dibuatnya sendiri dengan lebih baik.

    7. Jangan mengubah-ubah aturan dan hukuman

    Aturan yang berubah-ubah hanya akan membuat si Kecil bingung. Berdasarkan Harvard Health Publishing, ketika Anda mencontohkan bagaimana anak melakukan sesuatu, artinya memang seharusnya seperti itu.

    Namun tentu saja seiring perkembangan usia anak, Anda harus menerapkan aturan baru atau mengubah aturan yang lama.

    Misalnya, saat si Kecil masih berusia dua tahun, Anda perlu maklum jika ia bermain-main dengan makanannya.

    Namun setelah ia beranjak dewasa, terlebih di usia 6—9 tahun, kebiasaan ini tentu sebaiknya tidak lanjutkan.

    Jelaskanlah juga alasan kenapa bermain-main dengan makanan tak lagi dibolehkan di usia anak saat ini.

    Penting diketahui!

    Baik itu aturan baru maupun aturan lama yang berubah, selalu jelaskan pada anak apa alasan Anda menerapkan aturan baru tersebut.

    8. Pastikan siapa pun yang mengasuh anak menerapkan cara mendisiplinkan yang sama

    Jika ibu bilang tidak boleh tapi ayah mengizinkan, anak Anda tentu akan bingung.

    Apalagi karena anak cerdik, ia tahu bahwa untuk dapat melakukan hal-hal yang dilarang oleh ibu, ia hanya perlu bilang, “Kata ayah boleh.”

    Anda dan pasangan pun secara tak sengaja jadi korban adu domba. Hal yang sama bisa terjadi pada babysitter maupun nenek, kakek, dan tante si Kecil yang ikut mengasuhnya.

    Pastikan mereka semua tahu batasan mana saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama Anda menerapkan cara mendisiplinkan anak.

    9. Ingat bahwa si Kecil meniru Anda

    rasa tanggung jawab pada anak

    Jika Anda menerapkan hidup disiplin dan teratur, anak melihat dan merekamnya di dalam otak.

    Seiring pertumbuhan anak, ia juga akan melihat, mempelajari, dan mengikuti apa yang biasa dilakukan orangtua.

    Jadi, pastikan Anda selalu mencontohkan hal-hal baik sembari menerapkan cara mendisiplinkan anak.

    10. Hindari menggunakan kekerasan pada anak

    Senakal apa pun anak, kekerasan bukanlah solusi terbaik. Seperti dijelaskan sebelumnya, anak belajar berperilaku dari orangtuanya, melansir dari laman Raising Children.

    Jadi, kalau Anda menggunakan kekerasan, tentu yang akan dicontoh anak adalah bagaimana menggunakan kekerasan sebagai cara berkomunikasi.

    Anak juga akan meniru orangtuanya yang tidak mampu mengendalikan diri ketika sedang emosi.

    Oleh karena itu, anak yang dididik dengan penuh kekerasan justru lebih sulit diajarkan kedisiplinan. Hal ini membuat anak tidak akan menghormati aturan serta mengetahui batasan perilaku baik dan buruk.

    Akibatnya, anak pun akan terus-terusan melakukan kesalahan atau pelanggaran aturan, apalagi tanpa sepengetahuan orangtua.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 03/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan